Ruang Lingkup Pengaturan GATT dan WTO

- Adopsi atas keputusan final masih bisa di veto oleh pihak tergugat yang kalah - Fase implementasi belum terstruktur sebagaimana yanga dibuat oleh WTO.

D. Ruang Lingkup Pengaturan GATT dan WTO

Diluncurkannya putaran perundingan Uruguay tahun 1986 membawa angina perubahan terhadap pengaturan penyelesaian sengketa. Dalam perundingan tersebut, penyelesaian sengketa merupakan salah satu subjek agenda pembahasan yang penting. Tujuan dari perundingan mengenai subjek tersebut adalah untuk meningkatkan dan memperkuat aturan-aturan dan prosedur penyelesaian sengketa. Perundingan mencakup pula upaya-upaya untuk mengawasi pelaksanaan putusan yang dikeluarkan. Selengkapnya mandat penyelesaian sengketa yang dikeluarkan dalam Deklarasi Punta Del Este Uruguay berbunyi sebagai berikut: in order to ensure prompt and effective resolution of disputes to the benefit of all contracting parties, negotiations shall aim to improve and strengthen the rules and the procedures of the dispute settlement process, while recognizing the contribution that would be made by more effective and enforceable GATT rules and discriplines. Negotiations shall include the development of adequate arrangement for overseeing and monitoring of the procedures that would facilitate compliance eith adopted recommendations dalam rangka untuk memastikan resolusi yang cepat dan efektif sengketa untuk kepentingan semua pihak kontraktor, negosiasi harus bertujuan untuk meningkatkan dan memperkuat aturan dan prosedur dari proses penyelesaian sengketa, sementara mengakui kontribusi yang akan dibuat oleh lebih efektif dan dapat dilaksanakan General Agreement on Tariff and Trade GATT aturan dan discriplines. Negosiasi akan mencakup pengembangan pengaturan yang memadai untuk mengawasi dan memantau prosedur yang akan memfasilitasi kepatuhan eith mengadopsi rekomendasi. Dalam pembahasan mengenai subjek perundingan ini, terdapat beberapa perkembangan pengaturan sebagai berikut: 70 1. Mid-Term Review Montreal Satu hal penting yang lahir dari perkembangan pengaturan guna memperbaiki penyelesaian sengketa adalah lahirnya kesepakatan dari para anggota World Trade Organization WTO mereka sepakat untuk tidak mengambil tindakan sepihak terhadap pihak lainnya yang diduga telah melanggar aturan-aturan perdagangan. Menghadapi kasus demikian, para angoota akan menyelesaikannya melalui system penyelesaian yang ada dan menaati aturan-aturan dan putusan-putusannya. Upaya ke arah perbaikan yang penting lainnya, antara lain adalah pertemuan Montreal the Ministerial Mild-Review of the Uruguay Round Negotiations, Desember 1988. Pada pertemuan menteri di Montreal ini, mayoritas Negara anggota General Agreement on Tariff and Trade GATT menghendaki dipertahankannya prosedur penyelesaian sengketa yang lama du mana Negara tertuntut dapat memblok memveto dikeluarkannya suatu keputusan terhadapnya. Veto seperti ini merupakan 70 Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2006, hal 137 suatu katup penyelamat safety value. Sarana ini pokoknya merupakan dorongan bagi pemerintah untuk ikut serta dalam persidangan-persidangan penyelesaian sengketa. Adanya katup penyelamat ini memberikan jaminan kepada pemerintah yang bersangkutan untuk menarik diri dari persidangan manakala mereka merasa bahwa sesuatu dalam hal ini keputusan panel akan merugikannya. Pertemuan Montreal ini menghasilkan dua kesepakatan penting yaitu : 71 a. Pembentukan suatu badan khusus penyelesaian sengketa General Agreement on Tariff and Trade GATT, yaitu Dispute Settlement Body DSB. Fungsi badan ini antara lain adalah mengawasi secara langsung proses penyelesaian sengketa dalam General Agreement on Tariff and Trade GATT. b. Menetapkan suatu unsur otomatisasi elements of automaticity. Unsur otomatisasi yang tercakup di dalamnya adalah penetapan jangka waktu untuk setiap tahapan atau proses penyelesaian sengketa, aturan-aturan dan syarat-syarat bagi pembentukan panel dan ketentuan yang memberi wewenang kepada Dirjen World Trade Organization WTO untuk memilih para anggota panel apabila para pihak gagal mencapai kata sepakat mengenai komposisi anggota panel dalam kurun waktu yang ditentukan dan pembentukan panel secara otomatis manakalah para pihak gagal mencapai penyelesaian melalui konsultasi dalam jangka waktu 60 hari. 2. Draf Final Act Perkembangan penting kedua adalah inisiatif Dirjen General Agreement on Tariff and Trade GATT, yang pada waktu itu dijabat oleh Arthur Dunkel. Dalam upayanya mempercepat perundingan putaran Uruguay, beliau menyusun dan mengeluarkan Draft Final Act DFA. DFA itulah yang menjadi cikal bakal hasil akhir putaran Uruguay. Dalam DFA tersebut, ketentuan mengenai penyelesaian sengketa diletakkan di bawah 71 Ibid, hal 139 Understanding on Dispute Settlement Rules and Procedures Understanding. Understanding atau perjanjian memuat hal-hal berikut: 72 a. Penetapan waktu untuk setiap proses penyelesaian sengketa b. Pembentukan badan penyelesaian sengketa DSB atau Dispute Settlement Body c. Prosedur untuk konsultasi d. Pembentukan secara otomatis suatu panel apabila para pihak gagal mencapai penyelesaian sengketa melalui onsultasi dalam kurun waktu 60 hari e. Ketentuan tentang syarat-syarat dan aturan-aturan dan laporan Badan Banding Appellate Body f. Pembentukan badan banding Appellate Body untuk meninjau isu-isu hokum issue of law dan penafsiran hokum yang terdapat dalam laporan panel. g. Persyaratan tegas bahwa suatu pihak harus melaksanakan rekomendasi-rekomendasi atau putusan-putusan DSB dalam waktu yang wajar, atau pihak lainnya dapat secara otomatis diberi wewenang untuk mengambil tindakan balasan retaliasi. Pihak yang dikalahkan disyaratkan untuk melaksanakan laporan atau putusan panel atau DSB dalam jangaka waktu 30 hari setelah pengesahan h. Suatu kewajiban spesifik yang mensyaratkan bahwa para pihak harus mengikuti aturan-aturan dan prosedur-prosedur DSB serta larangan melakukan tindakan sepihak. 3. Perubahan Draft Final Act Perubahan yang terdapat dalam Draft Final Act tahun 1991 di atas diterapkan secara khusus terhadap pengaturan penyelesaian sengketa yang terdapat dalam General Agreement on Tariff and Trade GATT 1947. Perubahan ketiga yang berlangsung dalam proses perundingan yang dilaksanakan antara Januari 1992 dengan Desember 1993, telah memperluas memberlakuan system penyelesaians engketa tersebut DFA terhadap seluruh perjanjian yang berada di bawah WTO. Dengan perluasan ini, system penyelesaian sengketa menjadi berlaku terhadap 72 Ibid, hal 140 General Agreement on Tariff and Trade GATT dan perjanjian di bidang barang WTO, perjanjian di bidang perdagangan jasa GATT, perjanjian perdagangan yang terkait dengan hak atas kekayaan intelektual HaKITRIPS, serta perjanjian-perjanjian yang tergolong dalam Plurilateral Trade Agreement yang terdapat dalam lampiran, keseluruhan perjanjian tersebut, di luar Plurilateral Trade Agreement disebut dengan Covered Agreement. 4. Dispute Settlement Understanding Dengan dimaksukkannya perubahan ketiga inilah, kemudian tercapai perjanjian akhir atau Final Act Putaran Uruguay. Pengaturan mengenai mekanisme penyelesaian sengketa General Agreement on Tariff and Trade GATT diatur dalam the Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of Dispute the Dispute Settlement UnderstandingDSU yang diterapkan pada bulan April 1994. DSU ini berada dalam Annex 2 dari the Agreement Establishing the WTO Perjanjian WTO. Berdasarkan pasal 2 perjanjian World Trade Organization WTO. Artinya, kekuatan mengikat perjanjian ini sama dengan perjanjian utama pokoknya yaitu perjanjian World Trade Organization WTO. Badan utama yang melaksanakan penyelesaian sengketa ini pada prinsipnya adalah World Trade Organization WTO sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, the Understanding menetapkan tiga badan utama penyelesaian sengketa dalam World Trade Organization WTO : DSB Dispute Settlement Body atau Badan Penyelesaian sengketa, Appellate Body Badan Banding dan Arbitrase. Badan yang paling berperan dalam proses penyelesaian sengketa adalah DSB. DSB sendiri pada hakikatnya tidak lain adalah General Council dewan umum, yaitu salah satu badan kelengkapan utama World Trade Organization WTO. DSB ini mempertegaskan bahwa membedakan proses penyelesaian sengketa dalam General Agreement on Tariff and Trade GATT dan World Trade Organization WTO. Dalam General Agreement on Tariff and Trade GATT, penyelesaian akhir suatu sengketa ditentukan oleh suatu badan tersendiri yang khusus diberi berwenang untuk menyelesaikannya. Jadi, setiap kasus terdapat badan sendiri. Dalam World Trade Organization WTO, badan tersebut sudah ada dan permanen sifatnya, yaitu DSB. Begitu pula dalam World Trade Organization WTO, sekarang ini sudah terdapat aturan dan syarat-syarat yanga sifatnya standar yang digunakan oleh para pihak untuk menyelesaikan sengketanya. Perjanjian Putaran Uruguay mengenai penyelesaian sengketa ini memuat 128 paragraf yang dikelompokkan dalam 27 pasal. Keseluruhan paal ini pada prinsipnya memuat berbagai aturan yang merupakan perbaikan dari prosedur penyelesaian sengketa General Agreement on Tariff and Trade GATT. Perbaikan yang penting lainnya adalah adanya perkembangan-perkembangan baru dengan tujuan untuk membuat prosedur penyelesaian sengketa menjadi kuat. World Trade Organization WTO mengatur juga tentang perlakuan berbeda dan khusus yang ditujukan bagi negara-negara sedang berkembang yang menjadi anggotanya 73 . Bahkan hampir semua persetujuan World Trade Organization WTO mengandung ketentuan tentang special rights differential and more favourable bagi negara-negara sedang berkembang anggota WTO. 74 Sekretariat World Trade Organization WTO telah mengklasifikasi 6 tipologi yang menjelaskan tujuan dari Special and Differential Treatment SD Treatment, yaitu 75 , pertama, ketentuan yang bertujuan untuk meningkatkan peluang perdagangan bagi anggota negara berkembang. Ketentuan ini mencakup semua tindakan yang dilakukan oleh negara-negara anggota dalam rangka meningkatkan peluang-peluang perdagangan bagi negara berkembang. Untuk maksud ini ada beberapa ketentuan yang tersebar dalam 4 persetujuan pertanian, tekstil dan pakaian jadi, perdagangan jasa, dan Enabling Clause, yang dapat dimanfaatkan oleh negara anggota. 76 Kedua, ketentuan di mana negara anggota World Trade Organization WTO harus melindungi kepentingan Developed Countries DCs. Ketentuan ini adalah memuat tindakan yang dapat dilakukan oleh negara anggota, atau tindakan yang dapat dihindarkan oleh negara anggota agar kepentingan negara berkembang dapat terlindungi. Ketiga, fleksibilitas komitmen, tindakan dan penggunaan 73 http:lauttycerry.blogspot.co.id201011perdagangan-internasional-dalam-sistem.html, diakses tanggal 1 April 2016 74 Y. Triyana, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, Catatan Kuliah Pascasarjana Hukum Bisnis, Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2009, hal 11 75 http:ditjenkpi.depdag.go.idindex.php?module=news_detailnews_content_id=408d etail=true.html, diakses tanggal 2 April 2016 76 Pada waktu Putaran Tokyo 1979 berakhir, negara-negara sepakat mengeluarkan putusan mengenai pemberian perlakuan yang lebih menguntungkan dan partisipasi yang lebih besar bagi negara sedang berkembang dalam perdagangan dunia. Inilah yang disebut dengan Enabling Clause instrumen kebijakan. Ketentuan ini terkait dengan tindakan negara berkembang yang dapat dilakukan melalui exception pengecualian dari disiplin yang harus diterapkan oleh negara-negara anggota secara umum. Keempat, periode waktu transisi. Ketentuan ini berhubungan dengan pengecualian ikatan waktu dari disiplin yang secara umum diterapkan. Kelima, bantuan teknis. Mengenai bantuan teknis, negara maju telah sepakat untuk memberikan bantuan teknis kepada negara berkembang dan terbelakang. Hal ini dilakukan karena level of development tiap negara anggota World Trade Organization WTO berbeda. Dan keenam, ketentuan yang berhubungan dengan Least-Developed Countries LDCs. Ketentuan ini penerapannya terbatas hanya bagi negara terbelakang sesuai dengan kriteria PBB. Dalam lingkupan yang lebih luas sebelumnya, telah ada instrumen yang mengatur prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan aturan permainan dalam perdagangan internasional dibidang jasa dibawah payung World Trade Organization WTO. Instrumen tersebut adalah General Agremeent Tarrif on Service GATS. Pengaturan mengenai kerangka perjanjian GATS ini terdapat dalam Annex 1b dari Piagam World Trade Organization WTO . Aturan dalam Annex 1b tersebut tidak terpisahkan dari Piagam World Trade Organization WTO itu sendiri. Pengaturan penyelesaian sengketa World Trade Organization WTO terdapat dalam Understanding on Rules and Procedures Governing the Setllement of Disputes disebut juga Dispute Setllement Understanding-DSLI, yakni salah satu dari perjanjian dalam naungan World Trade Organization WTO Agreement. Dalam perjanjian ini ditegakkan kembali bahwa Negara-negara anggota World Trade Organization WTO mempertegas kembali keyakinannya akan prinsip- prinsip penyelesaian sengketa GATT sebagaimana terdapat dalam Pasal XXII dan XXIII General Agreement on Tariff and Trade GATT 1947. Dispute Settlement Body dibentuk oleh WTO Agreement dan berfungsi melaksanakan peraturan-peraturan dan prosedur mengenai konsultasi dan penyelesaian sengketa, termasuk juga perjanjian-perjanjian terkait jika tidak ada pengaturan lain. Oleh karena itu Dispute Settlement Body DSB berwenang membentuk panel sekelompok ahli yang akan memeriksa persoalan yang disengketakan, menerima laporan panel dan juga badan baru yakni Lembaga Banding, mengawasi implementasi putusan dan rekomendasi dan menguasakan penangguhan konsesi serta kewajiban-kewajiban lain dalam perjanjian yang terkait. 77 Dalam liberalisasi perdagangan jasa melalui kerangka World Trade Organization WTO , sistem penyelesaian sengketa diatur dalam Pasal XXIII GATS. 78 77 Hata, Op.Cit, hal 168 78 Pasal XXIII GATS ayat 1 “Dispute Settlement and Enforcement “ , “If any Member should consider that any other Member fails to carry out its obligations or specific commitments under this Agreement, it may with a view to reaching a mutually satisfactory resolution of the matter have recourse to the DSU.” Dalam liberalisasi perdagangan jasa melalui kerangka World Trade Organization WTO , sistem penyelesaian sengketa diatur dalam Pasal XXIII GATS. Dalam ketentuan GATS, suatu putusan disahkan berdasarkan konsensus, yang berarti tidak ada keputusan jika terdapat keberatan dari suatu negara. Di bawah ketentuan World Trade Organization WTO , putusan secara otomatis disahkan kecuali ada konsensus untuk menolak hasil putusan, dengan mekanisme ini maka negara yang ingin menolak suatu hasil putusan harus melobi seluruh anggota World Trade Organization WTO lainnya untuk membatalkan keputusan panel termasuk anggota World Trade Organization WTO yang menjadi lawan dalam kasus tersebut.

E. Penyelesaian sengketa berdasarkan ketentuan-ketentuan Organisasi