31
yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah Depkes RI, 2005.
4. Mencuci Tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.
5. Menggunakan Jamban Pengalaman dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. 6. Membuang tinja bayi dengan benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.
Tinja bayi dibuang secara benar. 7. Pemberian Imunisasi Campak
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera
setelah berumur 9 bulan Depkes RI,2005.
2.2.2 Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA
32
Penyakit infeksi saluran pernafasan meliputi infeksi saluran pernafasan pada hidung, telinga, tenggorokan, trachea, bronchioli dan paru. Tanda dan gejala
penyakit ISPA dapat berupa : batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit telinga. Sebagian besar dari ISPA ini dapat bersifat
ringan seperti batuk, pilek dan demam. Akan tetapi bila ISPA tidak segera diobati akan menimbulkan radang paru yang disebut pneumonia yang dapat
mengakibatkan kematian. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-
paru alveoli terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersama dengan terjadinya proses infeksi aukut pada bronkus yang disebut bronchopneumonia
biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada kebagian bawah
kedalam Depkes RI, 2002. Penyebab ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri Virus dan Riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari jenis Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan mikrovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, dan lain-lainDepkes RI, 2002. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya ISPA pada balita yaitu a
Keadaan Gizi. Keadaan gizi seseorang merupakan suatu faktor yang sangat penting bagi timbulnya ISPA. Anak yang mempunyai gizi yang kurang atau buruk akibat
minimnya asupan zat gizi dalam tubuh termasuk vitamin-vitamin seperti vitamin A, sehingga menyebabkan pembuatan zat antibodi terganggu oleh karena zat-zat
33
makanan dalam tubuh tidak cukup untuk membentuk zat anti body sehingga anak mudah mengalami infeksi.
b. Kekebalan. Kekebalan tubuh secara bawaan didapatkan bayi dari ibunya pada waktu
dalam kandungan, pada umumnya dapat bertahan sampai bayi berumur 5-9 bulan. Bayianak yang mendapat Air Susu Ibu ASI lebih jarang menderita ISPA, karena
ASI mengandung zat anti body yang dapat mencegah infeksi. c.
Keadaan Lingkungan. Perumahan yang sempit, kotor tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan anak sering berhubungan erat dengan berbagai penyakit menular
dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal dari tempat kotor. Begitu juga rumah dengan ventilasi kurang dan udara lembab, sering menghisap asap rokok sehingga
akan mudah terserang penyakit ISPA.
2.3 Status