Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian Manfaat Penelitian Status

22

1.2. Permasalahan

Cakupan pemberian vitamin A di Kecamatan Jeumpa masih rendah yaitu hanya 22,7 dibandingkan indikator yang diharapkan yaitu 80. Implikasi dari rendahnya pemberian vitamin A tersebut adalah tingginya angka kesakitan penyakit ISPA dan diare di Kecamatan Jeumpa bahkan menempati urutan pertama dan diare menempati urutan ke tiga dari sepuluh penyakit terbanyak di Kecamatan Jeumpa. Berdasarkan hal ini ingin diketahui apakah rendahnya cakupan vitamin A berhubungan dengan status kesehatan balita di Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan suplementasi vitamin A dengan status kesehatan balita status kesakitan dan status gizi di Kecamatan Jeumpa Kabupaten bireuen.

1.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan suplementasi vitamin A dengan status kesehatan balita status kesakitan dan status gizi di Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen. 23

1.5. Manfaat Penelitian

1. Menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dalam meningkatkan upaya perbaikan gizi bayi balita khususnya dalam peningkatan cakupan pemberian vitamin A. 2. Memberikan masukan bagi puskesmas dalam membuat perencanaan dan upaya tehnis dalam peningkatkan status kesehatan balita. 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status

Kesehatan Balita Kesehatan balita dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor lingkungan, perilaku, suku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi status kesehatan balita. Selain itu juga keadaan pemukimanperumahan, tempat kerja, sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, juga teknologi, pendidikan, sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi kesehatan balita, sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari hari seperti: pola makan, kebersihan perorangan, gaya hidup, dan perilaku terhadap upaya kesehatan. Masa kanak kanak, khususnya masa balita, merupakan masa yang paling penting dalam menentukan hasil proses tumbuh kembang anak selanjutnya. Agar balita dapat tumbuh kembang secara optimal diperlukan situasi yang mendukung misalnya keluarga atau orang tua dan khususnya ibu, yang merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi seorang balita terutama pada tahun tahun pertama. Dalam masa masa ini, peranan ibu adalah memberikan stimulasi dini agar anak dapat berkembang dan belajar dari lingkungannya. Penerapan stimulasi dini yang baik bagi balita diharapkan akan dapat menjadi bekal yang utama bagi balita dalam menghadapi masa masa penyesuaian selanjutnya Tjondrorini dkk, 1995. 25 Seorang anak sehat, pada status gizi baik akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula, berat badan dan tinggi badannya akan selalu bertambah oleh karena itu penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tmbuh kembang anak berjalan normal atau tidak. Dengan kartu menuju sehat KMS pertumbuhan anak dapat diamati, sehingga ibu mengerti bahwa segala usahanya membawa hasil dengan adanya kenaikan berat badan Khomson dkk, 2000. Masa yang paling menentukan dalam proses tumbuh kembang seorang balita ialah masa ia dalam kandungan ibunya dan satu tahun sesudahnya, di mana pada saat sel otak sedang tumbuh dan menyempurnakan diri secara pesat sekali dan juga masa masa krisis tumbuh kembang manusia yaitu di bawah usia lima tahun Depkes, 2001. Adapun penilaian atau deteksi tumbuh kembang balita merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko fisik, biomedik, psikososial pada anak. Kegunaan penilaian atau deteksi tumbuh kembang untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan indikasi jelas sedini mungkin pada masa kristis proses tumbuh kembang, dimana upaya upaya tersebut diberikan sesuai umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal. 26 Menurut Khomsan, dkk 2000, penilaian atau deteksi tumbuh kembang dapat dilakukan dengan macam macam tes skrining antara lain melalui pengukuran berat badan menurut umur anak, dan menggunakan pedoman kuesioner pra skrining perkembangan KPSP sesuai dengan umur anak. Untuk memantau tingkat kesehatan balita dapat dilihat dari perubahan kondisi gizi balita. Pertumbuhan berat badan pada kelompok anak balita merupakan parameter yang paling sesuai digunakan yang sangat erat hubungannya terhadap konsumsi energi dan protein sehingga dapat menggambarkan keadaan kesehatan yang sesungguhnya. Sehingga kedua jenis zat tersebut energi dan protein paling sering menimbulkan masalah pada skala nasional di Indonesia dan negara negara lain, pemantauan berat badan dilakukan dengan cara penimbangan berat badan dan dicatat dalam suatu kartu yang disebut dengan Kartu Menuju Sehat KMS.Naik turunnya jumlah anak balita yang menderita hambatan pertumbuhan di suatu daerah dapat segera terlihat dalam jangka waktu pendek sehingga dapat segera di teliti lebih jauh apa sebabnya dan dapat diambil tindakan penangulangannya secepat mungkin. Kondisi kesehatan balita secara umum dapat dilihat dari keadaan umumnya yaitu kesehatan balita secara fisik, melalui KMS Kartu Menuju Sehat yang penimbangannya dapat dilakukan di POSYANDU Pos Pelayanan Terpadu Sediaoetama, 2000. Selain itu status kesehatan balita dapat di indikasikan dari ada atau tidaknya penyakit infeksi yang dialaminya. Pada prinsipnya status kesehatan balita 27 berkorelasi gizi dengan kejadian penyakit infeksi. Jenis penyakit infeksi yang lazim dijadikan indiaktor status kesehatan balita adalah penyakit ISPA dan Diare. Kedua penyakit tersebut dapat disebabkan oleh kekurangan konsumsi vitamin A dan kekurangan konsumsi zat gizi lainnya. Selain itu dapat juga dilihat dari ada atau tidaknya terjadi infeksi kulit dan gangguan pencernaan seperti mual dan muntah pada balita. Dalam konteks penelitian ini peneliti menfokuskan kejadian penyakit infeksi pada balita dilihat dari penyakit ISPA dan Diare. Menurut Hull dan Rohde 1978 yang dikutip Khomsan 2004 bahwa ada hubungan timbal balik kejadian penyakit infeksi status gizi balita seperti pada gambar berikut Kurang Gizi Diare ISPA Dehidrasi Penumonia Kematian Gambar 2.1. Kompleksitas Hubungan Timbal Balik Gizi dengan Penyakit Infeksi Sumber : Khomsan, 2004

2.2 Penyakit Infeksi pada Balita

Dokumen yang terkait

Gambaran Status Gizi Anak Balita di Tinjau Dari Pola Pengasuhan Pada Ibu Pekerja dan Bukan Pekerja di Desa Buluh Cina Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2000

0 44 68

Gambaran Epidemiologi Balita Bawah Garis Merah (BGM) Di Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen Propinsi Nanggoe Aceh Darussalam Tahun 2003

3 24 83

Studi Analisis Keadaan Rumah Ibu Balita, Kebiasaan Makan Balita, Status Gizi Balita dan Status Kesehatan Balita di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor

0 3 85

Asupan Vitamin A, Status Vitamin A, dan Status Gizi Anak SD di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

0 8 45

ANALISIS KELAYAKAN USAHA POPCORN DI GAMPONG GEULUMPANG PAYONG KECAMATAN JEUMPA KABUPATEN BIREUEN

0 0 8

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

0 0 5

HUBUNGAN PENERAPAN TOILET TRAINING TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK USIA 4-6 TAHUN DI TK SIRAJUL HUDA KECAMATAN JEUMPA KABUPATEN BIREUEN

0 1 5

STRATEGI PEMASARAN KERAJINAN SANGKAR BURUNG DI GAMPONG GEDONG TAMPUNG KECAMATAN JEUMPA KABUPATEN BIREUEN Tutia Rahmi

1 5 11

DAMPAK FORTIFIKASI MIE INSTAN DENGAN VITAMIN A DAN ZAT RESl TERHADAP STATUS VITAMIN A DAN STATUS BESI ANAK BALITA ABSTRAK - DAMPAK FORTIFIKASI MIE INSTAN DENGAN VITAMIN A DAN ZAT BESI TERHADAP STATUS VITAMIN A DAN STATUS BESI ANAK BALITA

0 0 11

1 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN VITAMIN A DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS PIYUNGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN STATUS GIZI DAN VITAMIN A DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS PIYUNGAN BANTUL - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 12