80
Tabel 4.19 Hubungan Suplemen Vitamin A dengan Status Kesehatan pada Balita di Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen Tahun 2009
Status Kesehatan Baik Tidak
Baik No Suplemen Vitamin A
n n Nilai
X² Nilai
P Nilai Rasio
Prevalens
1 Baik 27
51,9 29
16,8 2 Tidak
Baik 25
48,1 144
83,2 10,392 0,001
1,645 Total
52 100,0 173 100,0
4.8 Hubungan Konsumsi Vitamin A dengan Status Kesehatan Balita
Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa variabel konsumsi vitamin A yang cukup mempunyai hubungan signifikan dengan status kesehatan balita.
diketahui bahwa proposi balita dengan status kesehatan baik 65,4 mempunyai konsumsi vitamin A yang cukup dibandingkan balita dengan suplemen vitamin A
yang tidak cukup yaitu sebesar 34,6. Balita dengan status kesehatan tidak baik, mayoritas mempunyai konsumsi vitamin A juga tidak cukup yaitu sebesar 85,5 dan
hanya 14,5 mempunyai suplemen vitamin A yang baik. Hasil uji chi square pada nilai X
2
=53,615 mempunyai nilai p= 0,000, artinya secara statistik konsumsi vitamin A mempunyai hubungan secara signifikan dengan status kesehatan balita dengan
nilai rasio prevalens 2,104 RP1.
Tabel 4.20 Hubungan Konsumsi Sumber Vitamin A dengan Status Kesehatan pada Balita di Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireuen Tahun 2009
Status Kesehatan Baik Tidak
Baik No Konsumsi Vitamin A
n n Nilai
X² Nilai
P Nilai Rasio
Prevalens
1 Cukup 34
65,4 25
14,5 2 Tidak
Cukup 18
34,6 148 85,5
53,615 0,000 2,104
Total 52
100,0 173
100,0
BAB 5
81
PEMBAHASAN
5.1
Hubungan Suplemen Vitamin A dengan Status Kesehatan Balita
Suplemen vitamin A adalah pemberian vitamin A sesuai dosis menurut umur balita. Hasil uji chi square pada taraf kepercayaan 95 menunjukkan pada nilai
X
2
=10,392 terdapat hubungan signifikan antara suplemen vitamin A dengan status kesehatan balita dengan nilai p=0,001, dan nilai rasio prevalensi 1,645, artinya balita
yang mempunyai suplemen vitamin A tidak baik 1,645 kali akan mempunyai status kesehatan tidak baik juga. Secara proporsi menunjukkan balita dengan suplemen
vitamin A tidak baik 83,2 mempunyai status kesehatan tidak baik dibandingkan balita dengan status kesehatan baik yaitu 16,8.
Vitamin A adalah bahan zat gizi esensial yang sangat penting bagi tubuh balita dalam meningkatkan metabolisme tubuh dan kekebalan tubuh. Balita yang
tidak mendapatkan vitamin A yang cukup dari makanan dapat diberikan suplemen vitamin A sesuai dengan usianya.
Menurut Arali 2008 Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata agar
dapat melihat dengan baik dan untuk kesehatan tubuh meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi lain.
Kebutuhan vitamin A bagi anak usia 0 – 6 bulan adalah 1237,5 SI, dan anak usia 7 – 36 bulan adalah 1320 SI. Menurut Depkes RI 2000 suplemen vitamin A
dapat diberikan secara gratis pada bulan Februari dan Agustus yang terdiri diri
82
Kapsul Vitamin A Biru dengan dosis 100.000 IU 30.000 µg retinol hanya diberikan untuk bayi usia 6-11 bulan, dan kapsul Vitamin A Merah dengan dosis 200.000 IU
60.000 µg retinol hanya diberikan untuk anak balita dan ibu nifas. Salah satu tujuan dari pemberian suplemen vitamin A ini adalah untuk meningkatkan status gizi balita,
karena status gizi sangat erat kaitanya dengan angka kesakitan penyakit infeksi. Hasil penelitian menunjukkan 34,7 balita dengan suplemen vitamin A
kategori baik terdapat pada balita usia 36-47 bulan dibandingkan usia 24-35 bulan 19,4. Keadaan ini mencerminkan bahwa ada perbedaan proporsi balita
berdasarkan usia balita berdasarkan suplemen vitamin A. Perbedaan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan vitamin A sesuai umurnya. Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa balita dengan usia 36-47 bulan sudah mempunyai jumlah vitamin A yang sesuai yaitu 400 RE 1.320 SI. Hal ini didukung oleh rata-rata
suplemen vitamin A adalah 479,5 RE dengan standard deviasi 283,8 RE. Dilihat dari suplemen vitamin A dengan status gizi, diketahui 88,7 balita
dengan status gizi buruk mempunyai suplemen vitamin A yang tidak baik, artinya suplemen vitamin A sangat penting kontribusinya terhadap status gizi balita.
Pemberian suplemen vitamin A dalam penelitian ini didasarkan pada ada tidaknya suplemen vitamin A bagi balita di bulan Februari 2009, artinya balita yang sudah
mendapatkan vitamin A di bulan Februari dikatakan sudah cukup karena jumlah vitamin A setiap kapsul warna biru adalah sebesar 100.000 SI bagi bayi 6-11 bulan,
200.000 SI bagi balita 12-59 bulan.
83
Menurut Supariasa, dkk 2002, status gizi adalah keadaan keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau
keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi di dalam tubuh. Status gizi adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh.
Status gizi merupakan keadaan seseorang sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaannya oleh tubuh.
Status gizi balita dapat disebabkan oleh rendahnya asupan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita. Penelitian Marisi 2005 pada Balita di kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan menemukan 85,0 balita dengan asupan makanan kategori kurang menyebabkan status gizi balita kategori buruk, dan secara statistik
menunjukkan asupan makanan mempunyai hubungan signifikan dengan status gizi dengan nilai p=0,000 pada nilai X
2
=30,496. Menurut Srikardjati, dkk 1985, balita yang menderita kurang gizi mempuyai
kemungkinan yang lebih besar untuk menderita berbagai jenis penyakit infeksi seperti diare, infeksi saluran pernafasan akut. Secara umum kurangnya asupan makanan
dapat menyebabkan defisiensi gizi pada balita sehingga dapat menyebabkan gangguan sistim kekebalan tubuh. Sejalan dengan pendapat Khomsan 2004 bahwa
ada hubungan timbal balik kejadian penyakit infeksi status gizi balita. Menurut Depkes RI 2005 bahwa vitamin A merupakan zat gizi esensial bagi
manusia. Pada anak balita akibat kekurangan vitamin A akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, ISPA, radang paru-paru
dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Akibat lain yang berdampak sangat
84
serius dari kekurangan Vitamin A adalah buta senja dan manifestasi lain dari Xeropthalmia termasuk kerusakan kornea keratomalasia dan kebutaan.
5.2 Hubungan Konsumsi Vitamin A dengan Status Kesehatan Balita