C. Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia
Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank
1. PBI No. 1025PBI2008 Tentang Perubahan Atas PBI No. 1019PBI2008
Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing
Lahirnya PBI No. 1025PBI2008 Tentang Perubahan atas PBI No. 1019PBI2008 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia
Dalam Rupiah Dan Valuta Asing adalah dampak gejolak ekonomi dan keuangan global yang semakin berpotensi mengurangi kecukupan likuiditas perbankan baik
dalam rupiah maupun valuta asing. Untuk mengatasi dampak tersebut dan meminimalkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas sistem perbankan, Bank
Indonesia memandang perlu untuk memberikan fleksibilitas pengaturan likuiditas. Pengaturan likuiditas perbankan antara lain dilakukan melalui penetapan GWM.
Sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk mengubah ketentuan mengenai GWM pada Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing dalam Peraturan Bank
Indonesia.
225
Terciptanya stabilitas moneter merupakan hal yang sangat diperlukan dalam rangka mewujudkan kondisi perekonomian yang stabil. Untuk menciptakan stabilitas
moneter diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi krisis ekonomi dan keuangan
225
Lihat menimbang a, b, c, dan d PBI No. 1025PBI2008 Tentang Perubahan Atas PBI No. 1019PBI2008 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan
Valuta Asing.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
global yang berpotensi menimbulkan kekurangan likuiditas perbankan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh Bank Indonesia untuk mencapai stabilitas
moneter adalah melalui pengaturan likuiditas perbankan. Dalam melakukan pengaturan likuiditas perbankan, salah satu piranti moneter yang dapat digunakan
adalah melalui penetapan kebijakan GWM yang merupakan perbandingan antara saldo giro Bank yang wajib ditempatkan pada Bank Indonesia ditambah cadangan
minimum yang wajib dipelihara oleh Bank berupa SBI, SUN danatau Excess Reserve terhadap DPK yang dimiliki Bank. Sejalan dengan hal tersebut, dengan
mempertimbangkan kondisi perekonomian, kondisi likuiditas perbankan dewasa ini, dan arah kebijakan Bank Indonesia dipandang perlu untuk mengatur kembali
ketentuan mengenai GWM sesuai dengan kondisi likuiditas perbankan. Selanjutnya, mengingat perkembangan kondisi perekonomian yang dinamis maka penerapan
kebijakan GWM dapat disesuaikan dari waktu ke waktu sejalan dengan arah kebijakan Bank Indonesia.
226
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 1019PBI2008 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan
Valuta Asing Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 145, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4904 diubah dalam PBI
No. 1025PBI2008.
226
Penjelasan Umum PBI No. 1025PBI2008 Tentang Perubahan Atas PBI No. 1019PBI2008 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan
Valuta Asing.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Pasal 1 mengenai ketentuan umum diubah dan ditambah dalam ketentuan PBI yang baru. Disebutkan bahwa GWM Utama adalah simpanan minimum yang wajib
dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo Rekening Giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK. GWM
Sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank berupa SBI, SUN danatau Excess Reserve, yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar
persentase tertentu dari DPK. Jakarta Interbank Offered Rate, yang untuk selanjutnya disebut JIBOR, adalah suku bunga antar bank untuk berbagai jangka waktu yang
ditawarkan oleh bank-bank tertentu di Jakarta. Sertifikat Bank Indonesia yang untuk selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Surat Utang Negara yang untuk selanjutnya disebut SUN adalah surat pengakuan
utang dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Excess Reserve adalah kelebihan saldo Rekening Giro Rupiah Bank dari GWM
Utama yang dipelihara di Bank Indonesia.
227
Ketentuan Pasal 2 ditambah 1 ayat, yakni ayat 3 yang menyebutkan bahwa GWM dalam rupiah terdiri dari GWM Utama dan GWM Sekunder.
Diantara Pasal 4 dan Pasal 5 disisipkan 1 Pasal, yakni Pasal 4A yang menyebutkan bahwa pemenuhan GWM dalam rupiah adalah GWM Utama dalam
227
Pasal 1 ayat 8-13 PBI No. 1025PBI2008 tentang Perubahan atas PBI No. 1019PBI2008 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan
Valuta Asing.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
rupiah sebesar 5 persen dari DPK dalam rupiah dan GWM Sekunder dalam rupiah sebesar 2,5 persen dari DPK dalam rupiah.
Ketentuan Pasal 7 diubah menjadi bahwa Bank wajib memenuhi GWM secara harian. Pemenuhan GWM dalam valuta asing dan pemenuhan GWM Utama dalam
rupiah dihitung dengan membandingkan saldo Rekening Giro Bank pada Bank Indonesia setiap akhir hari dalam satu masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah
DPK dalam satu masa laporan pada dua masa laporan sebelumnya. Pemenuhan GWM Sekunder dalam rupiah dihitung dengan membandingkan jumlah SBI, SUN
danatau Excess Reserve setiap akhir hari dalam satu masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK dalam satu masa laporan pada dua masa laporan sebelumnya.
DPK dalam rupiah dan DPK dalam valuta asing diperoleh dari Laporan DPK dalam Rupiah dan Valuta Asing pada Laporan Berkala Bank Umum sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia mengenai laporan berkala bank umum. Ketentuan Pasal 9 diubah menjadi bahwa DPK terdiri dari rata-rata harian
total DPK dalam rupiah pada seluruh kantor Bank di Indonesia dan rata-rata harian total DPK dalam valuta asing pada seluruh kantor Bank di Indonesia. DPK dalam
rupiah meliputi kewajiban dalam rupiah kepada pihak ketiga bukan bank, baik kepada penduduk maupun bukan penduduk, yang terdiri dari giro, tabungan, simpanan
berjangkadeposito dan kewajiban-kewajiban lainnya. DPK dalam valuta asing meliputi kewajiban dalam valuta asing kepada pihak ketiga, termasuk bank di
Indonesia, baik kepada penduduk maupun bukan penduduk, yang terdiri dari giro, tabungan, simpanan berjangkadeposito, dan kewajiban-kewajiban lainnya.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Pasal 11 dan Pasal 12 dihapus dalam PBI No. 1025PBI2008 sehingga dengan demikian jasa giro terhadap bagian tertentu dari GWM tidak ada lagi
diberikan terhadap Bank yang memenuhi GWM dalam rupiah. Pasal 13 diubah menjadi bahwa bank yang melanggar kewajiban pemenuhan GWM dalam rupiah
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 125 persen seratus dua puluh lima persen dari rata-rata suku bunga jangka waktu satu hari overnight dari JIBOR pada
hari terjadinya pelanggaran, terhadap kekurangan GWM dalam rupiah, untuk setiap hari pelanggaran. Bank yang melanggar kewajiban pemenuhan GWM dalam valuta
asing dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 0,04 persen per hari kerja, yang dihitung dari selisih antara saldo harian Rekening Giro Valas Bank pada Bank
Indonesia yang wajib dipenuhi dengan saldo harian Rekening Giro Valas Bank yang dicatat pada sistem akunting Bank Indonesia. Sanksi kewajiban membayar
dibayarkan dalam valuta rupiah dengan menggunakan kurs transaksi Bank Indonesia pada hari terjadinya pelanggaran. Sanksi dikecualikan bagi Bank yang mendapatkan
insentif kelonggaran pemenuhan kewajiban GWM dalam rupiah. Pasal 14 diubah menjadi bahwa selain dikenakan sanksi bank yang tidak
memenuhi kewajiban GWM dalam rupiah, GWM dalam valuta asing, danatau GWM Utama dan GWM Sekunder dapat dikenakan sanksi administratif
228
sebagaimana
228
Sanksi administratif yang dimaksud dalam pasal ini dapat berupa: 1.
Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu sebagai akibat tidak dipenuhinya ketentuan dalam undang-undang ini;
2. Penyampaian teguran-teguran tertulis;
3. Penurunan tingkat kesehatan bank;
4. Larangan turut serta dalam kliring;
5. Pembekuan kegiatan usaha baik secara keseluruhan atau untuk beberapa cabang;
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
dimaksud dalam Pasal 52 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998.
229
Ketentuan Pasal 15 diubah menjadi bahwa pengenaan sanksi dilaksanakan dengan mendebet Rekening Giro Rupiah Bank pada Bank Indonesia. Pendebetan
Rekening Giro Rupiah Bank dalam rangka pengenaan sanksi dilakukan paling lambat pada tiga hari kerja berikutnya setelah tanggal terjadinya pelanggaran GWM. Dalam
hal dikemudian hari diketahui terjadi kekurangan atau kelebihan dalam pendebetan yang terkait dengan pengenaan sanksi, Bank Indonesia dapat langsung mendebet atau
mengkredit Rekening Giro Bank yang bersangkutan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement. Dalam hal saldo Rekening Giro Rupiah Bank tidak mencukupi untuk pendebetan sanksi, maka atas kekurangan tersebut juga dikenakan sanksi. Kewajiban
membayar sebesar 125 persen dari rata-rata suku bunga jangka waktu satu hari overnight dari JIBOR pada hari terjadinya pelanggaran, terhadap kekurangan GWM
dalam rupiah, untuk setiap hari pelanggaran. Diantara Pasal 15 dan Pasal 16 disisipkan 2 Pasal, yakni Pasal 15A dan Pasal
15B yang menyebutkan bahwa pemenuhan GWM Utama dalam rupiah mulai berlaku pada tanggal 24 Oktober 2008. Pemenuhan GWM Sekunder dalam rupiah mulai
berlaku pada tanggal 24 Oktober 2009. Untuk pelanggaran kewajiban pemenuhan
6. Pencabutan izin usaha. Penjelasan Pasal 52 Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang
Perbankan.
229
Pasal 52 Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan bahwa Bank Indonesia dapat menetapkan sanksi administratif kepada bank yang tidak memenuhi kewajibannya
sebagaimana ditentukan dalam undang-undang ini atau menyampaikan pertimbangan kepada Menteri untuk mencabut izin usaha bank yang bersangkutan.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
GWM Utama dalam rupiah dikenakan sejak tanggal 24 Oktober 2008. Untuk pelanggaran kewajiban pemenuhan GWM Sekunder dalam rupiah dikenakan sejak
tanggal 24 Oktober 2009. Diantara Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan 1 Pasal, yakni Pasal 16A yang
menyebutkan bahwa dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini maka Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1033DPNP tanggal 15 Oktober 2008 dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku. 2.
Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank
Berbagai langkah mengatasi seretnya likuiditas masih terus dilakukan. Setelah membuka ruang bagi perbankan untuk meningkatkan likuiditasnya, kini giliran beban
kewajiban pada bank sentral dikendurkan. Bank pun diuji menghitung risiko. Salah
satunya menyangkut ketentuan GWM. Aturan GWM tambahan terkait LDR diterapkan sejak 2005. Kebijakan tersebut diterapkan untuk mendorong fungsi
intermediasi bank yang rendah dan menyerap likuiditas berlebih di pasar. Bank yang memiliki rasio LDR rendah dikenai GWM lebih tinggi. Penambahan GWM
berdasarkan LDR berkisar 1-5 persen. Sebelum penerapan aturan tersebut Bank Indonesia hanya mengenakan GWM wajib sebesar 5 persen dari DPK.
230
Saat ini kondisi pertumbuhan kredit sudah di atas 35 persen dan LDR sudah 70-80 persen. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi A. Sarwono, mengemukakan
230
Inilah.com, “Aturan GWM Uji Kemampuan Bank”, http:www.inilah.comrubrikekonomikeuangan diakses tanggal 19 September 2008.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
melihat kondisi pertumbuhan kredit dan LDR saat ini terlihat bahwa aturan GWM sudah tidak relevan. Beliau mengatakan bahwa GWM tidak lagi dikaitkan dengan
LDR. GWM bisa dikaitkan dengan kepemilikan surat utang. Artinya, buat bank-bank tidak di-required memberikan cash disimpan sebagai GWM. Tapi bisa dengan surat
utang untuk yang mempunyai surat utang. Hartadi menilai bahwa yang terpenting adalah bagaimana menjaga agar tidak terjadi kekurangan likuditas di perbankan.
Menurut beliau bahwa yang penting adalah tetap konsisten dengan kondisi makro secara keseluruhan, nilai tukar maupun inflasi. Sebelumnya, untuk melonggarkan
likuiditas, Bank Indonesia telah menurunkan bunga repo menjadi BI Rate plus 100 basis poin.
231
Kalangan bankir mengapresiasi langkah Bank Indonesia menurunkan bunga repo sebagai upaya menginjeksi likuiditas di perbankan. Industri perbankan akan diuji
kemampuan manajemen risikonya dalam menyikapi kondisi pasar. Sementara Ketua Perbanas, Jos Luhukay, mengatakan bahwa dipangkasnya bunga repo adalah upaya
Bank Indonesia untuk mengendalikan likuiditas dalam rangka menjaga inflasi. Hal itu disambut baik oleh dunia perbankan. Jos menilai bahwa kebijakan positif otoritas
moneter itu harus diikuti sikap proaktif manajemen perbankan dalam menyikapi kondisi pasar yang terus berkembang. Konsekuensi lanjutannya akan terlihat kualitas
manajemen risiko di suatu bank. Maka akan terlihat mana bank yang secara cermat memperhitungkan risiko dalam upaya pemenuhan pendanaannya, juga akan terlihat
mana bank yang masih terus mengucurkan kredit hanya untuk mencari margin bunga
231
Ibid.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
tanpa memperhitungkan kualitas likuiditasnya. Ini akan ikut menunjukkan kematangan manajemen risiko masing-masing bank.
232
Keputusan Bank Indonesia dalam menurunkan kewajiban setoran GWM dari sebelumnya 9,08 persen dari total DPK menjadi hanya 7,5 persen tidak lagi
mengaitkan besaran setoran GWM dengan rasio penyaluran kredit oleh perbankan LDR, dan diambil untuk memberi perbankan kelebihan likuiditas. Lebih lanjut,
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Miranda Goeltom, juga menyatakan pihaknya juga tidak mengkhawatirkan dampak dari kebijakan itu terhadap
permodalan perbankan mengingat rasio kecukupan modal CAR yang berada pada kisaran 16 persen atau jauh lebih tinggi dari standar internasional. Beliau mengatakan
bahwa kalaupun turun menjadi 12 persen, perbankan berarti masih memiliki ruang untuk memberi pembiayaan hingga Rp 277 triliun. Menurut Miranda, dalam
perubahan kebijakan terkait GWM tersebut, perhitungannya lebih sederhana dan Bank Indonesia lebih mengukur dampak volatilitas likuiditas perbankan.
233
Kebijakan ini diharapkan dapat berpotensi menambah likuiditas perbankan dalam rupiah sekitar Rp 50 triliun dan dalam valas sebesar 721 juta dollar AS. Serta
pemenuhan GWM sekunder diberikan masa transisi 1 tahun paling lambat Oktober
232
Ibid.
233
Inilah.com, “GWM Turun Menjadi 7,5 Persen”, http:www.inilah.comrubrikekonomikeuangan diakses tanggal 23 April 2009.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
2009 guna memberikan ruang bagi perbankan untuk melakukan penyesuaian terkait dengan aturan tersebut sehingga tidak memberikan tekanan di pasar uang.
234
Bank Indonesia memberikan fleksibilitas dalam penerapan aturan GWM rupiah baru sebesar 7,5 persen. Aturan ini akan memberikan fleksibilitas bagi
pemenuhan aturan GWM baru yaitu 5 persen untuk GWM cash dan 2,5 persen untuk secondary reserve. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia, Siti Chalimah
Fadjrijah, aturan tersebut merupakan penyempurnaan cara pemenuhan GWM baru sebagai tambahan dari PBI NO. 1019PBI2008 tanggal 14 Oktober 2008, GWM
Rupiah yang ditetapkan sebesar 7,5 persen dari DPK. Masa transisi untuk pemenuhan secondary reserve ditetapkan selama 1 tahun sejak berlakunya ketentuan atau
selambat-lambatnya 24 Oktober 2009. Bank Indonesia memberikan kelonggaran dengan tidak memberikan sanksi bagi bank yang belum dapat memenuhi kewajiban
secondary reserve dalam masa transisi. Selain itu, Bank Indonesia tidak memberikan jasa giro remunerasi atas saldo simpanan giro bank di Bank Indonesia maupun atas
secondary reserve.
235
Tidak semua kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia berimbas positif bagi bank-bank nasional. Buktinya NISP dengan ketentuan Bank Indonesia yang
menetapkan GWM 7,5 persen, NISP harus menyetor tambahan Rp 500 juta per bulan. Menurut calon Direktur Utama NISP, Parwati Surjaudaja, Bank NISP yang
234
Kompas.com., “BI: Pelonggaran Likuiditas Perbankan Antisipasi Gejolak Ekonomi”, http:www.kompas.comreadxml2008102408421768BI.Pelonggaran.Likuiditas.Perbankan.Antisip
asi.Gejolak.Ekonomi diakses tanggal 23 April 2009.
235
Inilah.com, “BI Longgarkan GWM”, http:www.inilah.comrubrikekonomikeuangan diakses tanggal 23 April 2009.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
sebelumnya menetapkan GWM sebesar 7 persen harus menambah jumlah likuiditas guna penjaminan ke Bank Indonesia. Beliau mengatakan bahwa mereka memiliki
potential lost sekitar Rp 500 juta per bulan untuk setor ke Bank Indonesia guna meningkatkan jumlah penjaminan. Namun untuk mengantisipasi hal itu, Parwati
mengungkapkan NISP akan menurunkan LDR-nya dari yang sebelumnya 92 persen menjadi di bawah 90 persen.
236
Maka dari hal ini dapat dilihat bank bank tersebut tersebut harus menurunkan rasio penyaluran kreditnya ke masyarakat agar dapat
memenuhi GWM-nya di Bank Indonesia. Kebijakan Bank Indonesia atas penurunan GWM pun mendapat keluhan dari
bank-bank kecil. Pasalnya bank-bank tersebut malah mengalami kenaikan GWM. Ketua Perbankan Nasional, Sigit Pramono, mengatakan bahwa mereka mendapat
masukan ternyata GWM bank-bank kecil malah naik. Kendati tidak dapat menyebutkan berapa bank yang mengeluhkan atas kebijakan Bank Indonesia tersebut,
menurut Sigit, Bank Indonesia sudah memberi respon, berupa pelonggaran waktu atas penerapan GWM terhadap bank-bank yang belum siap. Selain pelonggaran waktu,
kebijakan Bank Indonesia tersebut harus diperbaiki penerapannya, sehingga tidak menimbulkan ekses terhadap bank yang GWM-nya justru menjadi naik.
237
Kendati penurunan GWM akan melonggarkan likuiditas hingga Rp 20 triliun, puluhan bank dengan LDR tinggi justru makin kesulitan karena harus menyerahkan
236
Inilah.com, “Potential-Lost NISP Rp 500 Juta Per Bulan”, http:www.inilah.comrubrikekonomikeuangan diakses tanggal 23 April 2009.
237
Inilah.com, “GWM Turun, Bank Kecil Sengsara”, http:www.inilah.comrubrikekonomikeuangan diakses tanggal 21 Oktober 2008.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
giro tambahan kepada Bank Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun harian Bisnis, setidaknya 35 bank memiliki LDR di atas 90 persen. Dari jumlah tersebut,
sebagian terpaksa menyediakan dana tambahan 0,5 persen dari DPK sebagai GWM. Besar kemungkinan rasio LDR bank-bank tersebut akan meningkat mengingat terjadi
pertumbuhan kredit yang cukup besar pada kuartal ketiga tahun 2008 ini.
238
Pada saat yang sama, pertumbuhan dana seret, di tengah kekeringan likuiditas yang melanda pasar keuangan. PT Bank NISP Tbk, misalnya, dengan ketentuan lama
mewajibkan mereka menempatkan 7 persen DPK rupiah yang dihimpun sebagai giro pada Bank Indonesia. Direktur Utama Bank NISP, Parwati Surjaudaja, mengatakan
bahwa setoran GWM setelah aturan baru bertambah 0,5 persen.
239
Tambahan Rp 60 miliar juga wajib disedikan Bank Artha Graha. Wadirut PT Bank Artha, Graha Wisnu Tjandra, mengatakan bahwa mereka yang sudah susah
payah menyalurkan kredit malah dimintai dana tambahan, sementara bank ber-LDR rendah justru mendapatkan pengembalian likuiditas. Bank NISP dan Bank Artha
Graha adalah dua bank dengan LDR di atas 90 persen, bersama puluhan bank lain seperti PT Bank UOB Buana Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT Bank
CIMB Niaga dan bank-bank lain dengan skala lebih kecil. Dua bank besar yakni PT Bank Panin Tbk dan PT Bank Danamon Tbk luput dari permasalahan tersebut. Bank
238
Bisnis.com, “Regulasi GWM Sulitkan Puluhan Bank”, http:web.bisnis.comedisi- cetakedisi-hariankeuangan diakses tanggal 23 April 2009.
239
Ibid. Setelah perhitungan baru dikeluarkan, NISP harus menyetor GWM ke Bank Indonesia sebesar 7,5 persen atau bertambah 0,5 persen. Parwati Surjaudaja menjelaskan bahwa untuk
mengantisipasi berkurangnya likuiditas karena menambah setoran GWM maka NISP akan menurunkan rasio kredit terhadap simpanan atau LDR dari 92 persen menjadi di bawah 90 persen.
Ibid.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Danamon mencatat LDR 90,7 persen hingga September 2008. Bank ini selamat dari kewajiban menambah dana GWM karena memiliki DPK di atas Rp 50 triliun. Ini
membuat bank tersebut wajib menaruh 8 persen DPK di Bank Indonesia dengan GWM lama, lebih tinggi dari ketentuan baru yang secara seragam dikenakan 7,5
persen. Direktur Keuangan, Vera Eve Lim, menyatakan bahwa berkurangnya porsi penyisihan untuk GWM itu akan digunakan untuk memenuhi permintaan penarikan
dana tunai. Bank Panin juga tak perlu menyetor dana tambahan karena LDR-nya justru menurun saat ini. Direktur Bank Panin, Gunawan Santoso, mengatakan bahwa
mereka tidak terkena pengaruh karena LDR sudah di bawah 90 persen.
240
Beban GWM bertambah juga dialami oleh bank-bank dengan dana pihak ketiga di bawah Rp 1 triliun, dengan LDR di atas 60 persen. Di atas kertas bank-bank
seperti ini justru wajib menambah giro 0,5 persen - 2,5 persen. Beberapa di antaranya yakni PT Metro Express, PT Hana Bank, PT Royal Bank Indonesia, PT Bank Bisnis
Indonesia, dan PT Bank Kesejahteraan. Wisnu mempertanyakan konsistensi bank sentral dalam mengeluarkan ketentuan baru. Beliau mengatakan bahwa dulu bank
mendapat insentif GWM lebih rendah saat menyalurkan kredit dengan baik. Dengan dicabutnya ketentuan lama, maka mereka justru terbeban. Beliau meminta agar Bank
Indonesia meninjau ulang ketentuan baru GWM yang berlaku mulai 24 Oktober itu.
241
240
Ibid.
241
Ibid. Menurut Wadirut PT Bank Artha Graha, Wisnu Tjandra, Bank Indonesia tetap turunkan GWM, tetapi dengan formula yang mendukung bank untuk lebih menyalurkan kredit. Wisnu
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Pada perkembangan terpisah, sekitar 50 bank kecil yang terkena imbas negatif ketentuan baru GWM akan mendesak Bank Indonesia melakukan evaluasi atas
regulasi tersebut. Kami harus menanggung beban tambahan. Setidaknya ada 50 bank yang dana pihak ketiganya di bawah Rp10 triliun harus menanggung beban tambahan
GWM. Direktur Bank Hana, Edy Kuntardjo, mengatakan pihaknya harus menambah GWM sebesar 2,5 persen dengan adanya ketentuan baru tersebut. Bank Hana
memiliki DPK sebesar Rp 450 miliar. Dengan ketentuan lama, giro wajib bank 5 persen karena DPK di bawah Rp 1 triliun, dengan LDR di atas 100 persen.
242
Saat ini Bank Indonesia mematok bank nasional untuk memelihara GWM minimal sebesar 5 persen. Artinya, semakin rendah GWM, semakin tinggi uang
beredar. Sebaliknya, semakin tinggi GWM, semakin rendah uang beredar. Penetapan besaran GWM merupakan salah satu strategi Bank Indonesia dalam mengawal laju
inflasi agar tidak bergerak liar. Selama ini GWM sering diotak-atik sebagai tumpuan tingkat likuiditas bank nasional. Efektif tanggal 31 Agustus 2005, GWM minimal 5
persen dikaitkan dengan LDR. Bank dengan LDR di atas 90 persen, 75-90 persen, 60- 75 persen masing-masing wajib menambah GWM 0 persen, 1 persen, dan 2 persen.
Bank dengan LDR di atas 50-60 persen, 40-50 persen, dan di bawah 40 persen diwajibkan menambah GWM masing-masing 3 persen, 4 persen, dan 5 persen. Lantas
pada September 2008, Bank Indonesia mengubah komposisi GWM yang dikaitkan
menambahkan, sudah selayaknya bank-bank dengan LDR rendah dan banyak menempatkan dana pada Sertifikat Bank Indonesia dikenakan GWM tinggi seperti rumus pada ketentuan yang lama.
242
Ibid.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
dengan Sertifikat Bank Indonesia SBI dan surat utang negara SUN. Kini Bank Indonesia juga menyetujui pooling fund dengan menggunakan GWM.
243
Pengelolaan bank dapat menggunakan asas-asas pengelolaan aktiva-pasiva assets-liability management. Karena aspek-aspek yang dikelola oleh bank dapat
dibedakan berdasarkan pos-pos neraca, yaitu aktiva assets dan pasiva liability dan equity. Dua model manajemen pengelolaan aktiva-pasiva yang paling dikenal adalah
model pool dana the pool of fund approach dan model alokasi asset assets allocation model. Dalam model alokasi asset, alokasi dana yang dihimpun
disesuaikan dengan jenis dan sifat sumber dana. Model pool dana menyarankan agar dana-dana yang dikumpulkan bank ditampung pool secara keseluruhan, baru
kemudian disalurkan berdasarkan tujuan atau kebutuhan.
244
Seperti yang diketahui dalam bab sebelumnya bahwa GWM mempengaruhi uang beredar di masyarakat. Bank umum dapat mempengaruhi jumlah uang beredar
di masyarakat melalui penyaluran kredit kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan bank umum mempunyai hak untuk menciptakan uang giral. Dengan naiknya GWM
maka akan mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat karena bank harus memenuhi kewajiban pemenuhan likuiditas wajib minimumnya terhadap Bank
Indonesia.
243
Kanwil DJP Wajib Pajak Besar, “Menimbang Untung Rugi Pooling Fund”, http:www.kanwilpajakwpbesar.go.idindex.php?task=news diakses tanggal 26 Mei 2009. Pooling
fund adalah konsorsium pendanaan oleh perbankan nasional. Pooling fund akan sangat bermanfaat, terutama bagi bank papan bawah yang pada umumnya memiliki modal terbatas. Ibid.
244
Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, Op.cit., hlm. 164, 165-167.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Persentase GWM mempengaruhi daya ekspansi kredit. Jika bank sentral menurunkan GWM maka daya ekspansi kredit bank umum akan meningkat, sehingga
jumlah uang beredar bertambah. Sebaliknya jika GWM dinaikkan maka daya ekspansi kredit bank umum menurun dan jumlah uang beredar juga berkurang.
245
Aturan GWM yang baru yaitu penyederhanaan perhitungan GWM dan tidak mengkaitkan GWM dengan tingkat LDR menjadi salah satu opsi untuk
mengendurkan likuiditas yang selama ini agak seret. Harapannya adalah jika likuiditas banjir maka kemampuan bank untuk ekspansi kredit juga semakin
bagus.
246
Namun tidak semua kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia berimbas positif bagi bank-bank nasional.
247
Beberapa bank dengan tingkat LDR yang tinggi malah harus menambah GWM mereka ke Bank Indonesia.
245
Ibid., hlm. 246.
246
Kontan, “GWM Melonggar, Perbankan Geber Kredit”, http:www.kontan.co.idindex.phpKeuangannewsGWM_Melonggar_Perbankan_Geber_Kredit.htm
diakses tanggal 20 Maret 2009.
247
Inilah.com, “Potential-Lost NISP Rp 500 Juta Per Bulan”, http:www.inilah.comrubrikekonomikeuangan diakses tanggal 23 April 2009.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN