Kebijakan Moneter PENGATURAN GIRO WAJIB MINIMUM DALAM

BAB II PENGATURAN GIRO WAJIB MINIMUM DALAM

HUKUM PERBANKAN INDONESIA

A. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter sebagai salah satu bagian dari kebijakan ekonomi makro pada dasarnya merupakan kebijakan pengendalian jumlah uang beredar agar sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dalam suatu sistem perekonomian. Sasaran kebijakan moneter yang ingin dicapai oleh otoritas moneter di Indonesia pada prinsipnya adalah pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga dan tingkat bunga, dan keseimbangan neraca pembayaran serta untuk mencapai pemenuhan kesempatan kerja. Untuk mencapai sasaran kebijakan moneter tersebut Bank Indonesia sebagai otoritas moneter melakukan tugas pengendalian moneter yang meliputi perencanaan, pemantauan, dan pengambilan kebijakan. 72 Bank dalam perekonomian memiliki tempat yang teramat penting sebagai lembaga yang dapat mempengaruhi kegiatan perekonomian. Di samping itu, bank merupakan aktor dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank sentral dalam menjalankan kebijakan moneter dengan menggunakan berbagai instrumen moneter, 72 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, hlm. 57. Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009 bank-bank umumlah yang menjadi mediator dalam mempengaruhi jumlah uang beredar yang merupakan sasaran kebijakan moneter. 73 Strategi pengendalian uang beredar dirumuskan berdasarkan penyesuaian instrumen kebijakan moneter, antara lain operasi pasar terbuka, penyesuaian ketentuan GWM dan fasilitas diskonto. 74 Menurut Pasal 1 angka 4 Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, bahwa Bank Indonesia melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang termasuk tapi tidak terbatas pada: 1. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing. Operasi pasar terbuka menggunakan pinjaman dari bank sentral dengan memakai instrumen SBI Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU Surat Berharga Pasar Uang. 2. Penetapan cadangan wajib minimum GWM. GWM yang merupakan jumlah minimum giro yang harus dipelihara bank pada Bank Indonesia dengan tujuan ganda yaitu dana siaga yang sewaktu- waktu dapat digunakan guna membayar kewajibannya dan piranti untuk 73 Ibid., hlm. 59. 74 Ibid., hlm. 58. Jumlah uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat. Namun definisi ini terus berkembang, sehingga jumlah uang beredar dalam konteks perekonomian negara maju seperti Amerika Serikat, cara penghitungannya dapat berbeda dengan di negara sedang berkembang seperti Indonesia. Ada dua pendekatan untuk definisi jumlah uang beredar, yaitu: 1. Pendekatan Transaksional Transactional Approach, yaitu memandang jumlah uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk keperluan transaksi. 2. Pendekatan Likuiditas Liquidity Approach, yaitu mendefinisikan jumlah uang beredar adalah jumlah uang untuk kebutuhan transaksi ditambah uang kuasi quasy money. Di Indonesia, uang kuasi adalah simpanan rupiah dan valuta asing milik penduduk pada sistem moneter yang untuk sementara waktu kehilangan fungsinya sebagai alat tukar. Uang kuasi terdiri atas simpanan berjangka dan tabungan penduduk pada bank umum, baik dalam rupiah maupun valuta asing. Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, Op.cit., hlm. 13-14. Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009 mencegah ekses likuiditas berlebihan dari bank yang mendorong ekspansi berlebihan. 3. Penetapan tingkat diskonto. Fasilitas diskonto disediakan Bank Indonesia bagi perbankan yang menghadapi kesulitas likuiditas sementara karena ketidakseimbangan antara aliran dana masuk dan penarikan mismatch. 4. Pengaturan kredit atau pembiayaan. 75 Pendekatan yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap bank untuk menghindari kegiatan yang membahayakan atau untuk melakukan kegiatan yang membahayakan atau untuk melakukan kegiatan yang mendukung penciptaan iklim kondusif bagi perekonomian yaitu dengan membatasi pemberian kredit dan pembiayaan. Dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter yang dilakukan Bank Indonesia ditetapkan pokok-pokok ketentuan meliputi antara lain: 1. Tata cara pelaksanaan operasi pasar terbuka di pasar uang rupiah; 2. Tata cara pelaksanaan intervensi valuta asing dalam rangka stabilisasi rupiah; 3. Instrumen yang digunakan dalam operasi pasar terbuka; 4. Tata cara penetapan tingkat diskonto; 5. Penetapan jenis dan besaran cadangan wajib minimum bagi bank, baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing; 75 Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, Op.cit., hlm. 252. lihat juga HLB Hadori Rekan, BI dan BLBI Suatu Tinjauan dan Penilaian Aspek Ekonomi, Keuangan, dan Hukum, Jakarta: Bank Indonesia, 2002, hlm. 42. Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009 6. Penetapan sanksi administrasi terhadap pelanggaran cadangan wajib minimum; 7. Pembatasan kredit atau pembiayaan termasuk juga segala bentuk fasilitas pinjaman dana melalui pasar rupiah dan valuta asing. 76 Untuk pertama kalinya sejak Pakto 1988 Bank Indonesia menggunakan GWM untuk mengerem pertumbuhan besar-besaran moneter yang masih tinggi yaitu dengan menetapkan GWM menjadi 3 persen pada Februari 1996 ketentuan likuiditas wajib minimum sebelumnya menurut Pakto 1988 adalah 2 persen. 77 Dalam rangka mempengaruhi jumlah uang yang beredar, Bank Indonesia dapat mengubah cadangan minimum bank-bank. Apabila ketentuan cadangan minimum diturunkan, jumlah uang yang beredar cenderung naik dan sebaliknya, kalau ketentuan cadangan minimum dinaikkan jumlah uang yang beredar cenderung 76 Dahlan Siamat, Op.cit., hlm. 34. Seiring dengan menurunnya tekanan inflasi, Bank Indonesia mengarahkan perhatiannya pada upaya menjaga pertumbuhan ekonomi negeri. Hal ini dilakukan dengan tetap mengawal inflasi dan kestabilan makroekonomi dan sektor keuangan dalam jangka menengah. Berbagai upaya untuk mencegah sektor riil anjlok lebih dalam lagi juga ditempuh Bank Indonesia melalui kebijakan moneternya. Dalam keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Februari 2009, Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga BI Rate sebesar 50 bps dari 8,75 persen menjadi 8,25 persen. Penurunan ini adalah penurunan ketiga sejak Desember 2008. Selain menurunkan BI Rate, Bank Indonesia akan tetap mengoptimalkan penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia, seperti pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka dan upaya menjaga stabilitas di pasar rupiah dan valas. Selain itu, upaya pelonggaran kebijakan moneter juga diiringi oleh kebijakan Bank Indonesia untuk mendorong perbankan menyalurkan kredit ke sektor produktif dalam koridor praktek perbankan yang berhati-hati prudent. Langkah ini diharapkan dapat memberi gairah pada perekonomian domestik untuk tidak turun lebih dalam. Perkembangan indikator perbankan menunjukkan bahwa penurunan BI Rate mulai direspon oleh pergerakan suku bunga deposito dan suku bunga kredit walaupun masih terbatas. Disamping itu, penurunan suku bunga tersebut diharapkan dapat mengurangi kendala penyaluran kredit dari sisi suplai perbankan. Di sisi dunia usaha, penurunan suku bunga diharapkan dapat mengurangi pesimisme sektor dunia usaha akan prospek ekonomi ke depan. Bank Indonesia, http:www.bi.go.idwebidPublikasiKebijakan+Moneter diakses tanggal 27 Pebruari 2009. 77 Ibid., hlm. 64. Keharusan menyediakan sejumlah minimum dana ini juga disebut likuiditas wajib minimum statutory reserve requirement. Ibid. Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009 turun. Cadangan minimum ialah perbandingan antara jumlah alat-alat likuid yang dikuasai dan jumlah kewajiban yang segera dapat ditarik. 78 Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang giral. Misalnya, pengubahan besaran GWM akan mempengaruhi kemampuan bank umum untuk menciptakan uang giral. 79 Persentase GWM mempengaruhi daya ekspansi kredit. Jika bank sentral menurunkan GWM maka daya ekspansi kredit bank umum akan meningkat, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Sebaliknya jika GWM dinaikkan maka daya ekspansi kredit bank umum menurun dan jumlah uang beredar juga berkurang. 80

B. Dana Bank