sesuai dengan fungsinya. Pengelolaan dana dalam aktiva produktif merupakan sumber pendapatan yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya
operasional bank termasuk biaya bunga, biaya tenaga kerja dan biaya operasional lainnya.
111
C. Perlunya Pengaturan Giro Wajib Minimum Dalam Hukum Perbankan
di Indonesia
1. GWM Diperlukan Guna Menjaga Stabilitas Moneter.
Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
112
Bank Indonesia sebagai bank sentral sekaligus sebagai otoritas perbankan berdasarkan ketentuan perundangan memiliki kewenangan untuk membuat dan
menerapkan ketentuan perundangan right to regulate yang berkaitan dengan kegiatan operasional sebuah bank, baik yang bersifat preventif maupun represif.
113
Kondisi perekonomian nasional yang stabil perlu tetap dijaga antara lain melalui stabilitas moneter. Sasaran stabilitas moneter adalah tingkat inflasi yang
cukup rendah diikuti dengan harga yang stabil, suku bunga positif sehingga memberi
111
Ibid.
112
Pasal 29 ayat 2 Undang-undang No. 10 tahun 1998 Tentang Perbankan.
113
Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: Mandar Maju, 2003, hlm. 29.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
insentif bagi investasi, nilai tukar stabil dan mendorong gairah ekspor disamping menekan inflasi dari impor, dan mengendalikan uang beredar yang cukup bagi
perekonomian sehingga dapat dihindari tekanan inflasi dan spekulasi.
114
Stabilitas moneter dapat dicapai melalui pengendalian uang beredar yang antara lain dilakukan melalui penetapan GWM.
115
Ada dua tujuan dari penetapan GWM tersebut, yakni:
1. Secara mikro, tersedianya dana siaga dari bank agar setiap waktu dapat
membayar kewajibannya, 2.
Secara makro, merupakan sarana pengawasan bank dan pengendalian moneter, yaitu untuk meredam ekses likuiditas yang berlebihan dari
perbankan yang dapat mendorong ekspansi berlebihan atau spekulasi.
116
Memperhatikan tujuan dari GWM tersebut di atas, pada umumnya bank memelihara giro pada Bank Indonesia sedikit lebih besar dari GWM, dengan
memperlihatkan kebiasaan penarikan dan penyetoran oleh nasabah bank serta berjaga-jaga dari hal-hal yang tidak terduga. Dari segi instrumen yang digunakan,
warkat yang diperhitungkan dalam kliring mencakup Cheque, Bilyet Giro, Wesel Bank yang dipergunakan untuk transfer, Surat Bukti Penerimaan Transfer, Nota
114
HLB Hadori Rekan, Studi Hukum ….. Op.cit., hlm. 45.
115
Baca Menimbang dalam PBI No. 615PBI2004 tentang GWM Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah Dan Valuta Asing.
116
HLB Hadori Rekan, Op.cit., hlm. 52.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Debet dan Nota Kredit yang jenis, bentuk serta ciri-cirinya memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
117
Pelaksanaan ketentuan dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter tersebut ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.
118
2. GWM Memberikan Fleksibilitas Pengaturan Likuiditas Perbankan.
Pengaturan mengenai GWM yang berlaku perlu disesuaikan dengan kondisi likuiditas perbankan dari waktu ke waktu. Sehubungan dengan itu dipandang perlu
untuk mengatur kembali ketentuan mengenai GWM pada Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing dalam suatu Peraturan Bank Indonesia.
119
Berdasarkan hal tersebut di atas, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia yang mengatur tentang GWM, yaitu dalam Peraturan Bank Indonesia
No. 615PBI2004 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing yang kemudian diubah dengan Peraturan Bank
Indonesia No. 729PBI2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.
615PBI2004 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing dan diubah lagi dengan Peraturan Bank Indonesia
No. 749PBI2005. Dampak gejolak ekonomi dan keuangan global berpotensi mengurangi
kecukupan likuiditas perbankan baik dalam rupiah maupun valuta asing. Bank
117
HLB Hadori Rekan, Loc.cit
118
Pasal 10 ayat 3 Undang-undang No. 3 tahun 2004 Tentang Bank Indonesia.
119
Baca Menimbang dalam PBI No. 615PBI2004 tentang GWM Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah Dan Valuta Asing.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Indonesia memandang perlu untuk memberikan fleksibilitas pengaturan likuiditas antara lain melalui penetapan GWM untuk mengatasi dampak tersebut dan
meminimalkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas sistem perbankan.
120
Maka dikeluarkanlah
Peraturan Bank Indonesia Nomor 1019PBI2008 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan
Valuta Asing yang kemudian diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 1025 PBI2008 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 1019PBI2008
tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing.
Perubahan peraturan ini dilatarbelakangi oleh gejolak ekonomi dan keuangan global yang semakin berpotensi mengurangi kecukupan likuiditas valuta asing dan
rupiah perbankan. Maka untuk mengantisipasi hal dimaksud pre-emptive action, Bank Indonesia menempuh kebijakan pelonggaran likuiditas untuk memberikan
fleksibilitas kepada perbankan dalam mengelola likuiditasnya sehingga tidak terjadi keketatan likuiditas seperti yang dialami banyak negara lain dan meminimalkan risiko
yang dapat mempengaruhi stabilitas sistem perbankan, yaitu antara lain melalui penurunan GWM.
121
120
Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia No. 1025PBI2008”, http:www.bi.go.idwebidPeraturanPerbankan diakses tanggal 27 Pebruari 2009.
121
Bank Indonesia, http:www.bi.go.idNRrdonlyres28792F55-50C7-4A34-BBF4- 0B58BB78094C14797Materi_Diseminasi_PBI_GWM.pdf diakses tanggal 27 Pebruari 2009. GWM
Rupiah diturunkan dari efektif sebesar 9,01 persen menjadi 7,5 persen. Penyederhanaan GWM Rupiah menjadi GWM utama dan GWM sekunder. GWM valas diturunkan dari 3 persen menjadi 1 persen.
Kebijakan ini akan berpotensi menambah likuiditas perbankan dalam Rupiah sekitar Rp 50,0 triliun dan dalam valas sebesar US 721 juta. Pemenuhan GWM sekunder diberikan masa transisi 1 tahun
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
3. GWM Menentukan Besarnya Biaya Dana Bank.
Biaya dana bank adalah sejumlah dana yang dikeluarkan bank untuk setiap rupiah dana yang dihimpun dari berbagai sumber sebelum dikurangi dengan besarnya
GWM. Sebagai lembaga yang berorientasi bisnis memperoleh keuntungan, bank perlu menghitung besarnya biaya dana cost of fund yang dikeluarkan.
122
Biaya dana merupakan biaya terbesar dari total biaya operasional bank. Menurut George Hempel, ada beberapa alasan kenapa bank perlu menghitung biaya
dana yang digunakannya: 1. Bank mencari kombinasi sumber dana dengan biaya terendah yang tersedia di
pasar; 2. Perhitungan biaya dana yang akurat penting untuk menentukan besarnya
keuntungan yang diperoleh atas aktiva produktifnya; 3. Jenis sumber dana yang dihimpun bank dan penggunaannya memiliki dampak
terhadap likuiditas, risiko tingkat bunga dan risiko modal bank.
123
Dalam situasi bisnis perbankan yang semakin kompetitif, penentuan besarnya biaya dana merupakan aktivitas penting guna mengetahui besarnya keseimbangan
antara keuntungan yang diharapkan dengan risiko yang mungkin dihadapi dalam operasional bank. Selain itu, dalam menghitung besarnya biaya dana bank perlu
diperhatikan ketentuan cadangan wajib yang ditetapkan Bank Indonesia; mengingat
paling lambat 24 Oktober 2009, guna memberi ruang bagi perbankan untuk melakukan penyesuaian terkait dengan aturan tersebut sehingga tidak memberikan tekanan di pasar uang. Ibid.
122
M. Faisal Abdullah, Op.cit., hlm. 37.
123
Dahlan Siamat, Op.cit., hlm. 122.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
besarnya cadangan wajib akan mempengaruhi besarnya biaya dana. Semakin tinggi cadangan wajib maka semakin tinggi pula biaya dana bank.
124
PBI No. 615PBI2004 menyebutkan bahwa GWM dalam rupiah ditetapkan sebesar 5 persen dari DPK dalam rupiah. Selain itu, Bank yang memiliki DPK dalam
rupiah lebih besar dari Rp l triliun-10 triliun rupiah wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 1 persen dari DPK dalam rupiah. Bank yang memiliki
DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp 10 triliun-50 triliun wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 2 persen dari DPK dalam rupiah. Bank yang
memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp 50 triliun wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 3 persen dari DPK dalam rupiah. Bank yang
memiliki DPK dalam rupiah sampai dengan Rp l triliun tidak dikenakan kewajiban tambahan GWM. GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 3 persen dari DPK
dalam valuta asing.
125
PBI No. 729PBI2005 menyebutkan bahwa GWM dalam rupiah ditetapkan sebesar 5 persen dari DPK dalam rupiah. Selain itu, Bank wajib memelihara
tambahan GWM dalam rupiah yang ditetapkan berdasarkan besarnya DPK dan LDR. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah sampai dengan Rp l triliun tambahan GWM
dalam rupiah sebesar 0 persen dari DPK dalam rupiah. Bank yang memiliki DPK
124
M. Faisal Abdullah, Loc.cit. Pengertian biaya dana sering dicampurkan dengan istilah cost of fund, cost of loanable fund, cost of money. Ketiga istilah ini sebenarnya memiliki perbedaan satu
sama lain. Cost of fund dimaksudkan sebagai biaya yang dikeluarkan bank atas dana yang dihimpun sebelum diperhitungkan besarnya ketentuan GWM. Cost of loanable fund adalah biaya dana setelah
dikurangi ketentuan reserve requirement. Cost of money merupakan penjumlah dari total cost of loanable fund dan biaya overhead. Dahlan Siamat, Loc.cit.
125
Pasal 3 dan 4 PBI No. 615PBI2004 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
dalam rupiah lebih dari Rp l triliun-Rp 10 triliun wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 1 persen dari DPK dalam rupiah. Bank yang memiliki DPK
dalam rupiah lebih dari Rp 10 triliun-Rp 50 triliun wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 2 persen dari DPK dalam rupiah. Bank yang memiliki
DPK dalam rupiah lebih dari Rp 50 triliun wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 3 persen dari DPK dalam rupiah. Kewajiban memelihara tambahan
GWM dalam rupiah berdasarkan besarnya LDR ditetapkan sebagai berikut: 1.
Bank yang memiliki LDR lebih dari 90 persen dikenakan tambahan GWM sebesar 0 persen dari DPK dalam rupiah;
2. Bank yang memiliki LDR lebih dari 75 persen – 90 persen wajib memelihara
tambahan GWM dalam rupiah sebesar 1 persen dari DPK dalam rupiah; 3.
Bank yang memiliki LDR lebih dari 60 persen - 75 persen wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 2 persen dari DPK dalam rupiah;
4. Bank yang memiliki LDR lebih dari 50 persen - 60 persen wajib memelihara
tambahan GWM dalam rupiah sebesar 3 persen dari DPK dalam rupiah; 5.
Bank yang memiliki LDR sebesar 40 persen - dengan 50 persen wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 4 persen dari DPK dalam
rupiah;
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
6. Bank yang memiliki LDR kurang dari 40 persen wajib memelihara tambahan
GWM dalam rupiah sebesar 5 persen dari DPK dalam rupiah.
126
PBI No. 749PBI2005 menyebutkan bahwa Ketentuan Pasal 11 dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 615PBI2004 tentang Giro Wajib Minimum Bank
Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4390 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 729PBI2005 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 80,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4529 diubah. Di PBI ini disebutkan bahwa Bank Indonesia memberikan jasa giro setiap hari kerja terhadap
bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang diperuntukkan untuk pemenuhan kewajiban memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebagaimana dimaksud dalam
PBI No. 729PBI2005 dengan tingkat bunga sebesar 6,5 persen pertahun. Kebijakan pemberian jasa giro dan atau persentase jasa giro dapat disesuaikan dari waktu ke
waktu dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian dan arah kebijakan Bank Indonesia. Penentuan besarnya persentase jasa giro dilakukan dengan Surat Edaran
Bank Indonesia.
127
126
Pasal 3 PBI No. 729PBI2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 615PBI2004 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan
Valuta Asing.
127
Pasal 1 PBI No. 749PBI2005 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia No. 615PBI2004 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah
Dan Valuta Asing.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
PBI No. 1019PBI2008 menyebutkan bahwa GWM dalam rupiah ditetapkan sebesar 7,5 persen dari DPK dalam rupiah. GWM dalam valuta asing ditetapkan
sebesar 1 persen dari DPK dalam valuta asing.
128
PBI No. 1025PBI2008 menyebutkan bahwa GWM dalam rupiah ditetapkan sebesar 7,5 persen dari DPK dalam rupiah yang terdiri dari GWM Utama dan GWM
Sekunder. GWM Utama dalam rupiah ditetapkan sebesar 5 persen dari DPK dalam rupiah dan GWM Sekunder dalam rupiah ditetapkan sebesar 2,5 persen dari DPK
dalam rupiah. Pemenuhan GWM Utama dalam rupiah hanya dapat dilakukan dengan menggunakan saldo Rekening Giro Rupiah Bank pada Bank Indonesia sedangkan
pemenuhan GWM Sekunder dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan SBI, SUN danatau excess reserve.
129
Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman D. Hadad mengatakan, Bank Indonesia memandang aturan GWM yang lama sangat kompleks karena
perhitungannya dikaitkan dengan cash ratio ditambah dengan sejauh mana bank dapat memenuhi LDR. Jika LDR tinggi, tarif GWM akan rendah dan sebaliknya.
Keterkaitan antara GWM dengan LDR tersebut dihilangkan dalam ketentuan GWM yang baru dan hanya ada dua komponen besar, yaitu cash ratio dan secondary
reserve ratio. Direktur Utama PT BRI Tbk, Sofyan Basir, setuju jika aturan GWM yang baru tidak lagi menggunakan LDR sebagai acuannya. Pasalnya persentase
128
Pasal 3 dan 4 PBI No. 1019PBI2008 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing.
129
Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia No. 1025PBI2008 tentang Perubahan Atas PBI No. 1019PBI2008 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam
Rupiah Dan Valuta Asing”, http:www.bi.go.idwebidPeraturanPerbankan diakses tanggal 27 Pebruari 2009.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
penyaluran kredit rata-rata perbankan sudah mencapai 70 persen. Artinya, LDR sudah tidak relevan menjadi tolak ukur GWM. Alasan Bank Indonesia menggunakan
landasan LDR sebagai aturan GWM dulu karena Bank Indonesia melihat penyaluran kredit di perbankan tidak maksimal. Oleh karena itu, Bank Indonesia menekan bank
agar menyalurkan kredit dengan menggunakan aturan GWM ini.
130
Terdapat perubahan-perubahan dalam PBI tentang GWM dalam ketentuan Peraturan Bank Indonesia yang lama dan Peraturan Bank Indonesia yang baru.
Pokok-pokok perubahan Peraturan Bank Indonesia tentang GWM tersebut dapat dilihat dari 3 hal, yaitu:
1. Dalam hal pemenuhan GWM
2. Dalam hal jasa giro
3. Dalam hal pengenaan sanksi.
131
130
Kontan Online, “Aturan Baru GWM Berlaku Tahun Ini”, http:www.kontan.co.idindex.phpKeuangan diakses tanggal 28 Oktober 2008.
131
Bank Indonesia, “Pokok-Pokok Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 515PBI2004, PBI No. 729PBI2005, dan PBI No. 749PBI2005 menjadi PBI No. 1019PBI2008
dan PBI No. 1025PBI2008 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing” ,http:www.bi.go.idNRrdonlyres28792F55-50C7-4A34-BBF4-
0B58BB78094C14797Materi_Diseminasi_PBI_GWM.pdf diakses tanggal 23 April 2009.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Ad. 1. Dalam Hal Pemenuhan GWM Tabel 1: Pokok-Pokok Perubahan Dalam Hal Pemenuhan GWM
Ketentuan lama PBI No. 615PBI2004
PBI No. 729PBI2005 PBI No. 749PBI2005
Ketentuan baru PBI No. 1019PBI2008
PBI No. 1025PBI2008 keterangan
Pemenuhan GWM rupiah terdiri
dari: – 5 persen GWM utama,
ditambah – besaran DPK 0-3
persen – level LDR
132
0-5 persen
Dari total DPK dalam rupiah
Pemenuhan GWM rupiah menjadi sebesar 7,5 persen
yang terdiri dari:
- 5 persen GWM utama - 2,5 persen GWM
sekunder Dari total DPK dalam
rupiah Penyederhanaan
perhitungan
133
Berlaku untuk semua bank umum
Berlaku untuk semua bank umum
Equal treatment Pemenuhan GWM valas
sebesar 3 persen dari total DPK valas
Pemenuhan GWM valas menjadi sebesar 1 persen
dari total DPK valas Menambah likuiditas
perbankan
Berlaku untuk bank umum devisa
Berlaku untuk bank umum devisa
Pemenuhan GWM rupiah hanya menggunakan saldo
giro bank di Bank Indonesia
Pemenuhan GWM rupiah menjadi:
- 5 persen GWM utama dipenuhi dengan saldo
giro bank di Bank Indonesia
- 2,5 persen GWM sekunder dipenuhi
dengan SBI dan atau GWM rupiah
memperhitungkan surat berharga SBI atau SUN
yang dimiliki bank. Pemenuhan GWM
sekunder diberikan masa transisi selama 1 tahun
atau paling lambat 1
132
LDR Loan to Deposit Ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Lukman Dendawijaya, Op.cit., hlm. 118.
133
Penyederhanaan perhitungan GWM rupiah, berlaku mulai 24 Oktober 2008 menjadi hanya dalam bentuk statutory reserves menjadi hanya 7,5 persen dari Dana Pihak Ketiga agar likuiditas
dalam sistem perbankan menjadi lebih memadai. Wahyu Daniel, “BI Keluarkan 5 Aturan Pelonggaran Likuid”, http:www.detikfinance.comkanal5moneter diakses tanggal 20 Maret 2009.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
SUN dan atau excess reserve
Oktober 2009. Dasar perhitungan DPK
untuk pemenuhan GWM tidak mengalami
perubahan.
Pemenuhan GWM valas menggunakan rekening
giro valas pada Bank Indonesia
Pemenuhan GWM valas menggunakan rekening
giro valas pada Bank Indonesia
Ketentuan PBI yang lama menyebutkan bahwa pemenuhan GWM rupiah terdiri dari 5 persen GWM utama ditambah dengan besaran DPK 0 – 3 persen dan
level LDR 0–5 persen dimana pemenuhan GWM rupiah hanya menggunakan saldo giro bank di Bank Indonesia.
Ketentuan yang baru membuat penyederhanaan perhitungan dimana pemenuhan GWM rupiah sebesar 7,5 persen yang terdiri dari GWM primer dan
GWM sekunder dimana pemenuhan GWM rupiah bukan hanya dengan saldo giro bank di Bank Indonesia tetapi juga dengan SBI Sertifikat Bank Indonesia dan atau
SUN Surat Utang Negara dan atau excess reserve. Pemenuhan GWM valas dalam ketentuan PBI yang lama juga lebih besar,
yaitu 3 persen, sedangkan dalam ketentuan PBI yang baru diturunkan menjadi hanya 1 persen. Kebijakan ini diharapkan dapat berpotensi menambah likuiditas perbankan
dalam rupiah sekitar Rp 50 triliun dan dalam valas sebesar 721 juta dollar AS. Serta pemenuhan GWM sekunder diberikan masa transisi 1 tahun paling lambat Oktober
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
2009 guna memberikan ruang bagi perbankan untuk melakukan penyesuaian terkait dengan aturan tersebut sehingga tidak memberikan tekanan di pasar uang.
134
Ad. 2. Dalam Hal Jasa Giro. Tabel 2: Pokok-Pokok Perubahan Dalam Hal Jasa Giro
Ketentuan lama PBI No. 615PBI2004
PBI No. 729PBI2005 PBI No. 749PBI2005
Ketentuan baru PBI No. 1019PBI2008
PBI No. 1025PBI2008 keterangan
Bank mendapat jasa giro atas bagian GWM yang
dikaitkan dengan besaran DPK dan level LDR bank
dengan GWM efektif lebih dari 5 persen
Bank tidak mendapatkan jasa giro
Baik ketentuan lama ataupun baru tidak
memberikan jasa giro bagi pemenuhan 5 persen
GWM
Ketentuan yang lama menyebutkan bahwa bank mendapat jasa giro atas
bagian GWM yang dikaitkan dengan besaran DPK dan level LDR bank dengan GWM efektif lebih besar dari 5 persen. Ketentuan yang baru menyebutkan bahwa
bank dengan tingkat DPK dan LDR efektif yang lebih besar dari 5 persen tidak mendapatkan jasa giro lagi. Namun baik dalam ketentuan yang lama dan ketentuan
yang baru menyebutkan bahwa bank tidak mendapatkan jasa giro bila pemenuhan hanya 5 persen GWM.
134
Kompas.com., “BI: Pelonggaran Likuiditas Perbankan Antisipasi Gejolak Ekonomi”, http:www.kompas.comreadxml2008102408421768BI.Pelonggaran.Likuiditas.Perbankan.Antisip
asi.Gejolak.Ekonomi diakses tanggal 23 April 2009.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Ad. 3. Dalam Hal Pengenaan Sanksi. Tabel 3: Pokok-Pokok Perubahan Dalam Hal Pengenaan Sanksi
Ketentuan lama PBI No. 615PBI2004
PBI No. 729PBI2005 PBI No. 749PBI2005
Ketentuan baru PBI No. 1019PBI2008
PBI No. 1025PBI2008 keterangan
Sanksi dikenakan terhadap kekurangan pemenuhan
GWM rupiah: Kekurangan GWM rupiah
x 125 persen x suku bunga JIBOR
135
x hari kerja 360 x 100
Sanksi dikenakan terhadap kekurangan pemenuhan
GWM rupiah: Kekurangan GWM rupiah
x 125 persen x suku bunga JIBOR x hari kerja
360 x 100 Sanksi dikecualikan bagi
bank yang mendapat insentif kelonggaran dr
konsolidasi Sanksi pelanggaran GWM
utama dalam rupiah efektif sejak 24 Oktober 2008.
Sanksi pelanggaran GWM sekunder dalam rupiah
efektif sejak 24 Oktober 2009.
Sanksi pelanggaran GWM valas efektif sejak 13
Oktober 2008.
Sanksi dikenakan terhadap kekurangan pemenuhan
GWM valas: 0,04 persen x kekurangan
GWM valas x jumlah hari kerja
Sanksi dikenakan terhadap kekurangan pemenuhan
GWM valas: O,04 persen x kekurangan
GWM valas x jumlah hari kerja
Pengecualian sanksi bagi bank yang melakukan
mergerkonsolidasi adalah 1 persen dari kewajiban
yang ditetapkan dalam ketentuan GWM.
Ketentuan PBI yang lama menyebutkan bahwa apabila bank tidak memenuhi
ketentuan pemenuhan GWM baik rupiah dan valas maka terhadap bank tersebut akan dikenakan sanksi namun dalam ketentuan PBI yang baru memberi kelonggaran
hingga batas waktu tertentu terhadap bank-bank yang tidak memenuhi ketentuan pemenuhan GWM baik rupiah dan valas dikarenakan mergerkonsolidasi.
135
Jakarta Interbank Offered Rate, yang untuk selanjutnya disebut JIBOR, adalah suku bunga antar bank untuk berbagai jangka waktu yang ditawarkan oleh bank-bank tertentu di Jakarta. Pasal 1
angka 11 PBI No. 615PBI2004 Tentang GWM Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
BAB III PERANAN GIRO WAJIB MINIMUM DIKAITKAN DENGAN