BAB III PERANAN GIRO WAJIB MINIMUM DIKAITKAN DENGAN
LIKUIDITAS PERBANKAN
A. Kesehatan Bank
Industri perbankan yang sehat dan berada dalam kondisi stabil berperan mutlak dalam kegiatan atau pembangunan ekonomi dalam pengertian bahwa lembaga
keuangan tersebut terutama perbankan diyakini dapat memenuhi seluruh kewajibannya tanpa dukungan atau bantuan pihak luar eksternal. Suatu negara bisa
saja memiliki sistem perbankan yang kuat, dengan perekonomian yang lemah. Tetapi, tidak pernah dalam sejarah menunjukkan bahwa suatu negara dengan sistem
perbankan yang lemah menjadikan perekonomiannya kuat.
136
Pentingnya kesehatan lembaga keuangan, khususnya perbankan, dalam penciptaan sistem keuangan yang sehat mempunyai beberapa alasan, antara lain:
1. Keunikan karakteristik perbankan yang rentan terhadap serbuan masyarakat
yang menarik dana secara besar-besaran bank runs
137
sehingga berpotensi merugikan deposan dan kreditur bank;
136
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Suatu Gagasan Tentang Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia, Jakarta: Sekolah Pascasarjana Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2002, hlm. 22.
137
Runs adalah suatu kondisi dimana nasabah-nasabah yang menyimpan uangnya di suatu bank mulai tidak yakin akan kemampuan bank tersebut dalam membayar kewajibannya secara penuh
sehingga mereka menarik uangnya. Runs menjadi masalah karena ketika bank mengalami permintaan akan uang yang meningkat, mereka harus menyediakan dana dalam jumlah yang mencukupi.
Masalahnya menjadi lebih pelik sebab bank harus mengambil simpanan dananya yang ada di bank sentral atau di bank lain. Jika belum mencukupi, hal tersebut harus dipenuhi dengan menjual asetnya
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
2. Penyebaran kerugian di antara bank-bank sangat cepat melalui contagion
effect
138
sehingga berpotensi menimbulkan system problem; 3.
Proses penyelesaian bank-bank bermasalah membutuhkan dana dalam jumlah yang tidak sedikit;
4. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sebagai lembaga
intermediasi akan menimbulkan tekanan-tekanan dalam sektor keuangan financial distress;
5. Ketidakstabilan sektor keuangan akan berdampak pada kondisi makro
ekonomi, khususnya dikaitkan dengan tidak efektifnya transmisi kebijakan moneter.
139
dan atau menjual utangnya yang tentunya dalam harga yang lebih rendah. Dalam keadaan normal, sebagian aset perbankan berbentuk piutang. Pada kondisi dimana bank menghadapi permintaan akan
kas dalam jumlah besar dan mendadak, maka kegoncangan pada suatu bank dapat memberikan efek domino pada bank lain melalui hubungan pinjaman antar bank atau lewat kenaikan suku bunga pasar
uang antar bank. Kondisi ini yang akan menyebabkan insolvensi pada satu atau lebih atau bahkan semua sistem perbankan. HLB Hadori Rekan, Studi Ekonomi .... Op.cit., hlm. 32-33.
Tingkat kepercayaan masyarakat menunjukkan gejala penurunan yang sangat tajam pada saat krisis nilai tukar terjadi. Hal ini ditandai dengan adanya penarikan dana secara serentak dan besar-
besaran pada sejumlah bank di Indonesia. Paling tidak ada beberapa alasan yang melandasi ketakutan tersebut:
1. Modal dan cadangan perbankan dalam bentuk cair likuid sangat kecil dibandingkan dengan
dana masyarakat yang mereka kelola; 2.
Sistem perbankan merupakan penggerak roda perekonomian. Sistem perbankan merupakan sistem yang saling berkait. Pinjaman antar bank akan menyebabkan gangguan pada bank yang
satu akan menimbulkan kesulitan pada bank lainnya sehingga menimbulkan “efek domino” yang berakibat pada runtuhnya seluruh sistem perbankan.
Efek domino yang menyebabkan kehancuran sistem perbankan hanya akan terjadi jika
masyarakat akan mengalihkan seluruh dana mereka dari sistem perbankan. HLB Hadori Rekan, BI dan BLBI Suatu Tinjauan dan Penilaian …. Op.cit., hlm. 22-23.
138
Ketidakpercayaan kepada suatu bank cepat atau lambat akan membawa ketidakpercayaan kepada sistem perbankan secara keseluruhan sehingga akan menimbulkan panics. Contagion effect
dari pola runs suatu bank terjadi bila nasabah menarik dananya dari bank yang gagal dan yang masih baik dalam waktu yang sama tanpa adanya proses pemindahan deposito. Contagion effect dapat
ditentukan dengan membandingkan uang kartal terhadap simpanan DPK dalam sistem perbankan pada saat yang sama yang keluar dari bank yang baik maupun yang gagal. Ibid., hlm. 37.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bahwa Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
140
Penilaian kesehatan bank dilakukan oleh Bank Indonesia secara teratur dan diberitahukan kepada bank secara berkala. Sistem
penilaian tingkat kesehatan bank telah dimulai sekitar tahun 1970 dengan menggunakan kriteria yang dikembangkan dari asas-asas usaha bank dan perkreditan
yang sehat. Dalam periode ini kriteria penilaian tingkat kesehatan tidak hanya didasarkan atas kriteria tradisional yaitu: aspek likuiditas, solvabilitas, dan
rentabilitas, namun juga telah memasukkan unsur penilaian atas kemampuan modal untuk memikul resiko yang mungkin timbul dari kegiatan usahanya.
141
Faktor-faktor yang dapat menurunkan nilai tingkat kesehatan bank menjadi tidak sehat yaitu perselisihan intern, campur tangan pihak di luar manajemen bank,
window dressing
142
, praktik bank dalam bank, penghentian keikutsertaan kliring, praktik perbankan lain yang membahayakan kelangsungan bank.
143
139
Anwar Nasution, “Masalah-masalah Sistem Keuangan dan Perbankan Indonesia”, disampaikan pada “Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII”, Denpasar: Badan Pembinaan
Hukum Nasional – Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, 14-18 Juli 2003, hlm. 5.
140
Pasal 29 ayat 2 Undang-undang No. 10 tahun 1998 Tentang Perbankan.
141
HLB Hadori Rekan, Studi Hukum ..... Op.cit., hlm. 49.
142
Window dressing is a strategy used by mutual fund and portfolio managers near the year or quarter end to improve the appearance of the portfoliofund performance before presenting it to
clients or shareholders. Performance reports and a list of the holdings in a mutual fund are usually sent to clients every quarter. To window dress, the fund manager will sell stocks with large losses and
purchase high flying stocks near the end of the quarter. These securities are then reported as part of the funds holdings. Another variation of window dressing is investing in stocks that dont meet the
style of the mutual fund. For example, a precious metals fund might invest in stocks that are in a hot
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Proses penyehatan dan penguatan perbankan telah ada dirumuskan dalam PAKFEB 1991
144
. Kebijakan tersebut mengadopsi ”Prudential Banking” prinsip kehati-hatian dalam usaha perbankan, yang digunakan sebagai ”Best Practice
Guide” di dunia perbankan internasional. Beberapa ketentuan yang penting adalah syarat kecukupan modal minimum CAR, kewajiban penyisihan cadangan risiko,
sector at the time, disguising the funds holdings, so clients really have no idea what they are paying for. Window dressing may make a fund appear more attractive, but you cant hide poor performance
for long. Investopedia, http:www.investopedia.comtermswwindowdressing.asp diakses tanggal 17 Mei 2009. Window dressing adalah suatu strategi yang digunakan oleh manejer dana dan portofolio
sebelum akhir tahun atau perempat tahun untuk meningkatkan penampilan dari portofoliokeuangan sebelum memperkenalkannya pada klien atau shareholder. Laporan performa dan daftar dari
perusahaan dalam keuangan yang sama biasanya dikirim ke klien setiap tiga bulan. Untuk melakukan window dressing, manajer keuangan akan menjual saham yang sangat merugikan dan membeli saham
yang sedang naik pada saat akhir bulan ketiga. Sekuritas ini kemudian dilaporkan sebagai bagian dari dana perusahaan. Variasi lain dari window dressing adalah berinvestasi dalam stok yang tidak
mempunyai jenis dana yang sama. Contohnya, logam berharga mungkin diinvestasikan dalam saham di sektor yang sedang beruntung pada saat itu, menyamarkan keuangan perusahaan, jadi klien benar-
benar tidak tahu apa yang telah mereka bayarkan.
Window dressing mungkin membuat keuangan kelihatan lebih menarik, tapi anda tidak dapat menyembunyikan keuangan yang buruk dalam jangka waktu yang lama. Window dressing adalah
penyajian laporan keuangan yang lebih baik daripada keadaaan sesungguhnya. Kamus Keuangan, http:www.perencanakeuangan.comfilesw1.html diakses tanggal 17 Mei 2009. Secara politis,
window dressing akan membuat pemerintahan seolah-olah berhasil mencapai target-targetnya. Tempointeraktif, “Ekonom Kuatir Pemerintah Melakukan Window
Dressing”,http:www.tempointeraktif.comhgekbis20071021brk,20071021-109827,id.html diakses tanggal 17 Mei 2009.
143
Ibid., hlm. 159.
144
Ketentuan penilaian tingkat kesehatan berdasarkan PAKFEB 1991 tersebut untuk pertama kalinya ditetapkan dalam Paket ketentuan antara lain sebagai berikut:
1. Surat Keputusan dan Surat Edaran Direksi Bank Indonesia tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan, yaitu masing-masing No. 2381KEPDIR dan No. 2321BPPP tanggal 28 Februari 1991.
2. Surat Keputusan dan Surat Edaran Direksi Bank Indonesia tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank, masing-masing No. 2367KEPDIR dan No. 2311BPPP tanggal 28 Februari 1991.
3. Surat Keputusan Direksi dan Surat Edaran Direksi Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva
Produktif dan Pembentukan Cadangan, masing-masing No. 2368KEPDIR dan No. 2312BPPP tanggal 28 Februari 1991. HLB Hadori Rekan, Studi Hukum … Op.cit., hlm.
50.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
pengetatan klasifikasi likuiditas kredit kolektabilitas dan BMPK Batas Maksimum Pemberian Kredit.
145
Struktur pasar keuangan financial markets yang sehat ditunjang oleh pelaku pasar yang sehat pula akan membantu berbagai langkah stabilitas ekonomi mencapai
sasarannya. Oleh karena itu dibutuhkan pelaku pasar keuangan yang mampu menangkap sinyal-sinyal indikatif yang diisyaratkan otoritas perbankan. Sejalan
dengan itu Bank Indonesia harus terus berupaya meningkatkan profesionalisme pelaku dalam sektor perbankan agar dapat menciptakan bankir yang tangguh dan
profesional. Melihat jumlah kantor bank yang semakin bertambah, Bank Indonesia jelas memiliki keterbatasan dalam melakukan pengawasan. Untuk itu Bank Indonesia
mengembangkan pola pembinaan dan pengawasan yang mengarah pada industri perbankan yang mampu mengatur sendiri dalam menerapkan pelaksanaan prinsip
kehati-hatian.
146
Ukuran kinerja bank umum yang lebih komprehensif adalah CAMEL, yang mencakup seluruh aspek yang penting dalam evaluasi kesehatankinerja bank umum,
yaitu: C = Capital Adequacy tingkat kecukupan modal, A = Assets Quality kualitas aktiva, M = Management Quality kualitas manajemen, E = Earnings kemampuan
menghasilkan pendapatan, L = Liquidity tingkat likuiditas.
147
145
HLB Hadori, Studi Hukum.... Op.cit., hlm. 41. Kebijaksanaan PAKFEB 1991 tersebut mengandung perubahan yang fundamental, oleh karena itu penerapannya tidak dapat dilakukan serta
merta namun perlu dilakukan secara bertahap. Tahap akhir dari penerapan kebijaksanaan tersebut oleh perbankan direncanakan pada akhir tahun 1997. Ibid.
146
Dahlan Siamat, Op.cit., hlm. 70.
147
Manurung Mandala dan Prathama Rahardja, Op.cit., hlm. 157.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Teknik analisa CAMEL yang digunakan untuk penilaian kinerja keuangan bank mengacu pada ketentuan penilaian yang diatur dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No. 302UPPBtgl 3041997 jo. SE No. 30UPPBtgl 19031998.
148
Berdasarkan penjelasan Surat Edaran Bank Indonesia tersebut, penerapan analisis CAMEL dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Melakukan review data laporan keuangan Neraca dan Laporan Rugi Laba
dengan sistem akuntansi yang berlaku maupun penjelasan lain yang mendukung;
2. Menghitung angka rasio masing-masing aspek CAMEL;
3. Menghitung nilai kotor masing-masing rasio;
4. Menghitung nilai bersih masing-masing rasio dengan jalan mengalikan nilai
kotor masing-masing dengan standar bobot masing-masing rasio; 5.
Menjumlahkan nilai bersih rasio CAMEL; 6.
Membandingkan hasil penjumlahan keseluruhan rasio CAMEL dengan standar Bank Indonesia.
149
Asas kehati-hatian Prudential Banking pada dasarnya merupakan suatu tolak ukur pengendalian CAMEL. Dalam prinsip tersebut, hal-hal yang belakangan sering
mengemuka seperti Capital Adequacy Ratio CAR, Cadangan RisikoProvisi, Batas
148
M. Faisal Abdullah, Op.cit., hlm. 129-130.
149
Universitas Kristen Petra, http:digilib.petra.ac.idjiunkpe2007-32403056-8776- kebangkrutan.pdf diakses tanggal 12 Mei 2008.
Pamela Romauli Tampubolon : Perubahan Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Dikaitkan Dengan Penyaluran Kredit Bank, 2009
Maksimum Pemberian Kredit BMPK, termasuk dalam cakupan asas kehati-hatian dalam usaha bank.
150
B. Peranan Giro Wajib Minimum Dalam Likuiditas Bank