Pidana Mati Dalam KUHP

berdasarkan faktor rasial” 76 mungkin hanya berlaku dahulu saja dan tidak lagi saat ini, karena pemerintah Republik Indonesia juga mengeluarkan undang-undang di samping KUHP, yang mengandung ancaman hukuman mati. 77 Dengan demikian, hukuman mati yang tercantum dalam pasal 10 KUHP tetap berlaku hingga saat ini. Eksistensi hukuman mati yang berlaku di Indonesia tercantum dalam tiga kelompok hukum, yaitu sebagai berikut:

1. Pidana Mati Dalam KUHP

Roeslan Saleh di dalam bukunya yang berjudul “Stelsel Pidana Indonesia”, menyatakan bahwa KUHP membatasi kemungkinan dijatuhkannya hukuman mati atas beberapa kejahatan yang berat saja. Yang dimaksudkan dengan kejahatan- kejahatan berat yaitu: 78 a. Kejahatan terhadap negara Pasal 104, 111 ayat 2, 124 ayat 3, dan pasal 140 ayat 3 KUHP. b. Pembunuhan dengan berencana pasal 340 KUHP. c. Pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan orang luka berat atau mati, sebagaimana yang disebut dalam pasal 365 ayat 4. d. Pembajakan di laut, di pantai, di pesisir, dan di sungai yang dilakukan dalam keadaan seperti tersebut dalam pasal 444 KUHP. Berikut ini penulis uraikan sebagai berikut: 1 Kejahatan terhadap keamanan negara 76 J.E. Sahetapy, op.cit, hal. 38. 77 Andi Hamzah dan Sumagelipu, op.cit, hal. 18. 78 Roeslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, Jakarta: Aksara Baru, 1978, hal. 17. Eliza Oktaliana Sari : Hukuman Mati Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia Dalam Perkara Nomor 176 K Pid1998, 2009 Bab I Buku II KUHP yang berjudul “kejahatan terhadap keamanan negara” memuat tindak pidana yang bersifat mengganggu kedudukan negara sebagai suatu kesatuan yang berdiri di tengah-tengah masyarakat internasional, yang terdiri dari pelbagai negara yang merdeka dan berdaulat. Wirdjono Prodjodikoro di dalam bukunya ”Tindakan-tindakan pidana tertentu di Indonesia”, menyebutkan ada dua macam pengkhianatan terhadap negara ialah sebagai berikut: 79 a Pengkhianatan intern hoogverraad, yang ditujukan untuk mengubah struktur kenegaraan atau struktur pemerintahan yang ada, termasuk juga tindak pidana terhadap kepala negara. b Pengkhianatan ekstern landvorraad, yang ditujukan untuk membahayakan keamanan negara terhadap serangan dari luar negeri. Jadi mengenai keamanan ekstern uitwondige veiligheid dari negara, misalnya hal memberi pertolongan kepada negara asing yang bermusuhan dengan negara kita. Bab I Buku II KUHP itu terkumpul dua macam pengkhianatan seperti diuraikan di atas, seolah-olah tidak diadakan perbedaan antara dua macam tindak pidana itu. Tetapi oleh pembentuk KUHP diadakan sekedar perbedaan, yaitu dalam pasal 4 ke-1 yang menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan hukum pidana yang berlaku di Indonesia juga berlaku pada setiap orang. Jadi tidak hanya warga negara Indonesia yang berada di luar wilayah Indonesia melakukan salah satu dari kejahatan- 79 Wirdjono Prodjodikoro, Tindakan-tindakan Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: PT. Eresco, 1974, hal. 202-203. Eliza Oktaliana Sari : Hukuman Mati Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia Dalam Perkara Nomor 176 K Pid1998, 2009 kejahatan yang termuat dalam pasal 104, 106, 107, 108 dan 110, sedangkan pasal 121, 124 dan 126 mengenai pengkhianatan ekstern, menurut pasal 5 ke-1 juga hanya berlaku bagi warga negara Indonesia yang melakukan tindak pidana di luar negeri. 80 Pasal 104 sebagai pasal 1 Bab I Buku II KUHP berbunyi: “makar aanslag yang dilakukan dengan niat hendak membunuh Presiden atau Wakil Presiden, atau dengan maksud hendak merampas kemerdekaannya atau hendak menjadikan mereka itu tiada cakap memerintah, dihukum mati atau penjara seumur hidup, atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun”. 81 Berdasarkan pasal 104 KUHP, terdapat tiga macam tindak pidana yang dapat dikenakan hukuman mati: Pertama, makar yang dilakukan dengan tujuan oogmerk untuk membunuh kepala negara; kedua, makar yang dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kemerdekaan kepala negara; dan ketiga, makar yang dilakukan 80 Kejahatan-kejahatan terhadap negara dan pemerintah, oleh Dali Mutiara dalam bukunya yang berjudul “Tafsir KUHP” diantaranya yang terpenting adalah: a. Kejahatan terhadap presiden dan wakil presiden. b. Kejahatan terhadap pemerintah atau badan-badan pemerintah. c. Kejahatan terhadap negara sahabat, kepada negaranya atau wakil negara sahabat. d. Memberontak. e. Menjadi mata-mata atau kaki tangan negara asing. f. Melawan pegawai pemerintah. g. Mengacau waktu pemilihan umum. h. Menyembunyikan penjahat atau menghilangkan bukti kejahatan. i. Memberikan laporan palsu kepada pegawai pemerintah yang berwajib. j. Menyiarkan kabar bohong. k. Menjadi saksi dan sumpah palsu. l. Perkara perkumpulan. Lihat: Dali Mutiara, Tafsir KUHP, Jakarta: Toko Buku Bintang Indonesia, cet. V, 1983, hal. 36. 81 R. Soesilo, loc.cit., hal. 93. Adapun pengertian “makar” yaitu “serangan”. Akan tetapi kini ada penafsiran khusus termuat dalam pasal 87 KUHP, yang menyatakan bahwa makar untuk suatu perbuatan dianggap ada apabila niat si pelaku kejahatan telah nampak, berupa permulaan pelaksanaan dalam arti yang dimaksudkan dalam pasal 53 KUHP. Eliza Oktaliana Sari : Hukuman Mati Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia Dalam Perkara Nomor 176 K Pid1998, 2009 dengan tujuan untuk menjadikan kepala negara tidak dapat menjalankan pemerintahan. Selanjutnya pasal 111 KUHP isinya sebagai berikut: 82 1 Barangsiapa yang mengadakan perhubungan dengan negara asing, maupun dengan raja atau rakyat dengan niat hendak mengajak, membujuk mereka itu supaya bermusuh-musuhan atau berperang dengan negara, atau dengan niat hendak meneguhkan maksud mereka tentang hal itu, atau dengan niat akan menjadikan pertolongan pada mereka atau hendak memberi pertolongan waktu menyiapkan perbuatan itu, dihukum penjara selama-lamanya lima belas tahun. 2 Jika permusuhan itu dilakukan atau peperangan terbit, maka dijatuhkan hukuman mati atau penjara seumur hidup, atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. Jadi tindak pidana dari pasal 111 KUHP berupa mengadakan perhubungan negara asing , dengan niat: a. Akan membujuk supaya negara asing itu melakukan perbuatan permusuhan atau berperang dengan negara kita, atau b. Akan memperkuat kehendak negara asing untuk berbuat demikian, atau c. Akan menyanggupi bantuan dalam hal ini kepada negara asing, atau d. Akan memberi bantuan dalam hal mempersiapkan hal-hal tersebut di atas. Mengenai kejahatan-kejahatan yang biasanya dilakukan oleh mata-mata musuh, diantaranya diatur dalam pasal 124 KUHP yang berbunyi sebagai berikut: 83 1 Dihukum dengan hukuman lima belas tahun penjara barangsiapa dalam masa perang dengan sengaja memberi pertolongan kepada musuh atau merugikan negara bagi kepentingan musuh itu. 82 R. Soesilo, ibid, hal. 96. 83 Ibid, hal. 101-102. Eliza Oktaliana Sari : Hukuman Mati Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia Dalam Perkara Nomor 176 K Pid1998, 2009 2 Hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun dikenakan, apabila pembuat: Ke-1. Memberikan atau menyampaikan sesuatu peta, rencana, gambar, atau lukisan pekerjaan-pekerjaan kemiliteran, atau sesuatu keterangan tentang gerak atau rencana tentara kepada musuh. Ke-2. Bekerja pada musuh sebagai mata-mata atau memberi tumpangan, menyembunyikan atau membantu mata-mata musuh. 3 Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup, atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun dikenakan, apabila si pembuat: Ke-1. Mengkhianatkan kepada musuh, menyerahkan kepada kekuasaan musuh, membinasakan atau menjadikan tidak dapat dipakai lagi, sesuatu tempat atau tempat penjagaan yang diperkuat atau diduduki sesuatu alat perhubungan, sesuatu gudang, suatu bekal perang, atau suatukas perang, ataupun angkatan laut atau angkatan darat, atau sesuatu bagian daripada itu. Ke-2. Menyebabkan atau memudahkan huru hara, pemberintakan atau melarikan diri di kalangan tentara. Dalam ayat 3 dijelaskan bahwa dikenakan hukuman mati atau penjara seumur hidup, atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun, apabila si pelaku: a. Mengkhianatkan kepada musuh, menyerahkan kepada kekuasaan musuh, membinasakan, merusakkan atau menjadikan tidak dapat dipakai lagi, suatu tempat penjagaan yang diperkuat atau diduduki, atau gudang, atau suatu simpanan makanan, atau uang untuk keperluan perang. b. Menghalang-halangi atau menggagalkan pekerjaan menggenangkan air untuk menangkis atau menyerang musuh atau pekerjaan kemiliteran lain. c. Mengadakan atau memudahkan pemberontakan di antara para prajurit. Eliza Oktaliana Sari : Hukuman Mati Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia Dalam Perkara Nomor 176 K Pid1998, 2009 Kejahatan-kejahatan lain yang dikenakan hukuman mati yaitu tentang makar atas kepala negara, yang diatur dalam pasal 140 KUHP yang berbunyi sebagai berikut: 84 1 Makar aanslag terhadap jiwa atau kemerdekaan raja yang memerintah atau kepala lain dari negara yang bersahabat, dihukum penjara selama-lamanya llima belas tahun. 2 Jiwa makar terhadap jiwa itu menyebabkan mati atau dilakukan dengan niat terlebih dahulu, dijatuhkan hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. 3 Jika makar terhadap jiwa dengan niat terlebih dahulu itu dilakukan dan menyebabkan mati, dijatuhkan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. 2 Pembunuhan dengan Berencana Adapun bunyi pasal 340 KUHP adalah: “barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan moord, dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. 85 Jadi pembunuhan berencana adalah pembunuhan yang dilakukan oleh si terdakwa dengan direncanakan terlebih dahulu, misalnya berunding dengan orang lain atau setelah memikirkan siasat-siasat yang akan dipakai untuk melaksanakan niat jahatnya itu dengan sedalam-dalamnya terlebih dahulu, sebelum tindakan yang kejam itu dimulainya. 84 Ibid, hal. 107. 85 Ibid, hal. 208. Eliza Oktaliana Sari : Hukuman Mati Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia Dalam Perkara Nomor 176 K Pid1998, 2009 3 Pencurian dan Pemerasan yang Dilakukan dalam Keadaan yang Memberatkan. KUHP yang terdiri dari 3 Buku, dalam Buku II Bab XXII Pasal 365 KUHP mengatur tentang tindak pidana pencurian berat, bunyinya sebagai berikut: 86 1 Dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun, dihukum pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan pencurian itu, atau jika tertangkap tangan terpergok supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi kawannya yang turut melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau supaya barang yang dicuri itu tetap, ada di tangannya. 2 Hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun, dijatuhkan: Ke-1. Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam did ala sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup, yang ada rumahnya atau di jalan umum, atau di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan. Ke-2. Jika perbuatan itu dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih. Ke-3. Jika si tersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan jalan membongkar atau memanjat, atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. Ke-4. Jika perbuatan itu menjadikan ada orang mendapat luka berat. 3 Hukuman penjara selama-lamanya dijatuhkan lima belas tahun jika karena perbuatan itu ada orang mati. 4 Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup, atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan, jika perbuatan itu menjadikan ada orang mendapat luka berat atau mati, dilakukan oleh 2 dua orang secara bersama-sama atau lebih, dan disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3. Adapun ayat 1 pasal 365 KUHP di atas, memuat tentang pencurian disertai dengan kekerasan. Hal ini mengandung dua arti, yaitu: Pertama, maksud untuk mempersiapkan pencurian. Bahwa perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan itu mendahului dari proses pencurian barang, misalnya memukul atau menembak, atau 86 Ibid, hal. 219. Eliza Oktaliana Sari : Hukuman Mati Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia Dalam Perkara Nomor 176 K Pid1998, 2009 mengikat penjaga rumah; Dan kedua, maksud untuk mempermudah pencurian. Pengambilan barang dipermudah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, misalnya memukul si penghuni rumah atau mengikatnya, atau menodong mereka agar mereka diam saja dan tidak bergerak, sedangkan pencuri yang lain mengambil barang-barang dalam rumah. 4 Pembajakan di Laut, di Pantai, di Pesisir, dan di Sungai. Adapun tentang pembajakan di laut, di pantai, di pesisir, dan di sungai, tercantum dalam pasal 444 KUHP, yang berbunyi sebagai berikut: “jika karena perbuatan kekerasan yang diterangkan dalam pasal 438-441 itu mengakibatkan seseorang di kapal yang diserang atau seseorang yang diserang itu mati, maka nakhoda kepala atau pemimpin kapal dan mereka yang turut serta melakukan perbuatan kekerasan, diancam dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun”. 87 Pelaku kejahatan di laut yang disebut dengan perompak dapat diancam dengan pidana mati, pidana seumur hidup, atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun. Hal ini mengandung arti bahwa pelaku kejahatan dalam pasal ini dapat dijatuhi hukuman mati. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa pasal-pasal dalam KUHP banyak mengatur tentang hukuman mati, sebagaimana telah penulis jelaskan di atas. 87 Ibid, hal. 256. Eliza Oktaliana Sari : Hukuman Mati Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia Dalam Perkara Nomor 176 K Pid1998, 2009

2. Pidana Mati dalam Perundang-undangan di Luar KUHP