BAB IV PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI UTANG PT. TERBUKA
MELALUI PROSES PERDAMAIAN
A. Keterbukaan Disclosure Dalam Rencana Perdamaian
Undang-undang kepailitan juga menyediakan sarana perdamaian bagi perusahaan yang berada dalam kepailitan agar perusahaan tersebut terhindar dari
likuidasi akibat kepailitan dan tetap dapat menjalankan usahanya.
166
Perdamaian accord dalam hukum kepailitan di artikan sebagai suatu perjanjian perdamaian
antara si pailit dengan para kreditor, di mana di adakan suatu ketentuan bahwa si pailit dengan membayar suatu persentase tertentu dari utangnya, ia akan di
bebaskan untuk membayar sisanya.
167
Perdamaian, dalam hal terjadinya kepailitan, adalah suatu perjanjian antara debitor dengan para kreditor, di mana di adakan suatu ketentuan bahwa debitor
sebagai si pailit dengan membayar suatu persentase tertentu dari utangnya maka ia akan di bebaskan untuk membyara sisanya.
168
Perdamaian yang di tawarkan oleh debitor pailit dapat berisi beberapa kemungkinan atau alternatif yang akan di pilih oleh para kreditor, yaitu :
1. Mungkin si pailit menawarkan kepada krediturnya, bahwa ia akan membayar
sanggup membayar dalam jumlah tertentu dari utangnya tidak dalam jumlah keseluruhannya.
166
Menurut Pasal 144 UUK, debitor berhak menawarkan perdamaian kepada para krediturnya.
167
H. F. A Vollmar, dalam Zainal Asikin., Op. Cit., hal. 87
168
Ibid., hal. 87.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
92
2. Mungkin si pailit akan menawarkan akor likuidasi liquidatie accord, yakni
si pailit menyediakan hartanya bagi kepentingan para kreditur untuk di jual di bawah pengawasan seorang pengawas pemberes, dan hasil penjualannya di
bagi untuk para kreditur. Apabila hasil penjualan itu tidak mencukupi, maka si pailit di bebaskan untuk membayar sisa yang belum terbayar.
3. Mungkin debitur si pailit menawarkan untuk meminta penundaan
pembayaran dan dii perbolehkan mengangsur utang nya untuk beberapa waktu.
169
Debitor pailit berhak menawarkan perdamaian kepada kreditor melalui kurator, yang di ajukan paling lambat 8 delapan hari sebelum rapat verifikasi. Para
kreditor yang berkepentingan dapat melihat rencana perdamaian itu pada kurator dan kepaniteraan pengadilan negeri setempat. Rencana perdamaian itu akan di bicarakan
di dalam rapat verifikasi, sebab rapat verifikasi mempunyai acara pokok mengesahkan tagihan-tagihan dan membicarakan accord. Dalam rapat verifikasi,
debitor pailit di berikan waktu untuk memberikan penjelasn mengenai perdamaian yang di tawarkannya atau mempertahankan atau mengubah perdamaian yang di
tawarkannya. Rencana perdamaian dapat di terima secara aklamasi atau melalui
pemungutan suara. Para kreditor dapat mempunyai perbedaan pendapat terhadap rencana perdamaian yang di tawarkan, ada yang menerima penawaran perdamaian
dan ada pula yang menolaknya. Jika perbedaan pendapat ini terjadi, maka di
169
Zainal Asikin, Op. Cit., hal. 88.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
adakanlah pemungutan suara untuk menentukan di terima atau tidaknya rencana perdamaian tersebut. Suatu rencana perdamaian baru di nyatakan di terima apabila
telah di setujui ½ seperdua jumlah kreditur konkuren yang hadir dalam rapat dan haknya di akui atau yang untuk sementara di akui yang mewakili paling sedikit 23
dua pertiga dari jumlah seluruh piutang konkuren yang di akui atau yang untuk sementara di akui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir.
170
Pemungutan suara harus di ulang untuk kedua kalinya apabila dalam pemungutan suara pertama ternyata suara kreditur hanya mewakili jumlah piutang
tetapi tidak sampai 23 dua pertiga.
171
Perdamaian atau accord yang telah di terima atas dasar pemungutan suara tersebut akan mengikat semua kreditor, termasuk
mengikat bagi kreditor yang menolak perdamaian, sehingga perdamaian yang demikian disebut perdamaian pemaksa dwang accord.
172
Perdamaian yang sudah di terima di dalam rapat verifikasi harus mendapat pengesahan dari Hakim pemutus kepailitan agar mempunyai kekuatan hukum, dan
pengesahan ini di sebut homologasi. Apabila telah ada putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang pasti mengenai perdamaian tersebut,
173
dengan konsekuensi bahwa pemberesan yang sedianya akan di lakukan oleh hakim akan
berganti menjadi pemberesan di luar hakim.
174
170
Pasal 151 UU No. 37 Tahun 2004.
171
Pasal 152 UU No. 37 Tahun 2004.
172
Zainal Asikin, Op. Cit., hal. 90.
173
Pasal 156 UU No. 4 Tahun 1998 jo. Pasal 166 ayat 1 UU. No. 37 Tahun 2004.
174
Zainal Asikin, Op. Cit., hal. 92.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
Perdamaian yang telah di kukuhkan atau di sahkan oleh pengadilan dengan suatu putusan dapat di batalkan jika debitor pailit tidak mau atau lalai memenuhi
kewajibannya sebagaimana tertuang di dalam perdamaian baik seluruhnya atau sebagian. Upaya pembatalan perdamaian ini di ajukan oleh para kreditor konkuren
yang tidak di penuhi tagihannya sebagaimana tertuang dalam perdamaian, melalui tuntutan pembatalan perdamaian ke hadapan Hakim Pengadilan Niaga yang semula
mengadili perkara kepailitan tersebut.
175
Pembatalan perdamaian tersebut mengakibatkan kepailitan terbuka kembalidan debitor secara yuridis kembali berada
di bawah kepailitan, sementara seluruh harta kekayaan debitor di tarik kembali oleh kurator untuk di lakukan pemberesan.
Sarana perdamaian accord disediakan di dalam undang-undang kepailitan dengan maksud agar perusahaan tetap dapat berjalan dan mampu memenuhi
kewajiban pembayaran utang nya kepada para kreditur. Perdamaian, di samping PKPU, merupakan peluang yang di berikan oleh undang-undang kepailitan kepada
perusahaan-perusahaan “yang tidak mampu membayar utang-utangnya tetapi masih memiliki prospek usaha yang baik dan pengurusnya beritikad baik serta kooperatif
dengan para kreditur untuk melunasi utang-utangnya”.
176
Perdamaian merupakan upaya restrukturisasi utang perusahaan debitur agar perusahaan dapat di sehatkan kembali dan sekaligus memungkinkan perusahaan
175
Ibid., hal. 93.
176
Sutan Remy Sjahdeini, Op. Cit., hal. 58-59.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
kembali berada dalam keadaan mampu membayar utang-utangnya.
177
Jadi, debitur yang berada dalam keadaan pailit masih mempunyai kesempatan melanjutkan
usahanya apabila perdamaian terjadi di antara debitur dan kreditur. Berdasarkan penawaran rencana perdamaian oleh debitu, maka debitur dapat melakukan
restrukturisasi “yang dapat meliputi seluruh atau sebagian utang kepada kreditur konkuren”.
Restrukturisasi utang debitur melalui proses perdamaian akor antara debitur dengan kreditur di sepakati setelah adanya putusan pailit dari pengadilan. Perdamaian
akor merupakan cara lain di luar PKPU untuk menghindar dari likuidasi terhadap harta kekayaan perusahaan. Bila pengajuan tawaran restrukturisasi utang debitur
kepada kreditur di terima maka harta kekayaan debitur tidak jadi di jual. Setelah keluarnya putusan pailit dari pengadilan, perdamaian di tawarkan debitur pada saat
rapat verifikasi berdasarkan Pasal 144 dan Pasal 222 ayat 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004. Terjadinya perdamaian sebagai suatu cara restrukturisasi utang
perusahaan tidak membatalkan putusan pailit yang telah di jatuhkan terhadap debitur,
178
sebab kepailitan telah terjadi.
179
Pada umumnya tidak satu pun perusahaan yang menginginkan terjadinya ketidakmampuan membayar utang, apalagi hingga terjadi kebangkrutan, termasuk
bagi suatu PT, Tbk Terbuka yang sudah memiliki jumlah modal, pemegang saham dan lingkup usaha yang sudah demikian kompleks dari segi kuantitas dan kualitas.
177
Ibid., hal. 58-59.
178
Zainal Asikin, Op. Cit., hal. 112.
179
Sutan Remy Sjahdeini, Op. Cit., hal. 321.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
Setiap perusahaan berupaya untuk dapat tetap eksis dalam menjalankan bisnisnya meski telah terjadi keadaan tidak mampu membayar utang-utangnya. Berdasarkan
pengaturan di dalam undang-undang kepailitan, suatu perusahaan hanya dapat menyelamatkan perusahaannya dari putusan pailit melalui perdamaian accord di
dalam kepailitan, di samping melalui proses PKPU. Perdamaian dalam uraian ini adalah perdamaian accord dalam kepailitan ,
yang mana berbeda dengan perdamaian accord pada PKPU. Di dalam PKPU juga dapat di ajukan perdamaian accord atau akor yang di ajukan kepada pengadilan
pada saat atau setelah mengajukan permohonan penundaan pembayaran. Perbedaan tersebut dapat di kualifikasikan ke dalam 4 empat aspek, sebagai berikut :
180
1. Dari segi waktu.
Perdamaian pada PKPU di ajukan kepada pengadilan pada saat atau setelah permohonan PKPU, sedangkan perdamaian pada kepailitan di ajukan setelah
adanya putusan hakim mengenai kepailitan debitor yang bersangkutan. 2.
Pembicaraan penyelesaian akor. Perdamaian pada PKPU di lakukan pada sidang pengadilan yang memeriksa
permohonan PKPU tersebut, sedangkan perdamaian pada kepailitan di bicarakan pada saat rapat verifikasi, yaitu setelah adanya putusan kepailitan.
3. Syarat penerimaan perdamaian.
Perdamaian pada PKPU haruslah di setujui oleh ½ seperdua jumlah kreditur konkuren yang di akui atau sementara di akui yang hadir pada rapat
180
Zainal Asikin, Loc. Cit.,
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
permusyawaratan Hakim yang bersama-sama mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang di akui atau sementara di akui dari
kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut, dan mewakili ¾ tiga perempat dari jumlah piutang yang di akui. Sedangkan
pedamaian pada kepailitan harus di setujui oleh 23 dua pertiga dari kreditor konkuren, yang mewakili ¾ tiga perempat jumlah semua tagihan yang tidak
mempunyai tagihan istimewa. 4.
Kekuatan mengikatnya. Perdamaian pada PKPU berlaku pada semua kreditor baik konkuren maupun
preferen, sedangkan perdamaian pada kepailitan hanya berlaku bagi kreditur konkuren.
Rencana perdamaian bertujuan untuk melakukan restrukturisasi terhadap perusahaaan debitur. Menurut Sutan Remy Sjahdeini, utang debitur di anggap layak
untuk di restrukturisasi apabila:
181
a. Perusahaan debitur masih memiliki prospek usaha yang baik untuk mampu
melunasi utang atau utang-utang tersebut apabila perusahaan debitur di beri penundaan pelunasan utang atau utang-utang tersebut dalam jangka waktu
tidak melebihi jangka waktu tertenutu, baik dengan atau tanpa di beri keringanan-keringanan persyaratan dan atau di beri tambahan utang baru.
Prakarsa Jakarta menentukan jangka waktu itu tidak lebih dari 8 delapan tahun.
181
Sutan Remy Sjahdeini, Op. Cit., hal. 366-367.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
b. Selain hal tersebut, utang debitur di anggap layak untuk di restrukturisasi
apabila para kreditur memperoleh pelunasan utang-utang mereka yang jumlah nya lebih besar melalui restrukturisasi daripada apabila perusahaan
debitur di nyatakan pailit. c.
Apabila syarat-syarat utang berdasarkan kesepakatan restrukturisasi menjadi lebih menguntungkan bagi para kreditur daripada apabila tidak di
lakukan restrukturisasi. Sehingga sebelum di lakukannya restrukturisasi pada suatu perusahaan
debitur terlebih dahulu harus di lakukan studi kelayakan yang bertujuan menyimpulkan apakah utang debitur layak atau tidak layak untuk di restrukturisasi.
Adalah percuma bagi debitur apabila setelah masa restrukturisasi berakhit ternyata perusahaan akan mengalami keadaan insolven lagi. Oleh karena itu, maka bagi
kepentingan debitur, haruslah debitur meyakini bahwa di akhir masa implemaentasi restrukturisasi itu, di perkirakan perusahaan debitur yang semula insolven dapat
menjadi solven kembali. Sehingga dengan demikian, restrukturisasi di laksanakan tidak hanya menguntungkan bagi para kreditur namun juga bagi debitur.
Studi kelayakan ini dilakukan oleh kantor Konsultan Independen yang sekurang-kurang nya terdiri dari :
1. Kantor Akuntan Publik.
2. Kantor Konsultan Hukum
3. Kantor Konsultan manajemen keuangan dan bisnis
4. Kantor Konsultan Penilai
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
5. Pakar mengenai sektor industri yang bersangkutan.
182
Studi kelayakan ini di lakukan berdasarkan informasi yang di berikan oleh debitur, yang mana informasi ini tentunya harus di dasarkan pada kenyataan yang
sesungguhnya, tidak ada mark up dalam penilaian aset atau pun tidak ada spekulasi dalam dokumen-dokumen yang akan menjadi dasar penilaian. Untuk menunjang
kebenaran informasi yang di sajikan debitur, informasi tersebut harus memenuhi syarat keterbukaan.
Ada tiga tujuan keterbukaan dalam rangka pengungkapan informasi dari debitur kepada kreditur :
Keterbukaan itu berguna untuk memungkinkan kreditor melakukan atau tidak melakukan pembayaran yang telah di lakukan kepada kreditur lainnya, kepada
insider, atau kepada teman-teman kreditur. 1.
Informasi itu memungkinkan kreditur mengambil sikap terhadap rencana atau usulan restrukturisasi atau likuidasi.
2. Tujuan yang terpenting, keterbukaan memungkinkan kreditur melakukan
tawar menawar terhadap rencana dan keputusan akhir, apakah menyetujui atau menolak rencana tersebut.
183
182
Syamsudin Manan Sinaga Pimpinan Tim Kerja, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Restrukturisasi Utang pada Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Jakarta : Badan Pembinaan
Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, 2000, hal. 9-10
183
David G. Epstein, Steve H. Nickles, dan James J. White, Bankruptcy, dalam Bismar Nasution, Kepentingan Pasar Modal dalam Rancangan Perubahan Undang-Undang Kepailitan,
makalah di sampaikan pada “Lokakarya Mengenai Rancangan Perubahan Undang-Undang Kepailitan”, kerjasama antara Dirjen Pembinanaan BUMN, Jakarta Stock Exchange, Pascasarjana
USU, Fakultas Hukum UI dan University of South Carolina, Medan, 7 Desember 2001.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
Jadi di butuhkan informasi yang cukup adequate information menyangkut kepailitan suatu perseroan dalam rangka keterbukaan disclosure itu.
Dalam hal ini, Bismar Nasution memuat perbandingan keterbukaan dalam kepailitan dengan standar informasi yang berlaku di Pengadilan Amerika Serikat,
termasuk di dalamnya termuat kewajiban memberikan informasi akuntansi atau keuangan yang merupakan fakta materil. Ada 19 sembilan belas butir jenis
informasi yang layak di adopsi untuk di persyaratkan dalam daftar keterbukaan, yakni sebagai berikut :
1. Keadaan atau situasi yang mendasari munculnya permohonan kepailitan.
2. Suatu deskripsi yang lengkap dari aset yang tersedia beserta nilainya.
3. Antisipasi ke depan oleh debitor.
4. Sumber dari informasi yang terdapat di dalam Pernyataan Pendaftaran.
5. Suatu disclaimer secara khusus mengidentifikasikan bahwa tidak ada
pernyataan informasi mengenai debitor atau jaminan yang di berikan di luar yang telah di nyatakan di dalam pernyataan keterbukaan.
6. Kondisi dan kinerja dari debitor pada saat debitor tersebut berada dalam
kondisi pailit 7.
Informasi mengenai gugatan harta kekayaan. 8.
Suatu analisis likuidasi yang menyatakan estimasi pendapatan yang akan di peroleh oleh kreditor.
9. Metode akuntansi dan penilaian yang di gunakan dalam menyusun informasi
keuangan yang terdapat pada pernyataan keterbukaan
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
10. Informasi mengenai manajemen dari debitor ke depan , termasuk besarnya
kompensasi yang di bayar kepada setiap insider, direktur dan atau pejabat- pejabat lainnya dari debitor.
11. Suatu ringkasan dan rencana dari reorganisasi.
12. Estimasi semua biaya administrasi termasuk biaya penasehat hukum dan
akuntan. 13.
Kolektifitas dari setiap rekening pendapatan. 14.
Setiap informasi keuangan, valuations, atau proyeksi pro porma yang relevan bagi kreditur dalam menentukan apakah menerima atau menolak rencana.
15. Informasi yang relevan tentang resiko yang akan di hadapi oleh kreditur.
16. Nilai aktual atau proyeksi dari nilai yang akan di terima dari transfer yang
pasti akan di terima. 17.
Keberadaan, kemungkinan, keberhasilan, litigasi non-bankruptcy. 18.
Konsekuensi perpajakan dari rencana. 19.
Hubungan debitor dengan pihak terafiliasi.
184
Dengan keterbukaan dalam 19 sembilan belas aspek tersebut di atas yang berisikan semua informasi yang berdampak terhadap keberhasilan atau kegagalan
rencana restrukturisasi, kreditor akan mampu memperhitungkan resiko yang akan di hadapinya jika rencana restrukturisasi itu di sepakati oleh kreditur dan di
laksanakan.
185
184
Bismar Nasution dan Sunarmi, Op. Cit., hal. 140.
185
Ibid., hal. 141.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
Restrukturisasi utang suatu perusahaan juga dapat di lakukan dengan cara pemegang saham menambah modal guna mempertahankan atau menyelamatkan
suatu perusahaan.
186
Dari segi jaminan atas pembayaran , kreditor suatu perusahaan pada dasarnya dapat di kategorikan atau di klasifikasikan menjadi 3 tiga golongan, yaitu :
1. Kreditor yang terjamin secured creditor, yaitu kreditur yang di jamin
dengan suatu aktiva tertentu sebagai pembayarannya, dan besarnya jaminan bisa sama atau lebih besar dari pada jumlah pinjamannya.
2. Kreditur yang terjamin sebagian partly secured creditor, yaitu kreditur yang
di jamin dengan suatu aktiva tertentu sebagai pembayarannya, tetapi besarnya jaminan lebih rendah dari jumlah pinjamannya.
3. Kreditur tanpa suatu jaminan apapun dalam pembayarannya unsecured
creditor, terbagi dalam kreditur yang mendapat prioritas dalam pembayarannya dan kreditur umum. Kreditur yang mendapat prioritas ini
misalnya buruh dan pemerintah.
187
B. Persetujuan Perdamaian Accord