BAB II PENGATURAN RESTRUKTURISASI DALAM
HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA
A. Pengertian Restrukturisasi Utang
Restrukturisasi perseroan adalah tata kelola atau pengelolaan perusahaan yang baik yang pada dasarnya merupakan konsep yang menyangkut struktur
perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian beban tanggung jawab masing-masing organ perseroan. Restrukturisasi juga merupakan proses yang
memperhatikan cara perusahaan di kelola, pengelolaan manager, pertanyaan- pertanyaan yang akan di hadapi oleh direksi, dan akuntabilitas yang perlu dilakukan
perseroan terhadap para pemegang saham.
75
Restrukturisasi utang adalah pembayaran utang dengan syarat yang lebih lunak atau lebih ringan dibandingkan dengan syarat pembayaran utang sebelum di
lakukannya proses restrukturisasi utang, karena adanya konsesi khusus yang di berikan kreditur kepada debitur. Konsesi semacam ini tidaklah di berikan kepada
debitur apabila debitur tersebut tidak dalam keadaan kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan yang di hadapi oleh perusahaan bisa bervariasi antara
kesulitan likuiditas, dimana perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan
75
Wahyono Darmabrata dan Ari Wahyudi Hertanto, Implementasi Good Corporate Governance dalam Menyikapi Bentuk-Bentuk Penyimpangan Fiduciary Duty Direksi dan Komisaris Perseroan ,
Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 Nomor 6 Tahun 2003, hal. 25.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
32
sementara waktu, sampai kesulitan yang sangat parah bangkrut, di mana kewajiban keuangan perusahaan sudah melebihi kekayaannya.
Restrukturisasi dalam dunia bisnis terutama pada perusahaan di Indonesia sangat vital karena dapat membantu perusahaan keluar dari krisis ekonomi maupun
dari keadaan insolvensi. Restrukturisasi juga bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia yang harus mengahadapi era globalisasi, mengikuti perkembangan
ekonomi global dan pasar dunia yang sangat kompetitif. Restrukturisasi utang merupakan suatu tindakan yang perlu di ambil sebab
perusahaan tidak lagi memiliki kemampuan atau kekuatan untuk memenuhi commitment nya kepada kreditur. Commitmen yang di maksud adalah di mana
debitur tidak lagi memenuhi perjanjian yang telah di sepakati sebelumnya dengan kreditur, sehingga mengakibatkan gagal bayar. Dan apabila perusahaan tidak
melakukan restrukturisasi utangnya, maka akan timbul wanprestasi atau cacat yang dapat mengakibatkan masalah besar bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Dampak yang akan timbul tersebut, antara lain : 1.
Pihak debitur akan mengalami kesulitan untuk memperoleh dana di masa yang akan datang nantinya.
2. Nilai saham yang di miliki oleh pihak debitur akan mengalami penurunan,
disamping itu nilai usaha yang dimilikinya pun juga akan mengalami penurunan nilai
3. Pihak kreditur dapat mengumumkan bahwa pihak debitur yang bermasalah
tersebut sudah pailit atau bangkrut.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
4. Beban dan biaya yang dikeluarkan oleh pihak debitur akan dapat
membengakak atau lebih besar daripada biasanya di dalam memperoleh dana di masa yang akan datang.
5. Pihak debitur akan memiliki reputasi yang jelek di dalam dunia usaha.
Berdasarkan dampak yang ada ini, pihak debitur yang bermasalah sangat di arahkan untuk mengambil langkah atau melakukan restrukturisasi utangnya,
guna menghindari masalah-masalah yang mungkin bakal terjadi. Restrukturisasi utang dilarang dilakukan untuk tujuan tertentu yang
merugikan para kreditur, misalnya hanya untuk mengulur-ulur waktu pengembalian kredit, atau untuk menghindari penurunan penggologan kualitas kredit.
Restrukturisasi utang hanya dilakukan apabila terhadap debitur terdapat alasan-alasan utama sebagai berikut :
a. Debitur merupakan asset nasional atau terlalu banyak kepentingan publik
didalamnya sehingga harus di pertahankan. b.
Penyelesaian utang debitur merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari skema penyelesaian utang negara dan swasta Indonesia yang di sepakati oleh
negara dan lembaga donor atau kreditur. c.
Kelangsungan usaha business sustainability debitur masih bisa menjanjikan pengembalian utang di masa mendatang.
d. Tingkat pengembalian recovery rate dengan usaha restrukturisasi masih
lebih baik di bandingkan dengan eksekusi jaminan atau proses kepailitan.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
e. Dalam hal terdapat banyak kreditur dengan berbagai macam fasilitas
pinjaman, terdapat kesepakatan mayoritas kreditur untuk menyamakan persepsi dalam merestrukturisasi utang debitur.
f. Kreditur ikut berkontribusi dalam masalah-masalah yang di hadapi oleh
debitur atau turut serta menjadikannya tidak mampu untuk mengembalikan utang.
g. Dokumentasi transaksi pembiayaan mengandung banyak kelemahan sehingga
sulit untuk menjamin tingkat pengembalian recovery rate yang wajar. h.
Di perolehnya komitmen dari pemegang saham pengendali dan manajemen debitur untuk melakukan restrukturisasi utang yang bisa di terima oleh
kreditur i.
Dukungan pemerintah Indonesia. j.
Litigasi atau penyelesaian sengketa tidak menjamin tingkat pengembalian yang tinggi dan proses yang cepat
76
Restrukturisasi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan mulai mendapatkan perhatian yang sangat besar dari pemerintah dan masyarakat sejak
terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997. Ada anggapan yang kuat bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia yang
secara langsung juga menyebabkan terjadinya krisis moneter adalah akibat kurang
76
Arief T. Surowidjojo, Restrukturisasi Utang : Pelajaran Dari Krisis Moneter Indonesia, dalam Emmy Yuhassarie, edt., Kredit Sindikasi Dan Restrukturisasi : Prosiding Rangkaian Lokakarya
Terbatas Masalah-masalah Kepailitan Dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya Tahun 2004, Jakarta, 3- 5 Agustus 2004. Jakarta : Pusat Pengkajian Hukum, 2005, hal. 220-221.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
diterapkannya prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik Good Corporate Governance di dalam banyak perusahaan di Indonesia. Tuntutan atas
terselenggaranya GCG di dalam pengelolaan setiap perusahaan juga telah menjadi isu yang dikemas untuk menarik minat investor memasuki pasar modal atau
menanamkan investasinya di Indonesia. Penerapan GCG yang semakin baik bukan hanya merupakan kepentingan perusahaan untuk mampu tetap hidup
dan berkembang dalam menjalankan usahanya, melainkan telah pula merupakan indikasi adanya perlakuan yang baik terhadap investor.
GCG telah menjadi suatu konsep yang menunjukkan bagaimana seharusnya fiduciary mengontrol perusahaan untuk bertindak bagi kepentingan
seluruh pemegang saham dan stakeholder.
77
Berdasarkan konsep GCG, diciptakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola
bisnis dan akuntabilitas perusahaan, dengan tujuan akhir meningkatkan kemakmuran pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya. Sebaik apapun suatu struktur corporate governance namun jika prosesnya tidak berjalan sebagaimana
mestinya maka tujuan akhir melindungi kepentingan pemegang saham dan stakeholder tidak akan pernah tercapai.
78
77
Herwidayatmo, Implementasi Good Corporate governance untuk Perusahaan Publik di Indonesia, dalam tulisan utama Usahawan No. 10 TH XXIX Oktober 2000.
78
Emil Salim, Good Corporate Governance, http:www.transparansi.or.id
, diakses tanggal 2 Januari 2008. Membangun
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
Ada beberapa prinsip penting dari GCG, yakni sebagai berikut : 1.
The Right of Share Holders, yakni yang berkaitan dengan hak-hak pemegang saham.
2. The Equitable of Treatment of Share Holders, yakni yang berhubungan
dengan konsepsi perlakuan yang sama. 3.
The Role of Stakeholders in Corporate Governance, yang berkaitan dengan peraturan tentang penerapan Corporate Governance.
4. Disclosure and Transparancy, yang berhubungan dengan penerapan prinsip
keterbukaan dan transparansi. 5.
Responbility of The Board, yang berhubungan dengan tanggung jawab dari pengurus perseroan.
Prinsip-prinsip tersebut di atas secara keseluruhan mencakup 4 empat bidang utama, yaitu :
1. Fairness keadilan; menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham,
termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.
2. Transparency transparansi; mewajibkan adanya suatu informasi yang
terbuka, tepat waktu serta jelas dan dapat di perbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan.
3. Accountability akuntabilitas; menjelaskan peran dan tanggung jawab serta
mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang di awasi oleh Dewan Komisaris.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
4. Responsibility pertanggungjawaban}; memastikan di patuhinya peraturan
serta ketentuan yang berlaku sebagaimana cerminan di patuhinya nilai-nilai sosial.
79
Keseluruhan prinsip-prinsip ini merupakan landasan dalam pengelolaan perusahaan yang baik. Penerapan prinsip-prinsip ini akan menjamin bahwa
perusahaan akan senantiasa mempertahankan kelangsungan usaha, stabilitas serta kesejahteraan bagi semua stakeholders, termasuk tentunya keuntungan para
pemegang saham. Peranan GCG akan semakin penting dan di tuntut di masa yang akan datang, termasuk merupakan tuntutan dalam restrukturisasi perusahaan dan
restrukturisasi utang perseroan dalam kepailitan, oleh karena dengan GCG tujuan dan kegiatan usaha perseroan akan lebih mungkin tercapai tanpa perlu mengorbankan
kelangsungan usaha.
B. Restrukturisasi Utang Dalam Hukum Kepailitan