4. Responsibility pertanggungjawaban}; memastikan di patuhinya peraturan
serta ketentuan yang berlaku sebagaimana cerminan di patuhinya nilai-nilai sosial.
79
Keseluruhan prinsip-prinsip ini merupakan landasan dalam pengelolaan perusahaan yang baik. Penerapan prinsip-prinsip ini akan menjamin bahwa
perusahaan akan senantiasa mempertahankan kelangsungan usaha, stabilitas serta kesejahteraan bagi semua stakeholders, termasuk tentunya keuntungan para
pemegang saham. Peranan GCG akan semakin penting dan di tuntut di masa yang akan datang, termasuk merupakan tuntutan dalam restrukturisasi perusahaan dan
restrukturisasi utang perseroan dalam kepailitan, oleh karena dengan GCG tujuan dan kegiatan usaha perseroan akan lebih mungkin tercapai tanpa perlu mengorbankan
kelangsungan usaha.
B. Restrukturisasi Utang Dalam Hukum Kepailitan
Pelaksanaan restrukturisasi utang di Indonesia, diatur dalam UUK di bagian
PKPU. Undang-undang Kepailitan tidak mengatur rincian apa saja yang diatur dalam
suatu rencana perdamaian. Pada dasarnya kedua belah pihak , kreditur maupun debitur, bebas menentukan bagaimana mekanisme penyelesaian pembayaran utang
diantara mereka.
80
Adanya kelemahan di dalam Undang-Undang Kepailitan yang mana Undang-Undang Kepailitan tidak cukup mengatur mengenai restrukturisasi
79
Hamud M. Balfast, Sedikit tentang “Disclosure” dan “Corporate Governance”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 Januari-Februari 2003, hal. 100.
80
Aria Suyudi, et. Al, Op. Cit., hal. 205.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
utang. Belum ada payung hukum yang jelas mengenai perusahaan yang bagaimana yang berhak di restrukturisasi atau bagaimana bentuk-bentuk restrukturisasi yang
dapat di tempuh dan hal-hal teknis lainnya. Sejak tahun 1998 telah di rumuskan suatu Rancangan Undang-Undang
tentang Restrukturisasi Perseoran selanjutnya akan di sebut RUU yang mengacu pada Chapter 11 Bankruptcy Code Amerika.
81
Dengan di undangkannya RUU ini, maka akan menggantikan ketentuan restrukturisasi utang dalam UUK. Sehingga Bab
III UUK tentang PKPU di nyatakan tidak berlaku lagi, sepanjang mengenai Perseroan Terbatas.
82
RUU terdiri dari 166 pasal yang terinci dalam 23 Bab sebagai berikut : Bab I
Ketentuan Umum Bab II
Bentuk-Bentuk Upaya Restrukturisasi Utang Perseroan Bab III
Restrukturisasi Akibat Krisis atau Kreditor Ingkar Janji Bab IV
Pendaftaran dan Verifikasi Tagihan Bab V
Prakarsa Restrukturisasi Bab VI
Kelayakan Restrukturisasi Bab VII
Tim Konsultan Restrukturisasi Bab VIII
Rapat Para Kreditor Bab IX
Rapat Pertama Para Kreditor
81
Sutan Remy Sjahdeini, Op. Cit., hal. 360.
82
Pasal 165 ayat 1 Draft-10 Undang-Undang tentang Restrukturisasi Utang Perseroan, http:www.djpp.depkumham.go.idincbuka.phpd=ranc+2f=ruu-restrukturisasi.htm
, terakhir diakses pada 20 Juni 2007.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
Bab X Komite Kreditor
Bab XI Rencana Restrukturisasi
Bab XII Rencana Restrukturisasi Alternatif
Bab XIII Pemberian Utang Baru
Bab XIV Pembuatan dan Pendaftaran Rencana Restrukturisasi
Bab XV Keadaan Diam
Bab XVI Implementasi Restrukturisasi
Bab XVII Ingkar Janji Debitor dan Kreditor
Bab XVIII Kepailitan Debitor
Bab XIX Penyanderaan Debitur dan Penjaminnya
Bab XX Sanksi-Sanksi
Bab XXI Restrukturisasi Lintas Batas Negara
Bab XXII Ketentuan Peralihan
Bab XXIII Ketentuan Penutup.
Dalam RUU ini, restrukturisasi utang di atur dengan lebih mendetil mulai dari siapa yang memprakarsai rencana restrukturisasi, bentuk-bentuk restrukturisasi utang,
studi mengenai kelayakan restrukturisasi
83
hingga pada sanksi terhadap pelanggaran-
83
Dalam RUU ini di atur dengan jelas bahwa sebelum restrukturisasi utang di ajukan maupun, terlebih dahulu harus di lakukan studi kelayakan oleh Tim Konsul Restrukturisasi yang dapat di bentuk
oleh direksi Perseroan yang setidaknya terdiri atas akuntan publik, konsultan hukum, konsultan manajemen keuangan dan bisnis, konsultan penilai. Pasal 28 Draft-10 RUU, ibid.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
pelanggaran yang di lakukan dalam rangka restrukturisasi perusahaan seperti adanya mark up
84
terhadap nilai atau aset perseroan. Dalam RUU di atur secara tegas bahwa sebelum di ajukan permohonan
pernyataan pailit terhadap debitur, harus terlebih dahulu dilakukan upaya restrukturisasi atas utang-utang debitur. Permohonan kepailitan yyang diajukan
terhadap debitur yang belum menempuh upaya restrukturisasi, wajib di tolak oleh Pengadilan Niaga.
85
RUU tentang restrukturisasi utang perseroan di landasi oleh asas-asas sebagai berikut :
a. Proses Restrukturisasi wajib di tempuh terlebih dahulu sebelum Debitor atau
Kreditor dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap Debitor b.
Pengadilan wajib menolak permohonan pailit sebelum di tempuh proses Restrukturisasi Utang
c. Restrukturisasi di lakukan berdasarkan kesepakatan antara debitor dan para
kreditor tanpa campur tangan pengadilan d.
Proses kesepakatan restrukturisasi antara debitor dan kreditornya terlaksana dalam waktu singkat.
e. Restrukturisasi hanya boleh di ajukan apabila terhadap utang debitor memang
layak untuk di lakukan restrukturisasi sebagaimana terbukti dari hasil studi
84
Sanksi ini dapat berupa penyanderaan terhadap debitur atau penjamin, atau berupa pidana penjara paling sedikit 1 tahun paling lama 10 tahun dan denda paling sedikit Rp. 1 miliar terhadap
direksi perseroan yang melakukan mark up atau penggelembungan atau rekayasa mengenai jumlah utang yang di mohon, jumlah nilai pinjaman, maupun terhadap besarnya bagian pembiayaan sendiri
Pasal 120 ayat 3 juncto Pasal 144 Draft-10 RUU, ibid
85
Pasal 15 Draft-10 RUU, ibid.,
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
kelayakan yang di buat oleh Tim Konsultan Restrukturisasi yang independen dan debitor di nilai oleh para kreditornya memiliki itikad baik untuk melunasi
utang nya dan memiliki sikap kooperatif terhadap para kreditornya. f.
Restrukturisasi di lakukan berdasarkan asas keseimbangan kepentingan antara debitor dan kreditor yang berlandaskan asas keadialan dan kepatutan.
g. Restrukturisasi mengikat semua kreditor baik kreditor pemegang hak jaminan
kreditor Preferen, kreditor konkuren, kreditor dalam negeri maupun kreditor luar negeri.
h. Restrukturisasi tidak menghapuskan hak kreditor pemegang hak jaminan,
kecuali apabila kreditor yang bersangkutan secara sukarelaatau menyetujui usul pihak lain untuk melepaskan hak jaminannya
i. Restrukturisasi hanya dapat di ajukan apabila di nilai layak dan debitor
memiliki itikad baik dan bersikap kooperatif kepada para kreditornya. j.
Undang-Undang ini memperhatikan kepentingan pengusaha usaha kecil dan menengah.
k. Undang-Undang ini memperhatikan kepentingan negara sehubungan dengan
pembayaran pajak yang belum di bayar oleh debitor. l.
Undang-Undang ini memperhatikan kepentingan pegawai dan buruh yang gaji atau upahnya belum di bayar oleh debitor, dan
m. Restrukturisasi tidak menghapuskan tanggung jawab perdata atau pidana dari
pribadi anggota Direksi , anggota Dewan Komisaris dan atau pemegang saham perseroan.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
Kepailitan suatu
perusahaan menurut Undang-Undang Kepailitan
dapat disebabkan oleh berbagai alasan, sebagai berikut : 1.
Ketidakmampuan debitor yang dimohonkan pernyataan pailit untuk membayar utang- utangnya yang telah jatuh tempo, yang di sebabkan oleh
karena : a.
Krisis moneter yang telah mengakibatkan kesulitan keuangan. b.
Krisis moneter sejak tahun 1997 menyebabkan banyak perusahaan gagal beroperasi. Contohnya adalah PT. Sempati Air yang mengajukan
kepailitan untuk diri sendiri, sebagaimana terlihat dari permohonan No. 37 Pailit1999PN. NiagaJkt.Pst oleh PT. Sempati Air terhadap
PT. Pann Multi Finance dan PT. Freeport Indonesia. Krisis moneter mengakibatkan biaya operasi dan pemeliharaan meningkat 2 sd 5 kali
lipat, sehingga modal dan cadangan perusahaan banyak terkuras sedangkan jumlah penumpang pesawat kian menurun dari hari ke hari.
Ini mengakibatkan harta perusahaan tidak sebanding lagi dengan piutang para kreditor.
c. Contoh lainnya adalah Permohonan PKPU oleh PT. Wendy Citarasa
dengan Permohonan No. 01PKPU2000PN. NiagaJkt. Pst. yang kemudian memperoleh homologasi atas kesepakatan kreditor
berdasarkan usulan perdamaian. d.
Secara nyata harta kekayaan aset perusahaan tidak mencukupi untuk membayar kewajiban debt perseroan, sebagaimana terlihat dalam
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
Permohonan No. 37Pailit1999PN. NiagaJkt.Pst yang dimohonkan oleh PT. Bestindo Tata Industri.
2. Perseroan tidak mau membayar utang-utangnya karena berbagai alasan,
antara lain : a.
Pihak lawan juga belum menyelesaikan kewajibannya exceptionon adempleti contractus.
Seperti Permohonan Pailit No. 81PailitPN. Niaga Jkt. Pst. yang diajukan oleh PT. Kadi Internasional Pemohon terhadap PT. Wisma
Chalinda Termohon. Berdasarkan Perjanjian Pembangunan Construction Contract, pemohon belum menyelesaikan
pembangunan proyek dan termohon juga belum memenuhi kewajibannya memberikan loan pinjaman.
b. Pengalihan piutang dianggap tidak sah menurut debitor.
Permasalahan ini banyak diajukan debitor dalam kaitannnya dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN. Salah satunya adalah
Permohonan No. 100Pailit1999PN. NiagaJkt. Pst. yang diajukan BPPN terhadap PT. Tirtamas Comexindo. Permohonan pailit oleh
BPPN tersebut oleh Majelis Hakim. c.
Direksi yang mewakili perseroan tidak berwenang untuk mengikat perseroan dengan pihak ketiga.
d. Utang dianggap belum jatuh tempo oleh debitur.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
Dalam Permohonan No. 62Pailit1999PN. NiagaJkt. Pst. PT. Ometraco Corporation Termohon menyatakan utang yang harus
dibayar kepada Royal Bank of Canada Asia Ltd. Belum jatuh tempo. e.
Telah diadakan penjadwalan kembali utang. f.
Dalam Permohonan No. 77Pailit1999PN. NiagaJkt. Pst., Termohon PT. Pudjiadi Prestige Limited, Tbk. Menyatakan bahwa telah diadakan
penjadwalan ulang atas bunga yang telah jatuh tempo. Pengadilan menerima dalil ini dan menolak permohonan Pemohon PT. Nikko
Securities Indonesia g.
Utang dianggap telah dibayar oleh debitor. h.
Dalam Permohonan No. 07Pailit1999PN. Niaga Jkt. Pst., PT. Indonesia Sentosa Lestari Termohon mendalilkan bahwa utang telah
dibayarkan kepada PT. Danamon Finance Pemohon. Perseroan terbatas sebagai badan hukum yang mempunyai harta kekayaan
terpisah dari kekayaan perseronya dapat dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan. Adanya pernyataan pailit oleh pengadilan mengakibatkan badan hukum
tersebut akan kehilangan hak untuk mengurus harta kekayaannya, karena hak pengurusan harta kekayaan perseroan beralih kepada kuratornya. Menurut Pasal 26
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, gugatan hukum yang bersumber kepada hak dan kewajiban harta kekayaan debitor pailit harus diajukan kepada kuratornya.
Putusan pernyataan pailit membawa akibat hukum terhadap debitor. Pasal 19 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 jo. Pasal 21 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
menentukan bahwa kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat pernyataan pailit itu dilakukan, beserta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan.
86
Akibat hukum lain bagi perseroan adalah bahwa debitor yang dinyatakan pailit kehilangan
segala hak perdata untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah dimasukkan kedalam harta pailit. “Pembekuan” hak perdata ini diberlakukan
terhitung sejak saat putusan pailit diucapkan.
87
Akibat hukum putusan pailit mempunyai konsekuensi terhadap harta pailit perseroan debitor. Semua perikatan antara debitor yang dinyatakan pailit dengan
pihak ketiga yang dilakukan sesudah pernyataan pailit, tidak akan dan tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali jika perikatan-perikatan tersebut mendatangkan
keuntungan bagi harta pailit.
88
Gugatan-gugatan yang diajukan dengan tujuan untuk memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit, selama dalam kepailitan, yang
secara langsung diajukan kepada debitor pailit, hanya dapat diajukan dalam bentuk laporan untuk pencocokan.
89
Dalam hal pencocokan tidak disetujui , pihak yang tidak menyetujui pencocokan tersebut demi hukum mengambil alih kedudukan debitor
pailit dalam gugatan yang sedang berlangsung.
90
Gugatan tersebut hanya mempunyai akibat hukum dalam bentuk pencocokan, namun hal ini sudah cukup untuk menjadi
86
Bismar Nasution dan Sunarmi, Diktat Hukum Kepailitan, Program Magister Kenotariatan Pascasarjana USU, Medan, 2003, hal. 54.
87
Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 85
88
Pasal 23 UU No. 4 Tahun 1998 jo. Pasal 25 UU No. 37 Tahun 2004.
89
Pasal 23 UU No. 4 Tahun 1998 jo. Pasal 27 UU No. 37 Tahun 2004.
90
Pasal 28 UU No. 4 Tahun 1998
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
salah satu bukti yang dapat mencegah berlakunya daluarsa atas hak dalam gugatan tersebut.
91
Khusus terhadap perseroan terbatas terbuka yang merupakan perusahaan efek, permohonan kepailitan tidak dapat diajukan oleh debitor atau kreditor, melainkan
oleh Badan Pengawas Pasar Modal. Pasal 2 angka 4 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 menrgaskan bahwa dalam hal menyangkut debitor yang merupakan
perusahaan efek maka permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam. Pasal 94 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal menyebutkan perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek dan atau
manajer investasi. Guna menyediakan informasi atau fakta materil bagi investor dalam
mengambil keputusan investasi, Ketua Bapepam telah mengeluarkan keputusan No. Kep-46PM1998 tanggal 14 Agustus 1998 tentang Keterbukaan Informasi Bagi
Emiten atau Perusahaan Publik yang dimohonkan pernyataan pailit. Peraturan Bapepam Nomor X.K.5 memuat ketentuan sebagai berikut :
1. Emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak mampu menghindari
kegagalan untuk membayar kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi, maka emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan
laporan mengenai hal tersebut kepada Bapepam dan Bursa Efek dimana efek emiten atau perusahaan publik tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir
91
Pasal 35 UU No. 4 Tahun 1998
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
hari ke-2 kedua sejak emiten atau Perusahaan Publik mengalami kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan menghindari kegagalan dimaksud.
2. Laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 wajib memuat antara lain
rincian mengenai pinjaman termasuk jumlah pokok dan bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, penggunaan pinjaman dan alasan
kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan. 3.
Dalam hal emiten atau perusahaan publik diajukan ke pengadilan untuk dimohonkan pernyataan pailit, maka emiten atau perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan mengenai hal tersebut kepada Bapepam dan Bursa Efek dimana efek emiten atau perusahaan publik tercatat secepat mungkin,
paling lambat akhir hari ke-2 kedua sejak emiten atau Perusahaan Publik mengetahui adanya permohonan pernyataan pailit dimaksud.
4. Laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 3 wajib memuat antara lain
nama pemberi pinjaman yang mengajukan pailit, ringkasan permohonan pernyataan pailit dan jumlah pinjaman lainnya.
5. Pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 Undang-Undang Nomor 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal yang mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada pengadilan terhadap emiten atau perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan kepada Bapepam dan Bursa Efek emiten atau perusahaan publik tercatat mengenai hal tersebut secepat mungkin, paling
lambat akhir hari ke-2 kedua pengajuan permohonan pernyataan pailit.
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
6. Laporan sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini merupakan dokumen
publik yang tersedia bagi masyarakat di Pusat Referensi Pasar Modal sesuai dengan Peraturan Nomor II.A.2 tentang Prosedur Penyediaan Dokumen Bagi
Masyarakat di Pusat Referensi Pasar Modal. 7.
Bursa efek wajib mengumumkan informasi sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini di Bursa Efek pada hari yang sama dengan diterimanya
informasi tersebut oleh Bursa Efek.
C.PKPU Dalam Hukum Kepailitan
Istilah penundaan kewajiban pembayaran utang PKPU sering dikaitkan dengan masalah “insolvensi” atau “keadaan tidak mampu membayar” dari debitor
atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. PKPU harus ditetapkan oleh Hakim Pengadilan atas permohonan dari debitor yang berada dalam keadaan
“insolvensi” tersebut. Ketentuan mengenai PKPU diatur di dalam Bab III dari Pasal 222 sampai dengan Pasal 294 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004.
Berdasarkan Pasal 222 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, pada pokoknya pengajuan permohonan PKPU diperlakukan sama dengan proses pengajuan
permohonan pernyataan pailit, hanya saja permohonan PKPU ini hanya dapat dan harus diajukan oleh debitor sendiri, dengan dibantu oleh penasehat hukumnya.
Seluruh ketentuan mengenai proses pendaftaran permohonan kepailitan yang dimuat di dalam Pasal 6 ayat 1, ayat 2 ayat 3 ayat 4 dan ayat 5 Undang-Undang
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
Nomor 37 Tahun 2004 berlaku untuk setiap permohonan PKPU yang diajukan debitor.
Dalam surat permohonan PKPU dilampirkan rencana perdamaian yang ditawarkan debitor. Jika pada tanggal permohonan dimasukkan rencana perdamaian
belum dapat diajukan, maka kecuali ditentukan lain, rencana perdamaian tersebut tetap dapat diajukan sepanjang pengajuannya dilakukan sebelum tanggal sidang.
Berdasarkan kepada sifat saat dijatuhkannya PKPU oleh Pengadilan terhadap debitor dikenal adanya dua macam PKPU, yaitu :
1. Penundaan sementara kewajiban pembayaran utang berdasarkan Pasal 225
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004. Penundaan sementara ini ditujukan bagi debitor maupun kreditor, dimana debitor tidak dapat atau diperkirakan
tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih. Hal ini dimaksudkan untuk mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran perdamaian sebagian atau seluruh utang kepada kreditor.
2. Penundaan kewajiban pembayaran utang yang bersifat tetap berdasarkan Pasal
228 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004. PKPU yang bersifat tetap ini dimaksudkan untuk memungkinkan debitor, pengurus dan kreditor untuk
mempertimbangkan dan menyetujui rencana perdamaian. PKPU yang telah ditetapkan oleh Pengadilan mengakibatkan
“diberhentikannya untuk sementara” kewajiban pembayaran utang debitor yang telah jatuh tempo sampai dengan dicapainya kesepakatan baru antara kreditor dan debitor
Yuanita Harahap : Analisis Hukum Mengenai Restrukturisasi Utang PT. Terbuka Pada Proses Perdamaian Menurut Undang-Undang Kepailitan, 2008
USU Repository © 2008
mengenai syarat-syarat dan tata cara pembayaran baru yang disetujui bersama. PKPU tidak menghapuskan kewajiban untuk melakukan pembayaran utang, juga tidak
mengurangi besarnya utang yang wajib dibayar oleh debitor, melainkan hanya bersifat “penundaan sementara” untuk mencapai “penjadwalan baru” atas utang-utang
yang telah jatuh tempo tersebut. Jangka waktu PKPU adalah 45 empat puluh lima hari, dan perpanjangannya, baik yang bersifat sementara maupun yang tetap, tidak
boleh melebihi 270 dua ratus tujuh puluh hari, terhitung sejak tanggal pututsan PKPU ditetapkan oleh Pengadilan.
92
PKPU pada dasarnya merupakan penawaran rencana perdamaian oleh debitur, agar debitur dapat melakukan restrukturisasi “yang dapat meliputi seluruh
atau sebagian utang kepada kreditor konkuren”.
93
Restrukturisasi utang debitur melalui proses PKPU hanya dapat dilakukan setelah pengajuan PKPU oleh debitur
dikabulkan oleh Pengadilan sebelum jatuhnya putusan pailit,
94
yang kemudian diikuti dengan akor perdamaian antara debitur dengan kreditur.
95
D. Perbandingan Restrukturisasi Dan PKPU