B. Akta Notaris
1. Pengertian Akta
Akta adalah tulisan yang ditandatangani oleh para pihak yang berkepentingan yang bertujuan menjadi alat bukti.
64
Ditinjau dari cara pembuatannya akta dibedakan atas 2 dua bahagian yakni akta otentik dan akta di
bawah tangan. Akta otentik adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang diisyaratkan dan
dibuat oleh pejabat-pejabat ambtenaren yang berwenang yang menurut atau berdasar pada undang-undang dibebani untuk menyatakan apa yang
telah disaksikan waarneming atau dilakukannya, sedangkan akta di bawah tangan adalah semua akta yang bukan akta otentik.
65
Secara umum, perbedaan akta otentik dan akta di bawah tangan adalah sebagai berikut:
1. Akta otentik mempunyai tanggal yang pasti, sedang akta di bawah
tangan tidak selalu demikian 2.
Grosse akte dari akta otentik dalam beberapa hal mempunyai kekuatan eksekutorial seperti putusan Hakim, sedangkan akta di bawah tangan
tidak pernah mempunyai kekuatan eksekutorial.
3. Kemungkinan akan hilangnya akta yang dibuat di bawah tangan lebih
besar dibandingkan dengan akta otentik.
66
Pasal 1874 ayat 1 KUHPerdata, menyatakan bahwa akta di bawah tangan adalah sebagai tulisan-tulisan di bawah tangan dianggap akta-akta yang
64
M.U. Sembiring, Tehnik Pembuatan Akta, Program Pendidikan Spesialis Notariat, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 1997, hal. 3.
65
Trimoelja. D. Soerjadi, Beberapa Permasalahan Tentang Akta NotarisPPAT, yang disampaikan pada acara Temu Ilmiah dan Pembinaan Serta Pembekalan Anggota Ikatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah IPPAT, Garden Palace Hotel, Surabaya tanggal 14 Juni 2003.
66
G.H.S. Lumban Tobing, Op. cit., hal. 54.
Helena : Eksistensi Dan Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Berupa Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi..., 2007 USU e-Repository © 2008
ditandatangani di bawah tangan, surat-surat, register-register, surat-surat urusan rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang pegawai
umum. Sedangkan pengertian akta otentik diuraikan dalam Pasal 1868
KUHPerdata, yang menyatakan bahwa akta otentik adalah suatu akta yang dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang dibuat oleh atau dihadapan pejabat
umum yang berwenang untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya. Dari perumusan pasal tersebut dapat diketahui bahwa ada 2 dua jenis akta
otentik, yaitu : 1.
Akta yang diperbuat oleh door een Notaris. Akta jenis ini biasanya diberi nama “akta relaas ” atau “Acara” , yang
termasuk jenis akta ini antara lain akta berita acara rapat pemegang saham perseroan terbatas, akta berita acara rapat direksi perseoran
terbatas, akta pendaftaran atau inventaris harta peninggalan, akta berita acara penarikan undian.
Akta ini merupakan keterangan atau kesaksian dari Notaris tentang apa yang dilihatnya, atau apa yang disaksikannya terhadap perbuatan yang
dilakukan orang lain.
2. Akta yang diperbuat di hadapan ten overstaan van een Notaris.
Akta ini dinamakan akta pihak-pihak partij-akte. Isi akta ini ialah catatan Notaris yang bersifat otentik mengenai keterangan-keterangan
dari pada penghadap yang bertindak sebagai pihak-pihak dalam akta bersangkutan.
Golongan akta ini termasuk akta jual beli, sewa menyewa, perjanjian pinjam pakai, akta persetujuan kredit dan sebagainya.
67
Menurut ketentuan perundang-undangan setiap akta resmi mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna velleding bewijs. Artinya apabila suatu
67
M.U. Sembiring, Op. cit., hal. 6-7.
Helena : Eksistensi Dan Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Berupa Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi..., 2007 USU e-Repository © 2008
pihak mengajukan suatu akta resmi, hakim harus menerimanya dan menganggap apa yang dituliskan didalam akta itu adalah sungguh-sungguh telah terjadi
sehingga hakim tidak boleh memerintahkan penambahan pembuktian lagi. Pasal 1 Ayat 7 UUJN menyebutkan bahwa akta Notaris adalah akta
otentik yang dibuat atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang.
Akta Notaris yang dibuat Notaris memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang membuatnya, karena undang-undang yang memberikan wewenang
kepada Notaris untuk membuat suatu akta otentik yang fungsinya sebagai alat bukti di pengadilan apabila dikemudian hari terjadi sengketa diantara para pihak
yang membuat akta tersebut. Menurut pendapat umum yang dianut pada setiap akta otentik, demikian
juga pada akta Notaris, dibedakan 3 kekuatan pembuktian, yakni : a.
Kekuatan pembuktian lahiriah uitwendige bewijsracht; Dengan kekuatan bukti lahiriah ini dimaksudkan kemampuan dari akta
itu sendiri untuk membuktikan dirinya sebagai akta otentik. Kemampuan ini menurut Pasal 1875 KUHPerdata tidak dapat diberikan
kepada akta yang dibuat di bawah tangan ; akta yang dibuat di bawah tangan baru berlaku sah, yakni sebagai benar-benar yang berasal dari
orang, terhadap siapa akta itu dipergunakan, apabila yang menandatanganinya mengakui kebenaran dari tanda tangannya itu atau
apabila itu dengan cara yang sah menurut hukum dapat dianggap sebagai telah diakui oleh yang bersangkutan. Sepanjang mengenai
kekuatan ini, yang merupakan pembuktian lengkap dengan tidak mengurangi pembuktian sebaliknya maka akta partij dan akta pejabat
dalam hal ini adalah sama.
b. Kekuatan pembuktian formal formele bewijskracht;
Dengan kekuatan pembuktian formal ini oleh akta otentik dibuktikan bahwa pejabat yang bersangkutan telah menyatakan dalam tulisan itu,
Helena : Eksistensi Dan Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Berupa Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi..., 2007 USU e-Repository © 2008
sebagai mana yang tercantum dalam akta itu dan selain dari itu kebenaran dari apa yang diuraikan oleh pejabat dalam akta itu sebagai
yang dilakukan dan disaksikannya didalam menjalankan jabatannya itu. Dalam arti formal, sepanjang mengenai akta pejabat ambtelijke akte,
akta itu membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan, yakni yang dilihat, didengar dan juga dilakukan Notaris sebagai Pejabat Umum di
dalam menjalankan jabatannya.
c. Kekuatan pembuktian material materiele bewijskracht;
Sepanjang yang menyangkut kekuatan pembuktian material dari suatu akta otentik, terdapat perbedaan antara keterangan dari Notaris yang
dicantumkan didalamnya. Tidak hanya kenyataan, bahwa adanya dinyatakan sesuatu yang dibuktikan oleh akta itu, akan tetapi juga akan
isi dari akta itu dianggap dibuktikan sebagai yang benar terhadap setiap orang, yang menyuruh diadakanbuatkan akta itu sebagai bukti
terhadap dirinya atau yang dinamakan “prevue preconstituee ” akta itu mempunyai kekuatan pembuktian material. Kekuatan pembuktian
inilah yang dimaksud dalam Pasal-pasal 1870, 1871 dan 1875 KUHPerdata; antara para pihak yang bersangkutan dan para ahliwaris
serta penerima hak mereka akta itu memberikan pembuktian yang lengkap tentang kebenaran dari apa yang tercantum dari akta itu,
dengan pengecualian dari apa yang dicantumkan didalamnya sebagai hanya suatu pemberitahuan belaka blote mededeling dan yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan yang menjadi akta pokok itu.
68
2. Bentuk-bentuk Akta
Menurut UUJN,
69
bentuk-bentuk akta terdapat dalam beberapa pasal, yakni :
68
G.H.S. Lumban Tobing, Op. cit., hal. 55-59
69
Dalam UUJN ada pula pasal-pasal yang terkait dalam penentuan bentuk dari akta Notaris yakni: a Pasal 26 UUJN, menyatakan bahwa akta Notaris harus ditulis dengan dapat dibaca, dalam
hubungan satu sama lain yang tidak terputus, tanpa kependekan-kependekan, ruangan-ruangan kosong atau sela-sela kosong, terkecuali untuk beberapa macam akta terdapat contoh-contoh yang dicetak
berdasarkan ketentuan dari pihak yang berwajib; ruangan-ruangan kosong dalam badan akta yang terpaksa tidak ditulis, harus digaris dengan jelas dengan tinta sebelum akta ditutup, agar tidak dapat
dipergunakan lagi; semua angka-angka yang menentukan jumlah atau besarnya benda yang disebutkan dalam akta, demikian juga tanggal-tanggal harus dinyatakan dengan huruf-huruf tulisan, akan tetapi
dapat diulangi atau didahului dengan angka-angka; b Pasal 27, menyatakan bahwa akta dapat dibuat dalam bahasa yang dikehendaki oleh para pihak, asal saja dimengerti oleh Notaris; c Pasal 37
menyatakan bahwa semua perubahan dan tambahan harus ditulis disisi akta, akan tetapi hal itu hanya
Helena : Eksistensi Dan Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Berupa Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi..., 2007 USU e-Repository © 2008
1. Pasal 42, berbunyi sebagai berikut :
a. Akta Notaris dituliskan dengan jelas satu sama lain yang tidak terputus-
putus dan tidak menggunakan singkatan. b.
Ruang dan sela kosong digaris dengan jelas sebelum akta ditandatangani, kecuali untuk akta yang dicetak dalam bentuk formulir berdasarkan
peraturan perundang-undangan. c.
Semua bilangan untuk menentukan banyaknya atau jumlahnya sesuatu yang disebut dalam akta, penyebutan tanggal, bulan, dan tahun
dinyatakan dengan huruf dan harus didahului dengan angka. 2.
Pasal 43, berbunyi sebagai berikut : a.
Akta dibuat dalam bahasa Indonesia. b.
Dalam hal penghadap tidak mengerti bahasa yang digunakan dalam akta Notaris wajib menterjemahkan atau menjelaskan isi akta itu dalam
bahasa yang dimengerti oleh penghadap. c.
Apabila Notaris tidak dapat menterjemah atau menjelaskannya, akta tersebut diterjemahkan atau dijelaskan oleh seorang penterjemah resmi.
sah, apabila itu tersendiri-sendiri ditanda tangani atau disahkan oleh para penghadap yang menandatangani akta itu, oleh Notaris dan para saksi. Jika suatu perubahan atau tambahan terlalu
panjang untuk ditulis disisi akta, hal tersebut ditulis pada akhir akta, akan tetapi sebelum penutup akta, asal saja ditunjuk halaman dan baris dimana itu termasuk, dengan ancaman batal setiap perubahan atau
tambahan yang dilakukan dengan cara lain atau tanpa penunjukan; d Pasal 33, menyatakan bahwa tidak dibenarkan dalam suatu akta atau perubahan dan tambahan yang tertulis disisi atau pada sebelum
penutup akta menulis tindih, menyisipkan atau menambah kata-kata atau huruf-huruf dengan cara lain mencoret atau menghapus dan menggantinya dengan yang lain, dengan ancaman batal kata-kata atau
huruf-huruf yang ditulis sebagai gantinya dan yang disisipkan atau ditambahkan.
Helena : Eksistensi Dan Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Berupa Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi..., 2007 USU e-Repository © 2008
d. Akta dapat dibuat dalam bahasa lain yang dipahami oleh Notaris dan
saksi apabila pihak yang berkepentingan menghendaki sepanjang undang-undang tidak menentukan lain.
e. Dalam hal akta dibuat sebagaimana yang dimaksud dalam Ayat 4,
Notaris wajib menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. 3.
Pasal 44 berbunyi sebagai berikut : a.
Segera setelah akta dibacakan, akta tersebut ditandatangani oleh setiap penghadap, saksi dan Notaris, kecuali apabila ada penghadap yang tidak
dapat membubuhkan tanda tangan dalam akta dengan menyebutkan alasannya.
b. Alasan sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dinyatakan secara tegas
dalam akta. c.
Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 Ayat 3 ditandatangani oleh penghadap, saksi, Notaris dan penterjemah resmi.
d. Pembacaan, penterjemahan atau penjelasan dan penanda tanganan
sebagaimana yang dimaksud dalam Ayat 1 dan Ayat 3 dan Pasal 43 Ayat 2, Ayat 3 dan Ayat 5 dinyatakan secara tegas pada akhir akta.
3.
Bagian-bagian Akta
Akta Notaris mempunyai bagian-bagian atau kerangka akta yang terdiri dari :
Helena : Eksistensi Dan Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Berupa Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi..., 2007 USU e-Repository © 2008
1. Judul akta.
2. Keterangan-keterangan dari Notaris mengenai para penghadap atau atas
permintaan siapapun dibuat berita acara atau lajim dinamakan “komparisi”.
3. Keterangan-keterangan pendahuluan dari para penghadap jika ada
atau lajim dinamakan “premisse ”. 4.
Isi akta itu sendiri, berupa syarat-syarat dan ketentuan dari perjanjian yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
5. Penutup dari akta yang biasanya didahului oleh perkataan-perkataan :
“maka akta ini” dan seterusnya atau “akta ini dibuat” dan seterusnya.
70
Ditinjau dari segi anatomi akta,
71
akta Notaris dibagi dalam 3 bagian yakni : kepala akta, badan akta, dan kaki akta. Kepala akta ialah bagian
pembukaan atau bagian depan dari suatu akta yang memuat hal-hal yang perlu memenuhi syarat-syarat formal dari satu akta akan tetapi belum menyentuh isi
akta. Kepala akta terdiri dari lima bagian yakni: judul Akta, nomor Akta, tanggal Akta, komparisi Akta, dan premisse Akta.
Badan akta ialah bahagian dari akta yang memuat hal-hal yang merupakan isi akta berupa pernyataan atau perjanjian yang diperbuat oleh para pihak yang
meminta itu diperbuat. Dengan perkataan lain badan akta adalah identik dengan isi akta.
Kaki akta adalah bahagian paling akhir akta yang dalam praktek Notariat memuat :
1. Tempat dimana akta tersebut diperbuat;
70
G.H.S. Lumban Tobing, Op. cit., hal. 215.
71
M.U. Sembiring, Op. cit., hal. 23.
Helena : Eksistensi Dan Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Berupa Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi..., 2007 USU e-Repository © 2008
2. Nama-nama pekerjaan dan tempat tinggal para saksi instrumentair;
72
3. Nama-nama, pekerjaan dan tempat tinggal para saksi attesteren saksi yang
memperkenalkan jikalau dalam kasus bersangkutan para penghadap memang diperkenalkan oleh saksi attesteren;
73
4. Disebutkan pula bahwa akta tersebut telah dibacakan kepada para penghadap
dan saksi ; 5.
Seandainya salah seorang atau semua penghadap tidak memahami dengan baik bahasa yang dipergunakan dalam akta tersebut dan karena itu harus
diterjemahkan kepada yang bersangkutan oleh Notaris itu sendiri atau oleh orang lain maka dilakukannya penterjemahan serta nama yang
menterjemahkan itu harus pula dinyatakan dalam akta tersebut ; 6.
Harus pula disebutkan dalam kaki akta bahwa “segera setelah akta itu dibacakan maka seketika itu juga akta ditandatangani oleh para penghadap,
saksi-saksi dan Notaris.” Dalam Pasal 38 UUJN, menentukan bahwa setiap akta Notaris terdiri atas :
a. Awal akta atau kepala akta memuat :
1. Judul akta;
2. Nomor akta ;
72
Saksi instrumentair adalah orang yang memberikan kesaksian tentang apa yang ia saksikan yakni yang dialaminya, didengarnya dan dilihatnya baik berupa tindakan atau perbuatan maupun
berupa keadaan atau kejadian.
73
Saksi attesteren adalah saksi yang memperkenalkan penghadap kepada Notaris.
Helena : Eksistensi Dan Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Berupa Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi..., 2007 USU e-Repository © 2008
3. Jam, hari, tanggal, bulan dan tahun ; dan
4. Nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
b. Badan akta memuat :
1. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,
jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap danatau orang yang mereka wakili;
2. Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
3. Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan; dan 4.
Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
c. Akhir atau penutup akta memuat :
1. Uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat 1 Huruf l atau Pasal 16 ayat 7; 2.
Uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penterjemah akta apabila ada;
3. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan,
dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta; dan 4.
Uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa penambahan,
pencoretan atau penggantian.
Helena : Eksistensi Dan Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Berupa Akta Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi..., 2007 USU e-Repository © 2008
C. Kekuatan Hukum Alat Bukti Alas Hak yang Dibuat Dihadapan Notaris