B. Good Corporate Governance
1. Good Corporate Governance Secara Umum
Mengenai good corporate governance diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 84PBI2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum
Salah satu yang mengakibatkan runtuhnya perekonomian Indonesia disebabkan oleh karena tidak adanya good corporate governance di dalam pengelolaan perusahaan.
89
Menurut Bismar Nasution, kajian yang dibuat oleh Bank Dunia menunjukkan lemahnya penerapan corporate governance merupakan faktor yang menentukan
parahnya krisis di Asia. Kelemahan tersebut antara lain terlihat dari minimnya pelaporan kinerja keuangan dan kewajiban-kewajiban perusahaan, kurangnya
pengawasan atas aktivitas manajemen oleh komisaris dan Auditor, serta kurangnya insentif untuk mendorong terciptanya efisiensi di perusahaan melalui mekanisme
persaingan yang fair.
90
Good corporate governance atau dalam bahasa Indonesia berarti tata kelola perusahaan yang baik adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan
agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya dan
stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan untuk mengatur
89
Bismar Nasution, Penerapan Good Corporate Governance dalam pencegahan Penyalahgunaan Kredit, disampaikan pada “Seminar Hukum Perkreditan”, PT. Bank Rakyat Indonesia,
Medan, tanggal 12-13 Maret 2002, hal. 1
90
Ibid.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
kewenangan direktur, manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu.
91
Dalam menjalankan fungsi utama bank, yaitu untuk memobilisasi dana masyarakat dan menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit kepada penggunaan atau investasi
yang efektif dan efisien, perlu didukung peraturan yang cukup yang dikaitkan dengan prinsip-prinsip good corporate governance.
92
Setidak-tidaknya kehancuran
industri perbankan Indonesia disebabkan enam faktor:
93
a. Penyaluran kredit yang terlalu ekspansif yang dipacu oleh pemasukan dana luar negeri yang bersifat rentan, oleh karena sifatnya jangka pendek
b. Pemberian kredit tanpa melalui proses analisa kredit yang sehat c. Konsentrasi kredit yang berlebihan kepada suatu kelompok usaha atau individu baik
yang terkait dengan bank maupun tidak d. Moral hazard karena belum tegasnya mekanisme exit policy dan berlarut-larutnya
penyelesaian bank-bank bermasalah e. Campur tangan pemilik yang berlebihan dalam manajemen bank bahkan tidak
sedikit pemilik yang merangkap jabatan sebagai pengurus bank f. Lemahnya aspek supervisi dan regulasi perbankan
Syakhroza telah mendefinisikan Corporate Governance adalah suatu sistim yang dipakai board untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi directing,
91
Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance, Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia, Jakarta: Ray Indonesia, 2005, Hal. 7
92
Bismar Nasution, Loc. Cit. Hal. 2.
93
Ibid.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
controlling, and supervising pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, efektif, ekonomis, dan produktif- E3p dengan prinsip-prinsip transparan, accountable,
responsible, independent dan fairness – TARIF dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
94
Good Corporate governance GCG juga didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, sistem dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan Direksi, Dewan
komisaris, RUPS, guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders lainnya berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.
95
Secara umum setidaknya terdapat dua keyakinan yang mendasari perlunya penerapan GCG yaitu:
96
a. GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global.
b. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika latin diyakini muncul akibat kegagalan penerapan GCG, sebagai dampak sistem hukum yang buruk, standar
akuntansi dan audit yang tidak konsisten, praktek perbankan yang lemah serta pandangan Board of Directors BOD yang kurang memahami lingkungan
perusahaan. Sejak tahun 2006 Bank Indonesia menerbitkan sejumlah peraturan yang secara umum ditujukan menciptakan GCG pada sektor perbankan. Sejumlah
peraturan itu sendiri tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8PBI2006
94
Akhmad Syakhroza, Best Practises Corporate Governance dalam konteks Konsisi Lokal perbankan Indonesia, Majalah Usahawan No. 06 TH XXXII juni 2003, Hal.13
95
Dikutip dari Bank Artha Graha Internasional Newsline, Hal. 3
96
Ibid.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
dan Surat Edaran Nomor 912DPNP menyangkut kumpulan ketentuan Good Corporate Governance GCG BI yang harus dilaksanakan bank.
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 84PBI2006, bank diwajibkan menyampaikan laporan pelaksanaan Good Corporate Governance pada pemegang
saham dan pada tujuh lembaga lain untuk diketahui publik, yaitu:
97
a. Bank Indonesia b. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI
c. Lembaga Pemerintah di Indonesia d. Asosiasi-asosiasi bank di Indonesia
e. Lembaga Pengembangan Perbankan di Indonesia f. Dua lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan
g. Dua majalah ekonomi dan keuangan. Corporate
governance terdiri dari 6 enam elemen yaitu:
98
a. Fokus kepada Board b. Hukum dan Peraturan sebagai alat untuk mengarahkan dan mengendalikan
c. Pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis dan produktif d. Transparan, accountable, redponsible, independent dan fairness – TARIF
e. Tujuan Organisasi f. Strategic Control
97
Ibid.
98
Akhmad Syakhroza, Op. Cit., Hal. 14.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Board adalah pucuk pimpinan suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi pemakaian sumber daya agar supaya
selaras dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
99
Corporate Governance harus fokus kepada board karena dewan komisaris dan dewan direksi adalah yang bertanggung jawab dan memiliki otoritas penuh dalam
membuat keputusan tentang bagaimana melakukan pengarahan, pengendalian dan pengawasan atas pengelolaan sumber daya sesuai dengan tujuan perusahaan. Good
Corporate Governance akan bisa dibangun dalam suatu perusahaan, apabila perusahaan tersebut memiliki strategy dan planning yang dapat diimplementasikan secara terukur
dari waktu ke waktu.
100
2. Prinsip dan Manfaat Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
Pengelolaan bank penting diformulasikan dengan prinsip-prinsip good corporate governance, agar kualitas pengelolaan bank dapat mendorong jalannya fungsi utama
bank tersebut, sekaligus untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Dalam konteks pelaksanaan perkreditan, diperlukan pendekatan peraturan yang mengatur pemecahan
permasalahan perkreditan yang muncul dalam industri perbankan. Pemberian kredit harus didasarkan pada keadilan, keterbukaan, pertanggungjawaban dan tanggung jawab
agar sumber kredit stabil dan dapat dipercaya, sekaligus mencegah risiko yang berlebihan.
99
Akhmad Syakhroza, Ibid.
100
Ibid.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Grup Penasehat Bisnis sector organization for economic cooperation and development OECD menetapkan empat prinsip umum good corporate governance
yaitu:
101
a. Prinsip Keadilan Fairness Peraturan perkreditan harus menentukan jaminan yang cukup secara tegas dengan
sanksi yang cukup dimana pelaksanaan pemberian kredit dikelola dengan prudential. Disamping itu peraturan perkreditan itu harus menentukan secara
cukup antisipasi terhadap kemungkinan praktik pemberian kredit yang merugikan, seperti penipuan. Selanjutnya peraturan perkreditan tersebut harus menentukan
secara cukup bahwa setiap contractual relationship harus dapat dilaksanakan secara efektif.
Formulasi prinsip keadilan dalam peraturan perkreditan, juga harus melakukan pendekatan pada prinsip pengawasan dimana direksi mempunyai peran yang cukup
untuk mengawasi manajemen. Alasan dilakukan pengawasan itu berkaitan dengan upaya menjaga kepercayaan masyarakat. Pemeliharaan kepercayaan masyarakat
terhadap integritas sistim perbankan penting diupayakan. Oleh karena kepercayaan masyarakat merupakan faktor yang sangat krusial dalam bank sebagai industri jasa.
b. Prinsip Keterbukaan Transparency Prinsip keterbukaan dalam industri perbankan berkaitan dengan prinsip keadilan.
Oleh karena jalannya prinsip keadilan harus didukung oleh keterbukaan keadaan financial dalam pengawasan perusahaan.
101
Bismar Nasution, Op. Cit. Hal.4 - 7
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Gagalnya perusahaan mengatasi risiko, salah satunya disebabkan minimnya standar atas keterbukaan. Dalam kaitannya dengan penerapan prinsip keterbukaan dalam
bank, BI telah membuat peraturan BI Nomor: 322PBI2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank, dimana pertimbangan pembuatan peraturan tersebut
adalah untuk menciptakan disiplin pasar market discipline. Peraturan itu diupayakan untuk meningkatkan transparansi kondisi keuangan dan kinerja bank
untuk memudahkan penilaian diantara sesama peserta pasar melalui publikasi laporan kepada masyarakat.
102
c. Prinsip Tanggung jawab Accountability Peraturan perkreditan harus menentukan antisipasi persoalan dalam bank yang dapat
muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan direksi. Disamping itu, ditentukan secara cukup dan jelas fungsi hak, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing pengurus bank dalam pemberian kredit. Misalnya apakah yang menjadi ukuran tanggung jawab pengurus bank atau direktur dalam
masalah yang timbul dalam perkreditan atau bagaimanakah pengurus bank dianggap telah memenuhi kewajibannya untuk menjalankan prinsip duty of care. Apakah
yang menjadi tolok ukur untuk memutuskan apakah suatu kerugian disebabkan oleh keputusan bisnis business Judgement yang tidak tepat untuk dapat menghindarkan
dari pelanggaran duty of care.
103
102
Bismar Nasution, Op. Cit.
103
Ibid. Hal.6
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
d. Prinsip Pertanggungjawaban Responsibility Peraturan perkreditan harus membuat ketentuan secara cukup, agar pengurus bank
dan debitor selalu patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan perkreditan, baik yang berkaitan dengan masalh antara lain
perlindungan hak pekerja, perlindungan lingkungan hidup, ataupun perlindungan konsumen.
104
Manfaat penerapan good corporate governance yaitu akan membawa perusahaan menjadi lebih efisien dan mampu memberikan pelayanan atau perbaikan pola kerja
termasuk pengambilan keputusan sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Pelaksanaan good corporate governance juga bermanfaat untuk:
105
a. Menciptakan landasan untuk berkembang dalam jangka panjang b. Meningkatkan kepercayaan investor dan nasabah maupun pasar pada umumnya
1 Berdasarkan suatu survey, investor bersedia membayar 20-30 lebih tinggi dari harga saham bagi perusahaan yang melaksanakan good corporate
governance 2 Pelaksanaan good corporate governance juga dapat mempermudah diperolehnya
pembiayaan dengan harga yang lebih rendah dengan syarat-syarat yang lebih baik
c. Meningkatkan corporate value dan kepuasan para stakeholder Maksud Pedoman umum Good Corporate Governance yaitu:
106
104
Ibid. Hal.7
105
Binhadi, Good Corporate Governance, Makalah Materi Pelatihan Sertifikasi Pegawai Sektor Perbankan Bank Indonesia, 2006 Hal. 4
106
Ibid.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
a. Memaksimalkan nilai perseroan bagi pemegang saham dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya dan adil
b. Mendorong pengelolaan perseroan secara professional, transparan dan efisien serta memberdayakan fungsi dan kemandirian komisaris, Direksi dan RUPS.
c. Mendorong agar pemegang saham, Direksi dan Komisaris dalam mengambil keputusan didasarkan pada nilai moral yang tinggi, kepatuhan pada perundang-
undangan serta tanggung jawab sosial. Alasan dan Fungsi Pedoman Good Corporate Governance perbankan
107
a. Alasan penyusunan sectoral Code Perbankan adalah karena karakteristik perbankan yang khusus, pengalaman krisis perbankan yang mengandung pula unsur etika
perbankan yang tidak dilaksanakan dengan baik, kepercayaan masyarakat yang perlu dikembalikan, serta dalam rangka mengikuti International best practices.
b. Faktor kunci keberhasilan pengembangan good corporate governance adalah komitmen dari top management Direksi dan Komisaris serta seluruh jajaran
organisasi. c. Fungsi Sectoral Code Perbankan adalah sebagai pelengkap dan bagian tidak
terpisahkan dari Perdoman umum GCG. d. pedoman tersebut berlaku bagi semua jenis bank dan bertujuan untuk memastikan
terciptanya bank dan sistim perbankan yang sehat. Dalam UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, secara umum diatur
ketentuan yang terkait dengan GCG baik yang termasuk Governance Structure,
107
Binhadi, Ibid. Hal. 8
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Governance Process, maupun Governance Outcome, namun tidak terbatas pada kewajiban kepemilikan, dewan komisaris, direksi dan prinsip kehati-hatian yang harus
dianut perbankan.
108
Ada dua pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia, yaitu: a. Pengawasan Eksternal
Pengawasan eksternal yang dilakukan oleh Bank Indonesia mencakup 4 aspek, yaitu: power to licence, power to regulate, power to control dan power to impose sanction.
109
1 Power to licence atau kewenangan dalam mengatur perizinan bank adalah kewenangan dasar yang pertama dan merupakan proses pengawasan bank yang paling
awal. Dengan kewenangan ini dapat ditetapkannya persyaratan untuk beroperasi sebagai bank. Tidak setiap orang atau perusahaan dapat mendirikan dan mengoperasikan bank.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk pendirian suatu bank minimal meliputi 3 aspek, yaitu:
a Akhlak dan moral para calon pemilik dan pengurus suatu bank, yang tidak pernah melakukan perbuatan yang merugikan negara dan tercela di bidang perbankan,
sedang bagi calon pengurus harus mampu memiliki integritas dan kapabilitas tertentu
b Kemampuan penyediaan dana sampai jumlah minimal tertentu sebagai modal disetor ke bank
108
Mas Achmad Daniri, Ibid.
109
Zulkarnain Sitompul I, Perlindungan dana nasabah Bank, suatu gagasan tentang Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia, Jakarta: Fakultas HUkum Universitas Indonesia, 2002 hal
219
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
c Kesungguhan para calon pemilik pengurus untuk melakukan kegiatan perbankan. Dengan adanya persyaratan ini, seleksi ketat terhadap kehadiran suatu bank sudah
dapat dimulai dari awal. Sejalan dengan adanya pengaturan tentang tata cara perizinan pendirian bank, maka ditetapkan pula bahwa kegiatan usaha bank yang
dilakukan tanpa izin dapat diancam dengan sanksi pidana. 2 Power to regulate, memungkinkan otoritas pengawas mengatur kegiatan operasi
bank berupa ketentuan dan peraturan sehingga dapat terciptanya suatu sistem perbankan yang sehat, sekaligus dapat memenuhi harapan masyarakat atas kecukupan dan kualitas
pelayanan jasa perbankan 3 Power to control, merupakan kewenangan dasar yang diperlukan oleh setiap otoritas
pengawas bank, agar dalam melaksanakan kegiatan pengawasan dapat dengan jelas mengetahui batasan-batasan wewenang dalam melakukan pengawasan bank. Dilain
pihak juga menyadari bahwa mereka juga diawasi dalam setiap kegiatannya. 4 Power to impose sanction, kewenangan pengawasan tidak efektif apabila pengawas
tidak diberikan kewenangan untuk menetapkan dan menjatuhkan sanksi kepada setiap bank yang kurang atau tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh
perundang-undangan yang berlaku. b. Pengawasan Internal
Pengawasan internal adalah pengawasan dari dalam bank itu sendiri yang sangat mempengaruhi tingkat keamanan dan kesehatan bank tersebut. Pengawasan ini dapat
dilakukan dengan cara penerapan tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Governance, menerapkan Prinsip mengenal nasabah Know your customer Principles, dan peningkatan peran kepatuhan compliance unit.
110
Tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance. Kekuatan suatu bank salah satunya bertumpu pada kemampuan bank tersebut melakukan pengelolaan
risiko dan menetapkan secara konsisten tata kelola perusahaan yang baik, yang ditunjukkan dengan kesadaran untuk menjalankan operasi bank dengan senantiasa
menjaga kepercayaan nasabah, integritas tinggi, profesionalisme dan service. Bank Wajib melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya
pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG paling kurang harus diwujudkan dalam:
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi 2 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian intern bank. 3 Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal
4 Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern 5 Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar
6 Rencana strategis Bank 7 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank.
111
Ketentuan Bank Indonesia bersifat memaksa yang tercermin pada sanksi yang akan dikenakan jika bank atau pengurus bank, pemegang saham dan pegawai bank
110
Zulkarnain Sitompul, Ibid, Hal. 255 - 256
111
Pasal 2, Peraturan Bank Indonesia No. 84PBI2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
melanggar aturan yang telah ditetapkan pada ketentuan penerapan good corporate governance ini. Sanksi administratif yang dapat dikenakan antara lain:
1 Teguran tertulis 2 Penurunan tingkat kesehatan berupa penurunan peringkat faktor manajemen dan
penilaian tingkat kesehaan bank 3 Larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring
4 Pembekuan kegiatan usaha tertentu 5 Pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat pengganti
sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota Koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia dan;
6 Pengurus, pegawai, pemegang saham Bank dalam daftar tidak lulus melalui mekanisme uji kepatutan dan kelayakan fit and proper test.
112
112
Ibid. Pasal 69
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB IV PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT WIRAUSAHA
TANPA AGUNAN DITINJAU DARI PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT
A. Pelaksanaan Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan pada PT. Bank