3 PPK, MAK dan CRR beserta dokumen-dokumen lainnya diajukan ke Komite Kredit untuk memperoleh persetujuan.
4 Keputusan persetujuan kredit oleh anggota komite kredit, dengan keyakinan: a Akan kemampuan pemohon kredit debitur untuk membayar kembali kredit sesuai
dengan syarat-syarat yang diperjanjikan. b Bahwa pengikatan jaminan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan ketentuan
yang berlaku c Proses pemberian kredit maupun tujuan pemberian kreditnya telah sesuai dengan
standar dan kebijakan Bank Artha Graha 5 Setelah komite kredit memberikan persetujuan kredit, maka akan diterbitkan Surat
Penegasan Kredit SPK yang berisi rangkuman PPK dan memuat kondisi persyaratan yang ditentukan oleh komite kredit.
6 Berdasarkan Surat Penegasan Kredit, Account Officer menyiapkan offering letter surat penawaran kredit dan harus ditandatangani oleh debitur sebagai bentuk
persetujuannya.
3. Peran Notaris dalam Pemberian Kredit
Tersedianya jasa profesi notaris untuk memenuhi kebutuhan akan akta-akta otentik. Notaris oleh undang-undang diberi wewenang membuat akta otentik mengenai semua
perbuatan hukum perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan atau oleh para pihak yang berkepentingan menginginkan agar
dituangkan atau diatur dalam suatu akta otentik.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun
2004 tentang Jabatan Notaris. Dalam jabatannya seorang notaris tidak boleh berpihak dan harus menjaga
kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Karena notaris merupakan pejabat umum yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri maka seorang notaris
dituntut untuk patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia.
Notaris merupakan jabatan berwajah ganda, disatu pihak ia pemangku jabatan negara dan dipihak lain ia sebagai pelaksana profesi. Namun demikian dasarnya adalah
sama bahwa notaris mengatur hubungan hukum secara tertulis antara berbagai pihak yang dituangkan dalam suatu akta otentik.
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, menyatakan:
a. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai suatu perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan atau yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan data, memberikan grosse,
salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh undang-undang.
b. Notaris berwenang pula: 1 Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; 2 Membukukan surat-surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus; 3 Membuat kopi dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat
uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan; 4 Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
5 Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
6 Membuat akta yang berkaitan dengan pertahanan, atau 7 Membuat akta risalah lelang
c. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
Akta otentik itu menurut Pasal 1870 KUHPerdata memberikan kepada pihak-pihak yang membuatnya suatu pembuktian yang mutlak. Disini letak penting dari profesi
notaris, yakni bahwa notaris karena undang-undang diberi wewenang menciptakan alat pembuktian yang mutlak, dalam pengertian bahwa apa yang tersebut dalam akta otentik
itu pada pokoknya dianggap benar.
80
Dalam praktik perbankan, tidak ada ketentuan perundang-undangan yang mengharuskan perjanjian kredit dibuat dengan akta otentik. Perjanjian kredit dapat
dibuat baik dengan akta di bawah tangan maupun akta otentik akta notaris. Praktik yang berlaku ialah, untuk kredit-kredit yang berjumlah besar biasanya perjanjian
kreditnya dibuat dengan akta notaris, sedangkan untuk kredit-kredit yang berjumlah kecil, antara lain Kredit Usaha Kecil KUK, cukup dibuat dengan akta di bawah
tangan.
81
Apabila proses pengikatan kredit dan pengikatan jaminan dilakukan secara notarial, maka notaris harus menyerahkan Cover notes, sebagai janji bahwa apabila pengikatan
kredit maupun pengikatan jaminan telah selesai dilakukan maka dokumen-dokumen tersebut akan diserahkan ke bank.
82
Cover Notes atau surat keterangan resmi mempunyai makna bahwa seluruh berkas agunan asli yang belum diterima akan selesai dalam waktu yang sudah disepakati. Surat
80
R. Sugondo Notodisuryo, Hukum Notariat di Indonesia: Suatu Penjelasan, Jakarta: Grafindo Persada, 1993, hal. 7.
81
Remy Sjahdeini, Op. Cit. Hal. 52
82
Dokumen PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk, Op. Cit., Hal. 22
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
keterangan dari notaris ini menyatakan suatu keadaan berdasarkan perjanjian, misalnya sertifikat tanah milik debitur disimpan oleh notaris dalam rangka proses balik nama.
Dalam membuat perjanjian kredit secara notarial, notaris harus bertanggung jawab memeriksa dan memastikan bahwa perjanjian kredit tersebut telah memenuhi keabsahan
dan persyaratan hukum dan memuat jumlah, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali serta syarat dan kondisi kredit lainnya sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam offering letter surat penawaran kredit.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB III PERANAN DIREKTUR KEPATUHAN DAN PENERAPAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BANK
A. Direktur Kepatuhan 1. Direktur Kepatuhan Secara Umum
Dalam Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor: 16PBI1999 tentang Pengawasan Direktur Kepatuhan Compliance Director dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi
Audit Bank Umum disebutkan bahwa Direktur Kepatuhan adalah anggota direksi atau anggota pimpinan kantor cabang bank asing yang ditugaskan untuk menerapkan
langkah-langkah yang diperlukan guna memastikan kepatuhan bank terhadap peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dan perjanjian serta komitmen dengan Bank
Indonesia. Akhir-akhir ini, permasalahan yang terjadi pada beberapa bank disebabkan oleh
tidak diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan, rendahnya integritas pejabat Bank, serta lemahnya law enforcement. Oleh karenanya, diperlukan
tindakan yang represif bagi pihak yang terbukti melakukan penyimpangan, serta langkah preventif untuk mencegahnya.
83
Selain itu, ditekankan juga mengenai pentingnya penyelesaian pengaduan nasabah untuk menjamin hak-hak nasabah yang
berhubungan dengan bank, meminimalkan potensi risiko reputasi bagi bank yang timbul akibat tidak ditindaklanjutinya pengaduan nasabah, serta mencegahnya penurunan
83
Anonim, Pentingnya Kerjasama Bank Indonesia, Penegak Hukum dan Direktur Kepatuhan Perbankan, Makalah seminar Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan, 2004, Hal. 1
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008