Direktur Kepatuhan 1. Direktur Kepatuhan Secara Umum

BAB III PERANAN DIREKTUR KEPATUHAN DAN PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BANK

A. Direktur Kepatuhan 1. Direktur Kepatuhan Secara Umum

Dalam Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor: 16PBI1999 tentang Pengawasan Direktur Kepatuhan Compliance Director dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Bank Umum disebutkan bahwa Direktur Kepatuhan adalah anggota direksi atau anggota pimpinan kantor cabang bank asing yang ditugaskan untuk menerapkan langkah-langkah yang diperlukan guna memastikan kepatuhan bank terhadap peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dan perjanjian serta komitmen dengan Bank Indonesia. Akhir-akhir ini, permasalahan yang terjadi pada beberapa bank disebabkan oleh tidak diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan, rendahnya integritas pejabat Bank, serta lemahnya law enforcement. Oleh karenanya, diperlukan tindakan yang represif bagi pihak yang terbukti melakukan penyimpangan, serta langkah preventif untuk mencegahnya. 83 Selain itu, ditekankan juga mengenai pentingnya penyelesaian pengaduan nasabah untuk menjamin hak-hak nasabah yang berhubungan dengan bank, meminimalkan potensi risiko reputasi bagi bank yang timbul akibat tidak ditindaklanjutinya pengaduan nasabah, serta mencegahnya penurunan 83 Anonim, Pentingnya Kerjasama Bank Indonesia, Penegak Hukum dan Direktur Kepatuhan Perbankan, Makalah seminar Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan, 2004, Hal. 1 Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan karena tidak adanya kejelasan penyelesaian pengaduan. 84 Pada umumnya kejahatan perbankan dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain: 85 a. Kelemahan internal kontrol. Bank dalam operasinya umumnya telah dilengkapi dengan sistim dan prosedur, batas wewenang dan tanggung jawab pada setiap jenjang atau level organisasi. Untuk memastikan bahwa semua hal tersebut berjalan dengan baik juga diciptakan mekanisme kontrol atas setiap transaksi apakah telah sesuai dengan sistim, prosedur dan wewenang yang telah ditetapkan. Seringkali dalam praktek dijumpai bahwa mekanisme kontrol atas transaksi tidak berjalan dengan baik, terlebih-lebih bila transaksi dimaksud dilakukan oleh atau atas perintah dari pihak terkait dengan bank. Dalam kasus besar yang terjadi akhir-akhir ini internal kontrol kantor cabang bank justru tidak dapat mengungkap penyimpangan yang terjadi karena faktor dependensi terhadap atasan baik di tingkat kantor cabang maupun kantor wilayah. b. Lemahnya sistim dan prosedur internal bank. Pada beberapa kasus penyimpangan yang terjadi perbankan disebabkan oleh sistim, prosedur dan tanggung jawab serta batas wewenang yang tidak jelas. Hal tersebut memberikan peluang yang besar terjadinya penyimpangan. Dengan sistim, prosedur dan batas wewenang dan tanggung jawab yang tidak ada atau tidak jelas dan tidak komprehensif, fungsi kontrol juga tidak dapat banyak membantu karena banyaknya 84 Ibid. 85 Ibid. Hal 4 - 6 Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 kelemahan sistim dan prosedur yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan penyimpangan. c. Rendahnya integritas dan profesionalisme sumber daya manusia. Orang yang memiliki dan menjalankan operasi bank sebagai lembaga kepercayaan yang mengelola dana masyarakat harus mempunyai integritas tinggi dan profesional. Integritas merupakan faktor utama dalam menentukan orang-orang yang akan memegang posisi kunci dalam operasional perbankan misalnya pemimpin cabang atau kepala divisi yang kewenangannya sangat luas. Oleh karena itu harus dipilih mereka yang tidak pernah melakukan perbuatan rekayasa atau praktek perbankan yang menyimpang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan profesional atau kompetensi bagi pengurus dan pejabat eksekutif bank meliputi pengetahuan dan keahlian di bidang perbankan dan atau bidang keuangan, serta kemampuan melakukan pengelolaan strategis dalam pengembangan bank yang sehat. Akibat dari kurangnya integritas dan profesionalisme tersebut mereka mudah dikendalikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan akhirnya menimbulkan banyak permasalahan yang mengganggu kelangsungan hidup bank. d. Kurang optimalnya fungsi Direktur Kepatuhan beserta Unit Kepatuhan. Dalam upaya menekan kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam operasi perbankan, Bank Indonesia telah mewajibkan kepada setiap bank membentuk Unit Kepatuhan dan menunjuk seorang Direktur Kepatuhan yang bertanggung jawab atas ketaatan bank terhadap ketentuan dan peraturan di bidang perbankan. Dalam pelaksanaanya Direktur Kepatuhan tidak dapat secara independen dan tegas Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 menjalankan fungsinya karena masih mudah dikendalikan oleh pengendali bank. Posisi Direktur Kepatuhan memang seperti terjepit karena disatu sisi harus menegakkan baik ketentuan intern bank maupun ekstern, dan sisi lain dia bekerja untuk kepentingan pemilik bank atau merupakan bagian dari direksi bank sehingga tidak bisa bertindak secara independen. Dalam hal ini profesionalisme seorang Direktur Kepatuhan dipertaruhkan. Dalam banyak kasus Direktur Kepatuhan kurang berfungsi secara optimal sehingga masih memungkinkan terjadinya banyak penyimpangan. e. Pengawasan dan ketentuan perbankan yang masih perlu disempurnakan. Perkembangan jumlah bank dan kantor bank yang meningkat dengan pesat dalam dasawarsa terakhir tidak dimbangi dengan penyediaan sumber tenaga pengawas dan pemeriksa yang memadai baik kuantitas maupun kualitas. Disamping itu, deregulasi perbankan yang memberikan berbagai kemudahan tidak dibarengi dengan ketentuan exit policy dan ketentuan tentang prinsip kehati-hatian sehingga banyak terjadi penyimpangan antara lain penyaluran dana yang tidak prudent dan akhirnya menjadi kredit bermasalah dan macet. f. Lemahnya law enforcement terhadap kasus-kasus perbankan. Masalah penting lainnya yang dihadapi dalam penanganan kasus di bidang perbankan adalah penegakan hukum law enforcement. Pengenaan sanksi atas setiap pelanggaran yang terjadi masih dirasakan sangat kurang. Sanksi administratif yang diberikan Bank Indonesia belum cukup ampuh untuk membuat pelaku penyimpangan menjadi jera. Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Demikian juga banyak kasus perbankan yang memenuhi unsur pidana hanya diberikan hukuman yang ringan bahkan dibebaskan dari tuntutan hukum atau tidak ditindaklanjuti oleh instansi yang berwenang dihentikan penanganannya. Hal ini membuat kejahatan perbankan tidak berkurang dan pelaku kejahatan tidak jera. Pada tahun 1998 merupakan tahun dimana terjadi krisis perbankan yang akhirnya mengakibatkan krisis moneter. Banyak peraturan dan langkah-langkah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk melindungi dunia perbankan di Indonesia agar supaya tidak terjadi kembali krisis tersebut. Langkah-langkah penting dalam rangka peningkatan mutu pengelolaan perbankan Good Corporate Governance adalah dengan melaksanakan fit and proper test terhadap pemilik dan pengurus bank, wawancara terhadap calon pemilik dan pengurus bank new entry serta pengangkatan direktur kepatuhan compliance director pada setiap bank. 86

2. Fungsi dan Tanggung Jawab Direktur Kepatuhan

Direktur kepatuhan bertanggung jawab sekurang-kurangnya untuk: a. Menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bank telah memenuhi seluruh peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dalam rangka pelaksanaan prinsip kehati-hatian. b. Memantau dan menjaga agar kegiatan usaha bank tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku. 86 Ibid. Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 c. Memantau dan menjaga kepatuhan bank terhadap seluruh perjanjian dan komitmen yang dibuat oleh Bank Indonesia. 87 Fungsi utama Direktur Kepatuhan adalah mencegah diambilnya kebijaksanaan dan keputusan yang didalamnya mengandung unsur penyimpangan pelanggaran terhadap ketentuan kehati-hatian. Di dalam menjalankan tugasnya tersebut, Direktur Kepatuhan menguji terlebih dahulu rencana rancangan kebijaksanaan atau keputusan tersebut untuk memastikan apakah ada unsur penyimpangan pelanggaran terhadap ketentuan kehati-hatian. Tugas direktur kepatuhan yang berkaitan dengan prinsip mengenal nasabah sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Memantau pelaksanaan tugas UKPN Unit Kerja Penerapan Mengenal Nasabah b. Melaporkan transaksi keuangan mencurigakan yang telah disusun oleh UKPN kepada PPATK. 88 Bank wajib menetapkan UKPN sebagai unit kerja struktur organisasi bank. Dalam menjalankan tugasnya, UKPN melapor dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Kepatuhan. Apabila bank belum membentuk UKPN dan hanya menunjuk seorang pejabat bank, maka khusus untuk penerapan prinsip mengenal nasabah, pejabat tersebut melapor dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Kepatuhan. 87 Pasal 5, Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor: 16PBI1999 tentang Pengawasan Direktur Kepatuhan Compliance Director dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Bank Umum. 88 Dikutip dari Pedoman Standar Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, disajikan tanggal Desember 2003. Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008. USU e-Repository © 2008

B. Good Corporate Governance