Kerangka Konsepsi Perjanjian Kredit

Dalam Pasal 1763 KUH Perdata disebutkan siapa yang menerima pinjaman sesuatu diwajibkan mengembalikannya dalam jumlah dan keadaan yang sama dan pada waktu tertentu pula. Dalam Pasal 1765 disebutkan adalah diperbolehkan perjanjian bunga atas meminjamkan uang atau barang lain yang menghabis karena pemakaian. Dalam perjanjian kredit, jaminan hutang mempunyai fungsi yang sangat penting terutama dalam rangka pengamanan apabila kredit mengalami kegagalan.

2. Kerangka Konsepsi

Kerangka Konsep, yakni ia mendapat stimulant dan dorongan konseptualisasi untuk melahirkan suatu konsep baginya atau memperkuat keyakinannya akan konsepnya sendiri mengenai suatu permasalahan. 57 Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus yang disebut definisi operasional. 58 Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang dipakai, selain itu dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian ini. 59 57 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian Bandung: Mandar Maju, 1994 Hal. 80 58 Samadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian Jakarta: Raja Grafinso Persada, 1998 Hal. 3 59 Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fiducia; Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Bandung: Alumni, 2006 Hal. 30-31. Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Dalam melakukan penelitian ini perlu didefinisikan beberapa konsep dasar sebagai berikut: a. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 60 b. Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. 61 c. Debitur adalah orang atau badan usaha yang memiliki hutang kepada bank atau lembaga pembiayaan lainnya karena perjanjian atau undang-undang. 62 d. Kreditur adalah pihak bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang. 63 e. Utang adalah kewajiban debitur yang harus dibayar kepada kreditur dalam bentuk mata uang rupiah atau mata uang lainnya sebagai akibat perjanjian kredit dengan jaminan fidusia. 64 f. Perjanjian Kredit adalah suatu perbuatan dimana dua pihak saling berjanji, dengan mana bank berkewajiban menyediakan sejumlah dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu kepada pihak lainnya, dan berhak untuk menagihnya kembali setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bunga. Kewajiban bank 60 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1 angka 11 61 Ibid, Pasal 1 angka 12 62 Tan Kamelo, Loc. Cit, Hal. 32 63 Ibid 64 Ibid Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 merupakan hak dari pihak peminjam, begitupun sebaliknya, kewajiban bagi pihak peminjam merupakan hak bagi bank. 65 g. Kredit Wirausaha merupakan kredit tanpa agunan yang ditujukan untuk calon professional yang memiliki latar belakang pendidikan sarjana strata-1 dari disiplin ilmu siap pakai antara lain bidang tehnik mesin arsitektur elektro, kedokteran, pertanian perikanan peternakan, notaris dan lainnya serta bagi tenaga terampil terlatih dan karyawan yang terkena PHK maupun pengusaha mikro yang hendak dan memiliki potensi untuk dikembangkan. 66

G. Metode Penelitian