BAB IV PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT WIRAUSAHA
TANPA AGUNAN DITINJAU DARI PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT
A. Pelaksanaan Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan pada PT. Bank
Artha Graha Internasional, Tbk 1.
Kriteria dan Prosedur Pemberian Kredit Wirausaha
Memperhatikan besarnya peluang pasar akibat banyaknya lulusan perguruan tinggi yang belum mendapatkan pekerjaan pada sektor formal, tenaga terampil dan karyawan
yang terkena pemutusan hubungan kerja PHK yang memiliki keahlian khusus dan berpotensi untuk berkembang serta dalam rangka penciptaan lapangan pekerjaan baru
oleh angkatan kerja sesuai dengan bakat dan atau keahliannya, maka guna membantu mengurangi tingkat pengangguran, PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk dan
konsorsium, DEPNAKERTRANS dan Kementrian Negara BUMN telah bersepakat untuk melakukan kerjasama pemberian kredit dengan Skim Kredit Wirausaha.
Dalam hal ini PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk adalah bank swasta yang ditunjuk sebagai lead bank yang ikut menjalankan program pemerintah dengan
mengadakan kerjasama dengan bank pemerintah PT. Bank Mandiri, Tbk yaitu sebagai mitra kerja yang menyalurkan kredit tanpa agunan khusus untuk tujuan wirausaha
golongan kecil menengah. Kredit Usaha adalah penyediaan dana dalam jumlah tertentu dari bank untuk
mendukung tujuan usaha, dengan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
meminjam yang mewajibkan peminjam untuk melunasi pinjaman dalam waktu tertentu beserta pembayaran bunga dan biaya lainnya.
113
Kredit Wirausaha mempunyai visi meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui:
114
a. Dorongan menciptakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja b. Pemberdayaan usaha
c. Peningkatan pendapatan dengan kerja keras dan halal d. Perlindungan sosial atas dasar kemandirian masyarakat
Adapun tujuan pemberian kredit ini adalah untuk pengembangan usaha baru dan atau yang telah berjalan dan dapat memberikan dampak positif dalam menekan tingkat
pengangguran. Sasaran pemberian kredit ini diberikan bagi:
115
a. Calon profesional yang memiliki latar belakang pendidikan mnimal Diploma III Sarjana Strata I dari disiplin ilmu siap pakai
b. Tenaga terampil terlatih dan karyawan terkena Pemutusan Hubungan Kerja yang memiliki keahlian khusus
c. Usaha Mikro dan Kecil Mitra Binaan yang verpotensi untuk dikembangkan dalam penyaluran kredit ini, dilakukan dengan pola:
1 Penyaluran kredit langsung 2 Penyaluran melalui kerjasama dengan
a Bank Perkreditan Rakyat
113
Dikutip dari brosur ayo ke bank perihal Kredit Usaha Bank Umum, www.bi.go.id
.
114
Dokumen PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk perihal Skim Kredit Wirausaha, tanggal 10 Juni 2004, Hal. 1
115
Ibid, Hal. 2.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
b Koperasi c Lembagakuangan mikro lainnya
d Kelompok pengusaha mikro lainnya Program pembiayaan fasilitas kredit ini didukung oleh DEPNAKERTRANS dan
kementrian negara BUMN. Agar lebih tepat sasaran, maka PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk, DEPNAKERTRANS dan kementrian negara BUMN bersepakat
untuk melakukan kerjasama. Bentuk dan isi kerjasama antara departemen ini adalah: a. Melakukan seleksi calon nasabah dan memberikan rekomendasi kepada pihak Bank
b. Memberikan pembinaan sesuai dengan bidang keahliannya c. Melakukan penempatan dana pada PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk
Pada PT. Bank Artha Graha, pemberian kredit jenis ini tidak diberikan dalam semua jenis pembiayaan, tetapi meliputi bidang-bidang yang ditetapkan, yaitu:
1. Berpendidikan minimal Diploma III Sarjana Strata I yang meliputi:
116
a. Bidang tehnik 1 Arsitektur interior Design dan Pertamanan
2 Mesin jasa perbaikan mesin untuk industri kecil 3 Elektro jasa instalasi Listrik skala menengah ke bawah
b. Dokter gigi pembiayaan pengadaan alat praktek c. Dokter umum spesialis pembiayaan pembelian alat untuk praktek dokter
bersama klinik d. Sarjana farmasi Apoteker pembiayaan Pendirian Apotik
e. Sarjana Peternakan Perikanan pembiayaan usaha peternakan perikanan skala menengah ke bawah
2. Sarjana Pendidikan Membuka usaha kursus 3. Tenaga terampil terlatih dan karyawan terkena Pemutusan Hubungan kerja PHK
yang memiliki potensi mengembangkan keahlian dan atau melakukan kegiatan usaha yang dapat memberikan penghasilan
4. Usaha mikro adalah pelaku usaha non formal yang meliputi antara lain: pedagang kaki lima, warung rokok, warung makan dan lain-lain
116
Ibid.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Persyaratan dan kondisi SKIM Kredit Wirausaha ini adalah:
117
1. Jenis Debitur : a. Perorangan
b. Kelompok, yang memiliki ketua kelompok dan anggota serta berusaha di lokasi usaha yang sama
2. Syarat Debitur a. syarat umum:
1 Memiliki KTP atau jika domisili tidak sesuai KTP harus menyertakan surat
keterangan dari kelurahan setempat. 2
Menyertakan surat referensi dari 2 dua orang terdekat yang bukan serumah dan atau surat referensi dari instansi yang turut bekerja sama
dengan Bank Artha Graha
3 Tidak memiliki fasilitas kredit di tempat lain
4 Menyertakan tagihan rekening listrik, telepon, dan kartu kredit milik calon
debitur dan pemberi referensi jika ada 5
Memenuhi persyaratan umum bank 6
Lokasi usaha di wilayah kerja Bank Artha Graha b. Syarat khusus:
1 Berpendidikan minimal diploma III sarjana strata I a. Berpendidikan dari ilmu siap pakai seperti bidang tehnik, kedokteran,
pertanian dan bidang pendidikan siap pakai lainnya b. Berpengalaman kerja minimal 2 dua tahun di bidang yang sama dengan
latar belakang pendidikan c. Memiliki surat izin praktek dan atau surat izin profesi bagi yang
memiliki d. Wajib mengurus surat izin usaha dan nomor pokok wajib pajak
e. Bagi lulusan “baru” yang belum pernah bekerja: 1 Indeks prestasi Kumulatif IPK minimal 2,5 dari skala 4
2 Menyertakan ijazah dan transkip nilai yang telah dilegalisasi oleh Universitas Peguruan Tinggi Akademi
f. Mengajukan “Rencana Kegiatan Usaha” yang berisikan antara lain: 1. Rencana penciptaan lapangan pekerjaan baru atau kegiatan usaha
2. Rencana budget kegiatan operasional untuk 2 dua tahun pertama 3. Rencana Pengembalian Kredit
4. Dokumen pendukung
2 Tenaga terampil atau karyawan terkena PHK a Pengalaman kerja minimal 2 dua tahun
b Menyerahkan kartu JAMSOSTEK bagi yang pernah bekerja dan atau Surat Keterangan Pemutusan Hubungan Kerja
c Mengajukan “Rencana Kegiatan Usaha” yangberisikan antara lain: 1 Rencana penciptaan lapangan pekerjaan atau kegiatan usaha
117
Ibid, Hal. 3-7.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2 Rencana Budget Kegiatan operasional untuk 2 dua tahun pertama
3 Rencana pengembalian kredit 4 Dokumen pendukung
3 Usaha Mikro dan Kecil Mitra Binaan a Pengajuan dilakukan secara berkelompok serta berusaha di lokasi usaha
yang sama b Calon debitur adalah anggota binaan:
1. Konsutan Keuangan Mitra Bank KKMB 2. Koperasi-koperasi
3. Yayasan TNI Polri
c Untuk jumlah pengajuan kredit di atas Rp. 50.000.000,- per orang wajib menyertakan “Rencana Kegiatan Usaha”.
3. Jenis Kredit Pinjaman tetap fixed loan denn atau tanpa Grace period
4. Plafon Kredit a Besarnya plafon disesuaikan dengan proyeksi penghasilan
b Pengajuan dibawah Rp. 50.000.000,- lima puluh juta rupiah dilakukan secara berkelompok
5. Jangka Waktu Maksimal 3 tiga tahun
6. Suku Bunga 2 perbulan dan dapat berubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan pasar.
Terhadap keterlambatan pembayaran angsuran dikenakan bunga 5 perbulan yang dihitung secara harian.
7. Jaminan : 8. kelayakan usaha proyek yang dibiayai
9. sertifikat ijazah pendidikan formal 10. kartu JAMSOSEK jika ada + surat keterangan pemutusan hubungan kerja
11. persetujuan orang tua + suami istri 12. Biaya-biaya
1 Provisi : 1 flat 2 Biaya administrasi
Plafon Biaya
sd Rp. 10.000.000,- Rp. 100.000,-
Di atas Rp. 50.000.000,- Rp. 125.000,-
13. Angsuran Angsuran perbulan terdiri dari pokok tambah bunga kredit dan besarnya tetap
kecuali ada perubahan suku bunga kredit. 14. Pengikatan Kredit
Pengikatan kredit dilakukan secara dibawah tangan dengan jadwal yang ditentukan 15. Pencairan Kredit
Pencairan kredit dilakukan pada saat yang sama setelah: a. dilakukan pengikatan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
b. syarat-syarat kredit telah dilengkapi 16. Pelunasan
Pelunasan lebih cepat dari masa pinjaman atau pelunasan sebagian dapat dilakukan dan tidak dikenakan pinalti
17. Syarat-syarat lain: a. debitur wajib membuka rekening di PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk
Biaya-biaya dan angsuran pertama harus dibayar oleh debitur dan dibebankan pada kredit yang dicairkan
b. Debitur wajib memberikan laporan perkembangan usaha setiap 3 tiga bulan kepada PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk Bersedia memenuhi ketentuan
yang ditetapkan PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk Adapun proses pengajuan dan pencairan Kredit Wirausaha adalah sebagai
berikut:
118
a. Proses kredit dapat dilakukan diseluruh cabang PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk
b. Calon debitur harus mengisi aplikasi kredit asli dan memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan
c. Account officer bertanggung jawab atas analisa dan evaluasi kelayakan serta penilaian terhadap usaha yang dijalankan dan atau “Rencana Kegiatan Usaha” yang
diajukan calon debitur serta kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan d. Hasil analisa kelayakan usaha calon debitur yang diperoleh dari Rencana Kegiatan
usaha calon debitur dituangkan dalam memorandum analisa kredit e. Cabang harus menunjuk petugas independen untuk memastikan domisili calon
debitur serta melakukan kunjungan usaha dan memverifikasi keaslian sertifikat ijazah pendidikan, surat izin profesi dan atau surat izin praktek dan menindaklanjuti
118
Ibid. Hal. 8
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
pengurusan dokumen lainnya seperti NPWP, izin usaha, dan atau izin lainnya untuk melengkapi persyaratan document to be obtaine TBO
f. Komite kredit melakukan evaluasi, pengecekkan dan penilaian ulang terhadap calon debitur yang telah mendapat rekomendasi dari account officer serta berhak untuk
menolak jika dianggap tidak memenuhi persyaratan kredit. g.
Proses pengajuan, persetujuan dan pencairan kredit mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Divisi Sisdur Fincon
h. Cabang melengkapi dengan photo debitur dengan usahanya dan saat penandatanganan Perjanjian Kredit
i. Syarat dan ketentuan yang tidak diatur dalam memo ini tetap mengacu pada ketetapan yang berlaku.
j. Setelah persyaratan awal permohonan kredit telah dipenuhi oleh debitur, selanjutnya prosedut permohonan kredit dari nasabah yang telah diproses Account Officer
dengan mengadakan penilaian kelayakan kredit kemudian disampaikan kepada Pimpinan Cabang yang bersangkutan.
Pimpinan cabang dalam hal ini bertindak pula sebagai komite kredit yang mengadakan evaluasi atas kelayakan kredit yang disampaikan oleh Account Officer.
Apabila menurut penilaiannya, kredit memiliki kelayakan usaha, maka permohonan kredit dapat disetujui untuk direalisasikan.
Khusus untuk pinjaman diatas Rp. 50.000.0000,-, maka wajib diadakan BI Checking pengecekan status nasabah ke Bank Indonesia untuk mengetahui adanya kredit macet
status nasabah lainnya.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk menerapkan kriteria penilaian kelayakan kredit sebagai berikut:
119
a. Bagian departemen yang bertugas untuk mengadakan evaluasi kredit pada Bank Artha Graha adalah Account Officer. Account Officer bertanggung jawab atas
analisa dan evaluasi kelayakan serta penilaian terhadap rencana kegiatan usaha calon debitur yang diajukan serta kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan. Hasil
analisa terhadap kelayakan usaha calon debitur yang diperoleh dari rencana kegiatan usaha calon debitur dituangkan dalam memorandum analisa kredit.
b. Kantor cabang tempat permohonan kredit diajukan harus menunjuk petugas independen untuk memastikan domisili calon debitur, serta melakukan kunjungan
usaha dan memverifikasi keaslian sertifikat atau ijazah pendidikan, surat izin praktek dan menindaklanjuti pengurusan dokumen lainnya seperti NPWP Nomor
Pokok Wajib Pajak, Izin Usaha dan atau Izin lainnya untuk melengkapi persyaratan document to be obtaine TBO
c. Selanjutnya komite kredit akan bertugas melakukan evaluasi, pengecekan dan penilaian ulang terhadap calon debitur yang telah mendapat rekomendasi dari
account officer serta berhak menolak jika dianggap tidak memenuhi syarat kredit. d. Dalam melakukan penilaian terhadap calon debitur, sistem penilaian yang digunakan
berdasarkan nilai scoring. Tiap-tiap penilaian mempunyai nilai tertentu: Baik, cukup ataupun kurang. Jumlah keseluruhan nilai scoring kredit minimal harus mencapai
119
Ibid.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
total angka minimum yang telah ditetapkan. Jika tidak mencapai angka total minimum, permohonan kredit tidak dapat disetujui.
Apabila terjadi piutang bermasalah, segera dilakukan usaha-usaha penagihan. Berbagai upaya yang dilakukan bank dalam memanajemen kreditnya sebagai berikut:
120
a. Setiap hari bagian pembukuan pinjaman memastikan bahwa angsuran pada hari tersebut telah dilunasi
b. Team marketing account officer bertanggung jawab untuk memonitor penggunaan fasilitas kredit dan usaha yang dilakukan serta membuat laporan kunjungan usaha
minimal 1 satu kali setiap bulan selama 6 enam bulan sejak tanggal pengikatan kredit
c. Laporan kunjungan usaha selanjutnya dilakukan setiap 6 enam bulan d. Bila debitur menunggak 1 satu bulan angsuran, Account Officer Team Marketing
wajib melakukan kunjungan usaha. e. Setiap hari cabang wajib melaporkan status dan kondisi portofolio kredit kepada
pemimpin cabang. Dalam hal terjadinya piutang macet pada bank, penagihan aktif secara terus menerus
dilakukan oleh team marketing bank dengan mengadakan pendekatan via telepon maupun kunjungan-kunjungan kerja ke tempat lokasi kerja debitur.
Penagihan aktif ini juga memberikan dampak positif dalam keberhasilan penagihan, karena adanya hubungan kerja yang baik dengan nasabah debitur dengan pihak
perbankan sering dapat meningkatkan kinerja debitur. Walaupun demikian, pendekatan
120
Ibid.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
ini juga tidak dapat menjamin keberhasilan penagihan seluruh piutang-piutang bermasalah pada bank ini. Pada tahap lebih lanjut apabila usaha-usaha penagihan masih
gagal dilakukan oleh team marketing account officer ini maka usaha penagihan akan dilanjutkan oleh suatu unit penanganan kredit UPK yang berfungsi menangani kredit
secara lebih aktif lagi misalnya dengan meningkatkan frekwensi kunjungan dan pengawasan kepada debitur untuk mengatasi kredit macet yang terjadi. Usaha
penagihan dilakukan secara terus menerus dengan meningkatkan frekwensi penagihan yang semakin dekat frekwensi kunjungan dan pengawasan yang lebih intensif.
Setelah kredit memperoleh persetujuan dari Pemimpin Cabang, maka kredit dapat segera direalisasikan. Realisasi kredit kemudian diikuti dengan penandatanganan
dokumen-dokumen:
121
a. Aplikasi permohonan Kredit Wirausaha Aplikasi permohonan kredit Wirausaha adalah formulir yang berisikan data-data
pribadi calon debitur, data keluarga, data referensi, data kredit, data pendapatan, perkiraan pendapatan dan pengeluaran perbulan dan hubungan calon debitur dengan
bank. Data-data ini akan digunakan sebagai data awal untuk penilaian kelayakan kredit. Disamping data-data yang dikumpulkan dari dokumen-dokumen yang ada
juga diadakan wawancara terhadap calon debitur. b. Perjanjian Kredit Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan
Pengikatan perjanjian kredit dilakukan dengan akta dibawah tangan. Isi dari perjanjian kredit ini adalah: jumlah pinjaman, penyerahan surat aksep, tujuan
121
Dokumen PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk. Op. Cit.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
penggunaan pinjaman, jangka waktu pinjaman dan cara pembayaran, besarnya bunga, provisi dan biaya administrasi, denda keterlambatan pembayaran, syarat-
syarat pengakhiran perjanjian, perubahan alamat debitur dan domisili hukum. c. Surat Pernyataan dan Pengakuan sebagai surat pengakuan hutang dari debitur
Surat ini menyebutkan tentang adanya pengakuan tentang jumlah hutang yang disebutkan dalam Perjanjian Kredit Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan dengan
menyerahkan jaminan kalau ada sebagai jaminan pelunasan Kredit Usaha Mikro. Dalam surat ini juga memberikan kuasa kepada bank untuk melakukan eksekusi atas
barang jaminan dan mengambil pelunasan dari padanya. d. Surat sanggup Aksep Promes
Berisikan tentang adanya janji debitur untuk membayara tanpa syarat kepada bank atau ordernya, sejumlah yang tertentu pada tanggal dan tempat tertentu, tanpa protes
non pembayaran dan tanpa biaya menurut pasal 176 KUHD juncto Pasal 145 KUHD kepada Bank
e. Surat persetujuan Jadwal Cicilan f. Asuransi Jiwa Kredit
Untuk melindungi bank dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti debitur meninggal dunia maka dibuatlah asuransi jiwa.
Dengan kewajiban untuk mencantumkan Banker’s Clause sebagai upaya perlindungan terhadap bank jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap jiwa
debiturnya. Semua biaya premi yang berkenaan dengan asuransi kredit ini ditanggung oleh debitur.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dalam mengajukan klaim ke ausransi jiwa agar klaim diajukan sebesar sisa pokok pinjaman yang belum dibayarkan oleh debitur ke Bank pada saat debitur meninggal
dunia.
122
Dalam hal klaim meninggal karena sakit atau kecelakaan, maka penerima manfaat harus menyerahkan beberapa dokumen berikut:
123
a. Surat Pengajuan klaim meninggal dunia dari pemegang polis PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk
b. Surat Pengajuan Klaim meninggal dunia dari ahli waris c. Surat Keterangan Dokter atau salinannya yang telah dilegalisir
d. Surat keterangan asli dari kepolisian jika meninggal akibat kecelakaan atau salinannya yang telah dilegalisir
e. Surat kematian asli dari PEMDA setempat atau salinannya yang telah dilegalisir f. Surat kematian asli dari rumah sakit atau salinanya yang telah dilegalisir
g. Surat keterangan pemakaman penguburan kremasi h. Foto copy bukti diri tertanggung KTPSIMPaspor
i. Foto copy bukti diri ahli waris dan saksi j. foto copy kartu keluarga
k. Sertifikat asli l. Laporan jadwal pelunasan pinjaman
122
Dokumen PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk, perihal Pengajuan Klaim Asuransi Jiwa Debitur KWU. tanggal 3 Februari 2006
123
Ibid
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Bank dalam mengadakan penilaian terhadap kelayakan kredit telah menetapkan prosedur pemberian kredit tanpa agunan yang wajib dipedomani oleh semua unit
marketing dan kreditnya, standar-standar pemberian kredit, analisa, persyaratan dan tata cara peninjauan kredit telah ditetapkan dengan ketentuan tertentu. Pada dasarnya
kriteria penilaian tanpa agunan ini hampir sama dengan kriteria pemberian kredit dengan agunan.
Peran Direktur Kepatuhan dalam pemberian kredit tanpa agunan ini yaitu mengawasi dan memberi persetujuan terhadap seluruh prosedur pemberian kredit tanpa agunan
sesuai dengan peraturan PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk, peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lainnya mulai dari permohonan kredit,
analisa kredit sampai dengan persetujuan kredit. Persetujuan kredit dituangkan dalam memorandum Surat Penegasan Kredit SPK yang berisi rangkuman PPK dan memuat
kondisi persyaratan yang ditentukan oleh komite kredit. Komite kredit dan direktur kepatuhan ikut menandatangani surat penegasan kredit. Berdasarkan Surat Penegasan
Kredit, Account Officer menyiapkan offering letter surat penawaran kredit dan harus ditandatangani oleh debitur sebagai bentuk persetujuannya.
2. Perbedaan Kredit Wirausaha Tanpa Agunan dengan Kredit Tanpa Agunan
pada Kartu Kredit
Produk Kredit tanpa agunan dengan nama Kredit Wira Usaha. atau disingkat KWU atau disebut juga Kredit Usaha Mikro Layak Tanpa Agunan adalah fasilitas kredit
pembiayaan untuk investasi atau modal kerja yang diberikan dalam mata uang rupiah
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
kepada usaha mikro dengan plafon kredit maksimum Rp. 50.000.000,- lima puluh juta rupiah perdebitur untuk membiayai usaha yang produktif.
124
Kredit Wira usaha merupakan kredit tanpa agunan yang ditujukan untuk calon professional yang memiliki latar belakang pendidikan sarjana strata-1 dari disiplin ilmu
siap pakai antara lain bidang tehnik mesin arsitektur elektro, kedokteran, pertanian perikanan peternakan, notaris dan lainnya serta bagi tenaga terampil terlatih dan
karyawan yang terkena PHK maupun pengusaha mikro yang hendak dan memiliki potensi untuk dikembangkan.
125
Kredit Wirausaha merupakan pinjaman kredit tanpa agunan yang ditujukan untuk Usaha Kecil Menengah UKM. Jenis kredit ini ditujukan untuk pengusaha yang
termasuk ke dalam pengusaha kecil menengah dan tidak ditujukan untuk tujuan konsumtif.
Sedangkan Menurut Safir Senduk, dalam kartu kredit dengan program kredit tanpa agunan ini dapat dimanfaatkan untuk tujuan apa saja. Bisa digunakan untuk tujuan
konsumtif, seperti membayar biaya pendidikan anak, membiayai pernikahan, atau merenovasi rumah. Disamping itu bisa untuk tujuan produktif seperti membiayai modal
awal suatu usaha, membeli persediaan barang dagangan, membeli mesin, membeli perlengkapan kantor, atau membiayai kebutuhan modal kerja lainnya atau bisa juga
memanfaatkannya untuk melengkapi atau menutupi kekurangan dana dari pinjaman lainnya.
126
124
Dokumen PT. Bank Artha Graha Internasional
,
Tbk, Op. Cit.
125
Ibid.
126
Safir Senduk. Op.cit. Hal. 2
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Dalam kartu kredit tanpa agunan, karena tidak adanya harta yang dijaminkan sehingga otomatis risiko bank sebagai pemberi pinjaman akan semakin tinggi. Nilai
pinjaman pada produk kredit tanpa agunan ini dibatasi yaitu antara 5 juta sampai dengan 50 juta. Jangka waktu kreditnya dibatasi agar tidak terlalu panjang yaitu antara 1 satu
sampai dengan 5 lima tahun. Bunga yang dikenakan dalam kartu kredit tanpa agunan ini biasanya lebih tinggi dari bunga yang dikenakan dalam kredit wirausaha tanpa
agunan.
3. Dasar Hukum Kredit Tanpa Agunan
Pemberian kredit wirausaha tanpa agunan ini merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap ekonomi mikro yang diimplementasikan dari Keputusan Presiden
Nomor 124 tahun 2001 jo No. 8 tahun 2002 jo No. 34 tahun 2002, Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2003 tanggal 15 September 2003, Surat Keputusan Menteri BUMN No.
Kep 236MBU2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
Hubungan hukum antara pihak bank yang mengeluarkan kredit tanpa agunan dengan debitur bermula sejak penandatanganan aplikasi kredit tanpa agunan dan
disetujui oleh bank, dimana sering ditemukan ketentuan mengenai pernyataan atau persetujuan dari pemohon kredit untuk menerima dan mengikatkan diri untuk tunduk
dan mematuhi semua syarat dan ketentuan baik yang berlaku saat ini danatau di kemudian hari menurut kebijaksanaan dari Bank, termasuk juga untuk bertanggung
jawab sepenuhnya atas semua tagihan.
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada saat aplikasi disetujui oleh pihak bank maka semua persetujuan mengenai hak, kewajiban serta syarat yang terdapat dalam aplikasi kredit tersebut secara sah telah
berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, yaitu debitur dan bank, sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Pada dasarnya perjanjian kredit dapat dibagi atas perjanjian kredit yang memiliki agunan dan perjanjian yang tidak atau tanpa agunan. Persoalan agunan ini berkaitan
dengan ketentuan Pasal 1131 dan 1132 KUHPer. Kedua pasal ini membahas tentang piutang-piutang yang diistimewakan. Pasal 1131 mengatakan bahwa segala kebendaan
si berutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan
perseorangan. Dalam Pasal 1132 dikatakan bahwa kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-
sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapaan penjualan benda- benda itu dibagi-bagikan menurut keseimbangan, yaitu menurut besar-kecilnya piutang
masing-masing, kecuali apabila diantara para piutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.
Kredit tanpa agunan ini dapat dilaksanakan selain mengunakan landasan hukum Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, juga berdasarkan
kelonggaran ketentuan dari pengertian agunan dalam Pasal 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, yaitu agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
prinsip syariah. Kredit tanpa agunan ini juga didukung oleh Pasal 8 angka 1 Undang- undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, yaitu dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang
mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang
diperjanjikan. Kredit tanpa agunan ini hanya didasarkan kepercayaan terhadap prospek usaha dan kejujuran debitur.
Pihak bank biasanya dalam memberikan kredit akan menentukan terlebih dahulu apa yang menjadi jaminan atau agunan dari kredit yang dikeluarkan, misalnya dalam
kredit pembelian rumah maka yang menjadi agunan biasanya sertifikat rumah tersebut atau pembelian kendaraan yang menjadi agunan biasanya adalah BPKB dari kendaraan
tersebut. Buat pihak bank dengan ditentukan dari awal tentang apa yang menjadi jaminan terhadap kredit yang diberikan akan memudahkan bagi bank untuk melakukan
eksekusi bila terjadi wanprestasi karena sudah tertentu apa yang menjadi agunannya. Untuk Kredit tanpa agunan, karena pihak bank tidak menentukan dari awal apa yang
menjadi agunannya, maka berdasarkan Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, harta kekayaan milik dari debitur seluruhnya menjadi jaminan terhadap
jumlah utang yang harus dibayarkan oleh debitur. Menurut Mariam Darus Balrulzaman, penyitaan terhadap harta kekayaan ini terkait dengan pemenuhan kembali uang yang
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
dipinjam, dengan tidak ada jaminan unsecured transaction atau disebut dengan suatu utang tanpa jaminan, yaitu, apabila:
127
a. Tidak dijamin dengan benda atau barang tertentu yang sengaja diberikan debitur untuk menjamin pemenuhan kembali pembayaran utang;
b. Dengan demikian, utang atau pinjaman tidak dilindungi barang agunan yang bersifat spesialis dengan hak separatis dan preferen, sehingga kreditur tidak memiliki hak
utama atas pemenuhan pembayaran utang; c. Kedudukan kreditur terhadap harta kekayaan debitur dalam rangka pemenuhan
kembali pembayaran utang, bersifat konkuren atau bersaing dengan kreditur lain. Apabila debitur cidera janji atau wanprestasi, sedangkan transaksi kredit tidak diikat
dengan perjanjian jaminan barang tertentu, sehingga jaminan pemenuhannya tunduk pada ketentuan Pasal 1131 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, cara pemenuhan
yang dapat ditempuh dan diupayakan kreditur adalah: a. Mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri
Jika upaya kompromi atau damai maupun restrukturisasi tidak tercapai dan debitur tetap tidak mau memperbaiki kelalaiannya, maka dapat ditempuh proses litigasi
yaitu menggugat debitur untuk memenuhi pelaksanaan kewajibannya melalui pengadilan.
b. Meminta sita jaminan atas harta kekayaan debitur Kreditur dapat meminta lepada Pengadilan Negeri agar harta kekayaan debitur
diletakkan sita jaminan.
127
Mariam Darus Balrulzaman, Op. Cit. Hal 142
Patricia Imelda Hutabarat: Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan Pada PT. Bank Artha Graha Internasional, TBK, Cabang Medan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Kredit tanpa agunan ini menguntungkan pengusaha-pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam mendapatkan bantuan modal untuk usaha mereka. Tetapi karena
ketiadaan peraturan khusus yang mengatur pemberian kredit tanpa agunan ini merupakan kendala bagi bank dalam memberikan kredit karena bank harus menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit yang menghendaki adanya agunan.
B. Penerapan Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Kredit Tanpa Agunan 1.