a. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan dalam tingkat banding terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti.
b. Memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a.
c. Menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara, dan d. Mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak
hormat kepada Menteri 2. Kerangka Konsepsional
Dalam penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang akan diteliti maka harus diberikan beberapa definisi beberapa konsep dasar sehingga akan diperoleh hasil
penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebagai berikut : a. Notaris
Pengertian Notaris dalam Pasal 1 angka 1 UU jabatan Notaris didefiniskan sebagai “Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
kewenangan lainnya sebagaimana dimaskud dalam undang-undang ini”. Pengertian Notaris dalam Pasal 1 angka 1 UU Jabatan Notaris ini merupakan
pengertian Notaris yang umum. Apabila dikaitkan Pasal 1 angka 1 dengan Pasal 15 ayat 1 UU Jabatan Notaris, maka terciptalah definisi Notaris yaitu :
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang utuk membuat akta otentik, mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan, untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang- undang.
14
b. Pengawasan, berarti memperhatikan tingkah laku orang, mengamati dan menjaga baik-baik, mengontrol.
15
c. Kepentingan umum, berarti kepentingan orang banyak.
16
G. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskriptif. Sedangkan metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris. Penelitian
hukum empiris atau disebut juga penelitian hukum sosiologis adalah penelitian hukum yang memperoleh data dari data primer.
17
14
Sutrisno, Komentar Atas UU Jabatan Notaris, Medan, Tanpa Penerbit, 2007, hal. 118
15
W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1983, hal.67
16
Ibid, hal. 1126
17
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1990, hal. 11
Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer yang dimaksud di sini adalah data yang dikumpulkan
melalui wawancara yang informannya yaitu Notaris sebanyak 15 lima belas orang dan Majelis Pengawas Notaris. Sedangkan data sekunder adalah data yang
dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan. 3.
Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan Library research dan studi lapangan Field Research.
4. Analisis Data
Analisis data terhadap data primer dan data sekunder dilakukan secara kualitatif.
II. KEWENANGAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA
A. Kewenangan Notaris
Notaris sebagai pejabat umum diberikan oleh peraturan perundang-undangan kewenangan untuk membuat segala perjanjian dan akta serta yang dikehendaki oleh
yang berkepentingan. Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 15 ayat 1 UU Nomor 30 Tahun 2004. Dari ketentuan Pasal 15 ayat 1 UU No. 30 Tahun 2004, dengan jelas
digambarkan bahwa tugas pokok notaris adalah membuat akta-akta otentik yang menurut ketentuan Pasal 1870 KUH Perdata berfungsi sebagai alat pembuktian yang
mutlak. Hal ini dapat diartikan bahwa apa yang tersebut dalam akta otentik adalah dianggap benar. ”Notaris tidak bertanggung jawab atas isi akta yang dibuat di
hadapannya, melainkan Notaris hanya bertanggung jawab atas bentuk formal akta otentik sesuai yang diisyaratkan oleh undang-undang”.
18
Dalam ketentuan Pasal 16 ayat 1 huruf l ditentukan bahwa notaris berkewajiban membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling
sedikit 2 dua orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi dan notaris. Selanjutnya dalam Pasal 16 ayat 7 ditentukan bahwa pembacaan
akta sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf l tidak wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena penghadap telah membaca
sendiri, mengetahui dan memahami isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap halaman minuta akta diparaf oleh
penghadap, saksi dan notaris. “Apabila salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat 1 huruf l dan ayat 7 tidak dipenuhi, maka akta yang bersangkutan
hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan”.
19
Selain itu Notaris berwenang pula untuk: a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
18
Wawancara dengan Sartono Simbolon, Notaris di Kota Medan, tanggal 2 April 2008
19
Pasal 16 ayat 8 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008.
USU e-Repository © 2008