b. Majelis Pengawas Wilayah, dibentuk dan berkedudukan di ibukota propinsi yang keanggotaannya terdiri atas unsur-unsur sebagaimana ditentukan dalam Pasal 67
ayat 3 UU No. 30 Tahun 2004. Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pengawas Wilayah dipilih dari dan oleh anggotanya. Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan
anggota Majelis Pengawas Wilayah adalah 3 tiga tahun dan dapat diangkat kembali.
c. Majelis Pengawas Pusat, dibentuk dan berkedudukan di ibukota negara. Ketua
dan Wakil Ketua Majelis Pengawas Pusat dipilih dari dan oleh anggotanya. Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Pengawas Pusat adalah 3 tiga
tahun dan dapat diangkat kembali.
Syarat-syarat untuk diangkat menjadi anggota Majelis Pengawas Notaris ditentukan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara
Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris sebagai berikut : a. Warga Negara Indonesia;
b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. Pendidikan paling rendah sarjana hukum;
d. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 lima tahun atau lebih; e. Tidak dalam keadaan pailit;
f. Sehat jasmani dan rohani; g. Berpengalaman dalam bidangnya paling rendah 3 tiga tahun.
B. Tugas Majelis Pengawas Notaris
Tugas Majelis Pengawas Notaris ini diatur dalam Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.39-PW.07.10 TAHUN 2004
Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris.
1. Majelis Pengawas Daerah
Dalam Pasal 66 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris diatur mengenai wewenang MPD yang berkaitan dengan :
1 Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang:
a. mengambil fotokopi Minuta Akta danatau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan;
b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan
Notaris. 2 Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 huruf a, dibuat berita acara penyerahan. Ketentuan Pasal 66 UUJN ini mutlak kewenangan MPD yang tidak dimiliki
oleh MPW maupun MPP. Substansi Pasal 66 ini dilakukan oleh penyidik, penuntut umum, atau hakim, dengan batasan sepanjang berkaitan dengan tugas jabatan notaris
Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008.
USU e-Repository © 2008
dan sesuai dengan kewenangan notaris sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 UUJN. Ketentuan tersebut hanya berlaku dalam perkara pidana, karena Pasal 66
UUJN berkaitan dengan tugas penyidik dan penuntut umum dalam ruang lingkup perkara pidana. Jika seorang notaris digugat perdata, maka izin dari MPD tidak
diperlukan, karena setiap orang berhak mengajukan gugatan apabila hak-haknya ada yang dilanggar oleh akta notaris.
Tugas Majelis Pengawas Daerah juga diatur dalam Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M 39-PW.07.10 tentang Pedoman
Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris yang menyatakan bahwa Majelis Pengawas Daerah bertugas untuk melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud
dalai Pasal 70 dan Pasal 71 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Pasal 13 2, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17 Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan
Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.
2. Majelis Pengawas Wilayah