Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau akta menjadi batal demi hukum, dan hal tersebut dapat dijadikan alasan bagi para pihak para penghadap yang tercantum dalam akta yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris. Tuntutan para pihak terhadap Notaris tersebut berupa penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga merupakan akibat yang akan diterima Notaris jika akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau akta menjadi batal demi hukum. Sanksi untuk memberikan ganti rugi, biaya, dan bunga seperti dalam Pasal 84 UUJN dapat dikategorikan sebagai Sanksi Perdata. 2. Sebagaimana yang tersebut dalam Pasal 85 UUJN, yaitu jika Notaris melanggar ketentuan Pasal 7, Pasal 16 ayat 1 huruf a sampai dengan k, Pasal 17, Pasal 20, Pasal 27, Pasal 32, Pasal 37, Pasal 54, Pasal 58, Pasal 59, danatau Pasal 63 maka Notaris akan dijatuhi sanksi berupa: a. Teguran lisan; b. Teguran tertulis; c. Pemberhentian sementara; d. Pemberhentian dengan hormat; dan e. Pemberhentian tidak hormat. Sanksi yang terdapat dalam Pasal 85 UUJN dapat dikategorikan sebagai sanksi Administratif. Sanksi yang terdapat dalam Pasal 84 dan 85 UUJN ini, merupakan sanksi terhadap Notaris yang berkaitan dengan akta yang dibuat di hadapan dan Notaris. Artinya ada persyaratan tertentu atau tindakan tertentu yang dilakukan atau tidak dipenuhi oleh Notaris dalam menjalankan tugas-tugasnya, berupa kewajiban dan larangan yang tercantum dalam UUJN, Kode Etik Notaris, perilaku Notaris yang dapat merendahkan kehormatan martabat Notaris.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kewenangan notaris dalam jabatan melaksakanak tugasnya sebagai notaris, dapat dilihat dari pasal 1 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yaitu notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut. Kewenangan notaris itu diperluas lagi dalam Pasal 15 ayat 2 UUJN sebagai berikut : a. kewenangan membuat akta sehubungan dengan pertanahan. b. Kewenangan dalam pembuatan akta Risalah Lelang yang dulunya dan sampai sekarang menjadi kewenangan juru lelang BUPLN berdasarkan UU Prp 1960. Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008. USU e-Repository © 2008 Akan tetapi perluasan kewenangan ini belum dapat diterapkan sampai hari ini, oleh karena belum diterbitkannya peraturan pelaksana bagi perluasan kewenangan notaris ini. 2. Majelis Pengawas Notaris berkedudukan sebagai pihak yang melakukan pengawasan tidak hanya ditujukan dalam pentaatan terhadap kode etik tetapi juga bertujuan yang lebih luas yaitu agar notaris dalam menjalankan tugas jabatannya memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang- undangan demi perlindungan atas kepentingan masyarakat yang dilayaninya. Sedangkan Dewan Kehormatan Notaris berkedudukan sebagai pengawas dari para notaris atas pelaksanaan Kode Etik Notaris dengan melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan para anggota notaris dalam menjunjung tinggi kode etik; memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etik yang bersifat internal. 3. Dari hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa pelaksanaan pengawasan terhadap notaris oleh majelis pengawas notaris belum memadai. Kurang sekali perhatian dari Majleis Pengawas Notaris dalam memberikan pengawasan, karena terlalu sibuk dengan jabatannya yang telah ada, sehingga banyak notaris yang dipanggil yang berwajib karena kurangnya pengawasan ini.

B. Saran

1. Dalam menghadapi era global ini dimana lembaga notaris dipercaya untuk merumuskan isi dan maksud perjanjian para pihak, maka diperlukan figur-figur notaris yang professional. Untuk itu para notaris harus meningkatkan kualitas dan pengetahuannya sehingga sebagai pejabat pembuat akta akan dapat meminimalkan terjadinya sengketa akibat akta yang dibuatnya sehingga tercipta kepastian hukum dan perlindungan hukum baik bagi masyarakat maupun notaris itu sendiri. 2. Majelis Pengawas Notaris dan Dewan Kehormatan sebagai pihak-pihak yang melakukan pengawasan terhadap notaris, disarankan agar menjadi pihak yang memiliki integritas yang tinggi dengan melakukan pengawasan optimal bagi para notaris sehingga kedua lembaga ini bukan menjadi pelindung bagi para notaris tetapi sebagai pihak yang menegakkan hukum dan keadilan bagi notaris-notaris “nakal” sehingga juga akan melindungi masyarakat pengguna jasa notaris. 3. Fungsi pengawasan dari Majelis Pengawas Dewan Kehormatan Notaris lebih ditingkatkan untuk melindungi para notaris ini secara lebih optimal. Untuk melakukan pengasawan tersebut secara berkala, tentu dibutuhkan dana, untuk itu Ikatan Notaris Indonesia diharapkan berperan untuk menghimpun iuran dari anggota INI secara berkesinambungan namun tidak memberatkan para anggotanya. Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008. USU e-Repository © 2008 DAFTAR KEPUSTAKAAN

A. Buku-buku