c. Membuat kopi dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan.
d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya; e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
f. Membuat akta berkaitan dengan pertanahan, atau membuat akta risalah lelang.
20
Sejak berlakunya Undang-undang Jabatan Notaris yang baru, telah melahirkan perkembangan hukum yang berkaitan langsung dengan dunia kenotariatan saat ini.
Hal ini dapat dilihat dari adanya “perluasan kewenangan Notaris”, yaitu kewenangan yang dinyatakan dalam Pasal 15 ayat 2 butir f, yakni: “kewenangan membuat akta
yang berkaitan dengan pertanahan”. Kewenangan selanjutnya adalah kewenangan untuk membuat akta risalah lelang. Akta risalah lelang ini sebelum lahirnya Undang-
undang tentang Jabatan Notaris menjadi kewenangan juru lelang dalam Badan Urusan Utang Piutang dan Lelang Negara BUPLN berdasarkan Undang-undang
Nomor 49 Prp tahun 1960. Kewenangan lainnya adalah memberikan kewenangan lainnya yang diatur dalam peraturan-perundang-undangan. “Kewenangan lainnya
yang diatur dalam peraturan-perundang-undangan ini merupakan kewenangan yang perlu dicermati, dicari dan ditemukan oleh Notaris, karena kewenangan ini bisa jadi
sudah ada dalam dalam peraturan perundang-undangan, dan juga kewenangan yang baru akan lahir setelah lahirnya peraturan-perundangundangan yang baru”.
21
Kewenangan membuat akta-akta tentang pertanahan oleh notaris sesuai amanat Pasal 15 2 huruf f UUJN mengalami benturan pasang surut pemikiran dan
memerlukan penyesuaian serta pemahaman dari banyak pihak yang terlibat. Dalam hal ini perlu diketahui batasan tentang akta pertanahan yang dikenal dalam UUJN.
Kelemahan Pasal 15 ayat 2 huruf f UUJN ini terlihat tidak adanya ketentuan peralihan yang menjembatani pelaksanaan pendaftaran tanah yang selama ini
dilakukan oleh pejabat pembuat akta tanah yang didasarkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
22
B. Kewajiban Notaris
Notaris selaku pejabat pembuat akta otentik dalam tugasnya melekat pula kewajiban yang harus dipatuhinya, karena kewajiban tersebut merupakan sesuatu
yang harus dilaksanakan. Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 16 ayat 1 UU Nomor 30 Tahun 2004, yang menentukan bahwa ”Dalam menjalankan jabatannya, Notaris
berkewajiban: 1. bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak
yang terkait dalam pembuatan hukum;
20
Pasal 15 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
21
Ibid
22
Direktur Perdata: Kalau Ada, Silahkan Bawa Alasan Penolakan BPN ke PTUN, http:hukumonline.comdetail.asp?id=14702cl=Berita, dipublikasikan tanggal 12 April 2006,
diakses tanggal 14 April 2008
Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris;
3. mengeluarkan Grosse Akta
23
, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta;
4. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini, kecuali ada ”alasan untuk menolaknya”
24
; 5. merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan
yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain;
6. menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 satu bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih dari 50 lima puluh akta, dan jika jumlah akta tidak dapat dimuat
dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul
setiap buku;
7. membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat berharga;
8. membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan akta setiap bulan;
9. mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam angka 8 atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugasdan
tanggung jawabnya di bidang kenotariatan dalam waktu 5 lima hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya;
10. mencatat dalam reportorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir bulan;
11. mempunyai capstempel yang memuat lambang Negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan
yang bersangkutan; 12. membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2
dua orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris;
13. menerima magang calon Notaris. Berkaitan dengan ketentuan Pasal 16 UU Nomor 30 Tahun 2004 di atas, maka
notaris dalam menjalankan profesinya, selain memiliki kewajiban yang harus dipatuhinya, juga memiliki larangan-larangan yang harus dihindari dalam
menjalankan tugasnya. Dalam Pasal 2 Kode Etik Notaris dinyatakan bahwa anggota wajib :
23
Grosse Akta yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan ini adalah Grosse pertama , sedang berikutnya hanya dikeluarkan atas perintah pengadilan.
24
Yang dimaksud dengan “alasan untuk menolaknya” adalah alasan yang mengakibatkan Notaris tidak berpihak, seperti adanya hubungan darah atau semenda dengan Notaris sendiri atau
dengan suamiisterinya, salah satu pihak tidak mempunyai kemampuan bertindak untuk melakukan perbuatan, atau hal lain yang tidak dibolehkan oleh undang-undang.
Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008.
USU e-Repository © 2008
a. Memberi penyuluhan kepada klien, sejauh mungkin sehingga klien itu dapat menangkapmemahami penyuluhan tersebut walaupun dengan diberikannya
penyuluhan, orang itu urung membuat akta atau urung menjadi klien dari anggota yang bersangkutan.
b. Memberi isyarat kepada rekan yang membuat kesalahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 8.
c. Menjaga agar kliennya tidak makin terjerumus dalam kesalahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 8.
d. Menyelesaikan akta PT, CV, Firma, Yayasan, Perkumpulan, sampai tahap pendaftaran pada Pengadilan Negeri dan Pengumuman dalam Berita Negara,
apabila klien yang bersangkutan dengan tegas-tegas menyatakan akan menyerahkan pengurusannya kepada anggota yang bersangkutan telah memenuhi
syarat-syarat yang diperlukan.
Pasal 3 Kode Etik Notaris menentukan bahwa Notaris mempunyai kewajiban sebagai berikut :
1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik. Seorang Notaris harus mempunyai moral, akhlak serta kepribadian yang baik,
karena Notaris menjalankan sebagian kekuasaan Negara di bidang Hukum Privat, merupakan jabatan kepercayaan dan jabatan terhormat.
2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan Notaris. a. Notaris harus menyadari bahwa perilaku diri dapat mempengaruhi jabatan
yang diembannya. b. Harkat dan martabat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
jabatan. 3. Menjaga dan membela kehormatan perkumpulan.
a. Sebagai anggota yang merupakan bagian dari perkumpulan, maka seorang Notaris harus dapat menjaga kehormatan perkumpulan.
b. Kehormatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perkumpulan. 4. Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab berdasarkan
perundang-undangan dan isi sumpah jabatan Notaris. a. Jujur terhadap diri sendiri, terhadap klien dan terhadap profesi.
b. Mandiri dalam arti dapat menyelenggarakan kantor sendiri, tidak bergantung
pada orang atau pihak lain serta tidak menggunakan jasa pihak lain yang dapat mengganggu kemandiriannya.
c. Tidak berpihak berarti tidak membelamenguntungkan salah satu pihak dan selalu bertindak untuk kebenaran dan keadilan.
d. Penuh rasa tanggung jawab dalam arti selalu dapat mempertanggungjawabkan semua tindakannya, akta yang dibuatnya dan bertanggung jawab terhadap
kepercayaan yang diembannya. 5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas pada ilmu
pengetahuan hukum dan kenotariatan. a. Menyadari Ilmu selalu berkembang.
b. Hukum tumbuh dan berkembang bersama dengan perkembangan masyarakat.
Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008.
USU e-Repository © 2008
6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan Negara. Notaris diangkat bukan untuk kepentingan individu Notaris, jabatan Notaris
adalah jabatan pengabdian, oleh karena itu Notaris harus selalu mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara.
7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa kenotarisan lainnya untuk masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium.
Hal tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian rasa sosial Notaris terhadap lingkungannya dan merupakan bentuk pengabdian Notaris terhadap
masyarakat, bangsa dan Negara.
8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas
jabatan sehari-hari. a. Notaris tidak boleh membuka kantor cabang, kantor tersebut harus benar-
benar menjadi tempat ia menyelenggarakan kantornya. b. Kantor Notaris dan PPAT harus berada di satu kantor.
9. Memasang 1 satu buah papan nama di depandi lingkungan kantornya dengan pilihan ukuran, yaitu 100 cm x 40 cm; 150 cm x 60 cm atau 200 cm x 80 cm,
yang memuat: a. Nama lengkap dan gelar yang sah;
b. Tanggal dan Nomor Surat Keputusan; c. Tempat kedudukan;
d. Alamat kantor dan Nomor teleponfax. Papan nama bagi kantor Notaris adalah papan jabatan yang dapat menunjukkan
kepada masyarakat bahwa di tempat tersebut ada Kantor Notaris, bukan tempat promosi. Papan jabatan tidak boleh bertendensi promosi seperti jumlah lebih dari
satu atau ukuran tidak sesuai dengan standar.
10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh perkumpulan; menghormati, mematuhi, melaksanakan
setiap dan seluruh keputusan perkumpulan. a. Aktivitas dalam berorganisasi dianggap dapat menumbuhkembangkan rasa
persaudaraan profesi. b. Mematuhi dan melaksanakan keputusan organisasi adalah keharusan yang
merupakan tindak lanjut dari kesadaran dan kemauan untuk bersatu dan bersama.
11. Membayar uang iuran perkumpulan secara tertib. Memenuhi kewajiban finansial adalah bagian dari kebersamaan untuk
menanggung biaya organisasi secara bersama dan tidak membebankan pada salah seorang atau sebagian orang.
12. Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang meninggal dunia.
Meringankan beban ahli waris rekan seprofesi merupakan wujud kepedulian dan rasa kasih antar rekan.
Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008.
USU e-Repository © 2008
13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium yang ditetapkan perkumpulan.
Hal tersebut adalah untuk menghindari persaingan tidak sehat, menciptakan peluang yang sama dan mengupayakan kesejahteraan bagi seluruh Notaris.
14. Menjalankan jabatan Notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan dan penandatanganan akta dilakukan di kantornya, kecuali karena alasan-alasan yang
sah. a. Akta dibuat dan diselesaikan di Kantor Notaris, diluar kantor pada dasarnya
merupakan pengecualian. b. Di luar kantor harus dilakukan dengan tetap mengingat Notaris hanya boleh
mempunyai satu kantor. 15. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam melaksanakan tugas
jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling menghormati, saling menghargai, saling membantu serta selalu
berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahmi. a. Dalam berhubungan antar sesama rekan dilakukan dengan sikap dan perilaku
yang baik dengan saling menghormati dan menghargai atas dasar saling bantu membantu.
b. Tidak boleh saling menjelekkan apalagi dihadapan klien. 16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan status
ekonomi danatau status sosialnya. Memperlakukan dengan baik harus diartikan tidak saja Notaris bersikap baik
tetapi juga tidak membuat pembedaan atas dasar suku, ras, agama serta status sosial dan keuangan.
17. Melakukan perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut sebagai kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas pada ketentuan
yang tercantum dalam UUJN, Penjelasan Pasal 19 ayat 2 UUJN, Isi Sumpah Jabatan Notaris, Anggaran Dasar dan Rumah tangga Ikatan Notaris Indonesia.
Selain itu juga, notaris berkewajiban untuk berhimpun dalam satu wadah organisasi terdapat dalam Pasal 82 UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
Dalam Pasal 82 ayat 1 Bab X tentang Organisasi Notaris disebutkan dengan tegas bahwa, Notaris berhimpun dalam satu wadah Organisasi Notaris. Keharusan para
notaris berhimpun dalam satu wadah merupakan satu tantangan tersendiri bagi kalangan notaris. ”Hal ini disebabkan hingga saat ini ada sejumlah organisasi notaris
yang eksis di Indonesia seperti Ikatan Notaris Indonesia INI sebagai organisasi notaris yang diakui oleh pemerintah. Selain itu, ada pula Himpunan Notaris Indonesia
HNI, Asosiasi Notaris Indonesia ANI, dan Organisasi Perhimpunan Notaris untuk Reformasi”.
25
25
RUU Jabatan Notaris : Notaris Wajib Berhimpun Dalam Satu Wadah, http:hukumonline.comdetail.asp?id=10407cl=Berita, dipublikasikan tanggal 21 April 2008,
diakses tanggal 21 April 2008
Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008.
USU e-Repository © 2008
C. Larangan Bagi Notaris