Pengawasan Notaris Oleh Dewan Kehormatan Notaris Kedudukan Majelis Pengawas Notaris Dalam Melakukan Pengawasan

mencantumkan jam, hari, tanggal dan nama anggota Majelis Pengawas Daerah yang akan melakukan pemeriksaan. Pada waktu yang ditentukan untuk dilakukan pemeriksaan, Notaris yang bersangkutan harus berada di kantornya dan menyiapkan semua Protokol Notaris. Hasil pemeriksaan Tim Pemeriksa dituangkan dalam berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh Ketua Tim Pemeriksa dan Notaris yang diperiksa. Berita Acara Pemeriksaan disampaikan kepada Majelis Pengawas Wilayah setempat dengan tembusan kepada Notaris yang bersangkutan, Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia, dan Majelis Pengawas Pusat. Dalam melakukan pemeriksaan terhadap Notaris, Ketua Majelis Pengawas Notaris membentuk Majelis Pemeriksa Daerah, Majelis Pemeriksa Wilayah dan Majelis Pemeriksa Pusat dari masing-masing unsur yang terdiri atas 1 satu orang Ketua dan 2 dua orang anggota Majelis Pemeriksa. Majelis Pemeriksa Wilayah dan Majelis Pemeriksa Pusat berwenang memeriksa dan memutus laporan yang diterima. Majelis Pemeriksa dibantu oleh 1 satu orang sekretaris. Pembentukan Majelis Pemeriksa dilakukan paling lambat 5 lima hari kerja setelah laporan diterima. Majelis Pemeriksa wajib menolak untuk memeriksa Notaris yang mempunyai hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah tanpa pembatasan derajat dan garis lurus ke samping sampai dengan derajat ketiga dengan Notaris. Dalam hal Majelis Pemeriksa mempunyai, Ketua Majelis Pengawas Notaris menunjuk penggantinya. Sesungguhnya kewenangan Majelis Pengawas Notaris tidak sama dengan kewenangan peradilan. Artinya Majelis Pengawas Notaris tidak bisa masuk kepada materi sebagaimana pemeriksaan di muka pengadilan. 27

D. Pengawasan Notaris Oleh Dewan Kehormatan Notaris

Dewan Kehormatan merupakan alat perlengkapan Perkumpulan yang berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran terhadap Kode Etik dan menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing- masing. 28 Apabila ada anggota yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik, baik dugaan tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada Dewan Kehormatan Daerah, maka selambat-lambatnya dalam waktu tujuh 7 hari kerja Dewan Kehormatan Daerah wajib segera mengambil tindakan dengan mengadakan sidang Dewan Kehormatan Daerah untuk membicarakan dugaan terhadap pelanggaran tersebut. Apabila menurut hasil sidang Dewan Kehormatan Daerah, ternyata ada dugaan kuat terhadap pelanggaran Kode Etik, maka dalam waktu tujuh 7 hari kerja setelah tanggal sidang tersebut, Dewan Kehormatan Daerah berkewajiban memanggil anggota yang diduga melanggar tersebut dengan surat tercatat atau dengan ekspedisi, 27 Wawancara dengan Sartono Simbolon, Notaris di Kota Medan, tanggal 2 April 2008 28 Pasal 8 Kode Etik Notaris Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008. USU e-Repository © 2008 untuk didengar keterangannya dan diberi kesempatan untuk membela diri. Dewan Kehormatan Daerah baru akan menentukan putusannya mengenai terbukti atau tidaknya pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya apabila terbukti, setelah mendengar keterangan dan pembelaan diri dari anggota yang bersangkutan dalam sidang Dewan Kehormatan Daerah yang diadakan untuk keperluan itu, dengan perkecualian sebagaimana yang diatur dalam ayat 6 dan ayat 7 Pasal 10 Kode Etik Notaris.

E. Kedudukan Majelis Pengawas Notaris Dalam Melakukan Pengawasan

Notaris Pada dasarnya yang berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap notaris adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dalam pelaksanaannya Menteri membentuk Majelis Pengawas Notaris. Menteri sebagai kepala Departemen Hukum dan HAM bertugas untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintah di bidang hukum dan hak asasi manusia. Kedudukan Menteri selaku Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara yang melakukan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku membawa konsekuensi terhdap Majelis Pengawas, yaitu Mejelis Pengawas berkedudukan pula sebagai Badan atau Jabatan TUN karena menerima delegasi dari badan atau jabatan yang berkedudukan sebagai Badan atau Jabatan TUN. 29 Dalam kedudukannya sebagai badan atau jabatan TUN, Majelis Pengawas berwenang untuk membuat atau mengeluarkan Surat Keputusan atau Ketetapan yang berhubungan dengan hasil pengawasan, pemeriksaan atau penjatuhan sanksi yang ditujukan kepada notaris yang bersangkutan. Dalam kedudukannya sebagai badan atau pejabat TUN maka Surat Keputusan atau Ketetapan Majelis Pengawas dapat dijadikan objek gugatan oleh Notaris ke Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN sebagai sengketa tata usaha negara, apabila notaris merasa keputusan itu tidak tepat atau memberatkan notaris yang bersangkutan atau tidak dilakukan secara transparan dan berimbang dalam pemeriksaannya. Peluang untuk mengajukan ke PTUN tetap terbuka setelah semua upaya administrasi yang disediakan baik keberatan administratif maupun banding administrasi taleh ditempuh. Upaya administratif, keberatan administratif ataupun banding administratif dapat dilakukan walaupun dalam aturan hukum yang bersangkutan telah menentukan bahwa putusan dari badan atau jabatan TUN bersifat final atau tidak dapat ditempuh upaya hukum lain karena pada dasarnya penggunaan upaya administratif dalam sengketa TUN bermula dari sikap tidak puas terhadap perbuatan tata usaha negara. 30 29 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administrasi Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Bandung, Refika Aditama, 2008, hal. 133 30 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administrasi Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Bandung, Refika Aditama, 2008, hal. 134 Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008. USU e-Repository © 2008

IV. PENGAWASAN TERHADAP NOTARIS DAN TUGAS JABATANNYA

GUNA MENJAMIN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KEPENTINGAN UMUM Sebagai pejabat umum Notaris berwenang membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Mengingat peranan dan kewenangan Notaris sangat penting bagi lalu lintas kehidupan masyarakat, maka perilaku dan perbuatan Notaris dalai menjalankan jabatan profesinya, rentan terhadap penyalahgunaan yang dapat merugikan masyarakat, sehingga lembaga pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris perlu diefektifkan. Ketentuan yang mengatur Majelis Pengawasan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi kelemahan dan kekurangan dalam sistem pengawasan terhadap Notaris, sehingga diharapkan dalam menjalankan profesi jabatannya, Notaris dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Menurut Kadiv Yankum HAM MPW Medan, Noor M. Aziz “Pengawasan terhadap notaris sangat beralasan mengingat dalam menjalankan fungsinya sebagai pejabat umum, yang meliputi bidang yang lebih luas daripada apa yang ditentukan dalam Pasal 1 UUJN. Masyarakat menuntut lebih luas daripada tugas jabatan notaris yang ditentukan dalam undang-undang”. 31 Menurut Enita salah satu notaris di kota Medan ”Fungsi Notaris di bidang pekerjaannya adalah berkewajiban dan bertanggung jawab terutama atas pembuatan akta otentik yang telah dipercayakan kepadanya, khususnya di bidang hukum perdata, menyimpan minuta aktanya, termasuk semua protokol Notaris dan memberi grosse, salinan dan petikan”. 32 Selain itu, Notaris berfungsi nelakukan pendaftaran atas akta-akta surat di bawah tangan, membuat dan mensahkan salinan atau turunan berbagai dokumen, memberikan nasihat hukum. Dalam menjalankan kewenangannya perlu adanya pengawasan terhadap notaris. Pengawasan tidak hanya ditujukan dalam pentaatan terhadap kode etik tetapi juga bertujuan yang lebih luas yaitu agar notaris dalam menjalankan tugas jabatannya memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang- undangan demi perlindungan atas kepentingan masyarakat yang dilayaninya. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, pada prinsipnya yang didelegasikan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap notaris adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Menkum HAM. Kemudian kewenangan itu didelegasikan kepada Majelis Pengawas Notaris MPN. Fungsi Majelis Pengawas Notaris di samping mengawasi tingkah laku dan perilaku notaris, juga mengawasi perbuatan hukum para notaris. Oleh karena itu apabila perbuatan notaris itu merupakan pelanggaran terhadap peraturan 31 Wawancara dengan Noor M. Aziz, Kadiv Yankum dan HAM, tanggal 15 April 2008 32 Wawancara dengan Enita R, notaris di kota Medan, tanggal 3 April 2008 Mohandas Sherividya: Pengawasan Terhadap Notaris Dan Tugas Jabatannya Guna Menjamin Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Umum, 2008. USU e-Repository © 2008