Pemindahan Solusi yang Dilakukan Tokoh Utama untuk Mengatasi Konflik Batin

“Aku coba menghibur diriku. Toh aku telah melakukan segenap upaya, di atas rata-rata. Telah pula aku sempurnakan kerja keras dengan doa. Sekarang tinggal aku serahkan kepada putusan Tuhan. Aku coba ikhlaskan semuanya.” RTW, 2011:28 Apa yang dilakukan oleh Alif dari kutipan diatas adalah dengan menyerahkan segala kecemasan dan kegelisahannya mengenai hasil ujiannya dengan Tuhan karena ia berpikir sudah mengerjakan segala sesutau diatas rata-rata dan berdoa, dengan begitu ia dapat mengatasi keragu-raguannya dengan ikhlas sehingga ia dapat mengatasi segala kecemasan yang berkecamuk di pikirannya.

5.7.2 Pemindahan

Alif yang terbujur lunglai karena penyakit typus yang melandanya dan ia tidak mempunyai semangat untuk melanjutkan kuliah serta mimpi-mimpinya dan ingin kembali ke kampung halamannya karena cobaan yang berat terus berpihak padanya, dimulai dari kematian Ayahnya, peristiwa perampokan yang dialami oleh Alif sampai penyakit typus yang dideritanya. Hal ini yang membuat ia kehilangan semangat hidup dan berhenti untuk mengejar cita-citanya. Alif yang sekarang sudah meragukan kata-kata Man Jadda wajada karena apa yang ia lakukan sekarang sudah mencerminkan kata-kata tersebut. Dengan menjalani kehidupan dengan penuh keyakinan, berusaha dan berdoa, tetapi ia masih saja ditimpa kemalangan dan nasib sial. Sabar itu lah kata-kata yang terdengar ketika Alif mendengar sebuah stasiun radio, tiba-tiba Alif mengingat sebuah kata Man Shabara Zhafira “siapa yang bersabar akan beruntung”, dan ia pun merinding, merasakan energi semangat Pondok Universitas Sumatera Utara Madani. Dan kenangan itu kini hadir bertubi-tubi dipikiran Alif dengan mengenang perkataan Kiai Rais. “Yanga namanya dunia itu ada masa senang dan masa kurang senang. Disaat kurang senanglah kalian perlu aktif. Aktif untuk bersabar. Bersabar tidak pasif, tapi aktif bertahan, aktif menahan cobaan, aktif mencari solusi. Aktif menjadi yang terbaik. Aktif untuk tidak menyerah pada keadaan. Kalian punya pilihan untuk tidak menjadi pesakitan. Sabar adalah punggung bukit terakhir sebelum mencapai tujuan. Setelah ada di titik terbawah, ruang kosong adalah ke atas. Untuk lebih baik. Tuhan sudah berjanji bahwa sesungguhNya Dia berjalan dengan orang yang sabar.” RTW, 2011: 131 Kutipan di atas menyiratkan bahwa keputusasaan Alif Fikri untuk mengahadapi nasib buruk yang selalu berpihak padanya bisa langsung tersalurkan melalui ingatannya tentang apa yang dikatakan oleh Kiai Rais dengan kata sabar. Pengalihan objek itu disebabkan objek asli yang dipilih naluri tidak dapat dicapai karena adanya rintangan dari dalam objek itu sendiri yaitu Alif Fikri yang merasa sudah putus asa dan enggan bertahan hidup, maka energi naluri itu langsung mengalihkan pada objek lain yaitu perkataan Kiai Rais sehingga objek pengganti ini dapat mereduksi tegangan dari dalam diri Alif Fikri. Alif yang sangat berduka setelah kepergian sang Ayah merasakan kehilangan yang mendalam, Alif yang menjadi anak sulung harus mengemban tugas berat untuk menjadi tulang punggung keluarga dan harus membantu Ibunya untuk membiayai kedua adiknya yang masih duduk dibangku sekolah. Alif menyadari hal ini sangat tidak mudah karena ia sendiri masih harus dibantu oleh orang tuanya untuk biaya kuliahnya di Bandung. Walaupun Ibunya mengetahui apa yang ada dipikiran Alif dan ia terus diyakinkan oleh Ibunya untuk terus melanjutkan kuliahnya sampai selesai. Universitas Sumatera Utara “Kini akulah laki-laki satu-satunya di keluarga kecil kami. Akulah yang harus membela Amak dan adik-adki. Tapi bagaimana acranya? Kalau ingin menggantikan peran Ayah mencari nafkah, aku mungkin harus berhenti kuliah dan bekerja. Tapi bagaimana dengan impianku untuk kuliah? Untuk merantau keluar negeri? Aku memijit-mijit keningku yang kini berkulit kusut. Pesan terakhir Ayah terus bersipongang di lubuk hatiku:”Alif, bela adik-adkimu. Rajinlah sekolah.” Ya Allah, berilah aku kemudahan untuk menjalankan amanat ini.” RTW, 2011:101 Kutipan di atas menyiratkan bahwa tanggung jawab Alif Fikri sebagai anak sulung kepada Ibu dan kedua adiknya setelah kepergian Ayahnya bisa digantikan oleh dirinya. Pengalihan objek itu disebabkan objek asli yang dipilih naluri tidak dapat dicapai karena adanya rintangan dari luar yaitu meninggal Ayahnya. Maka energi naluri itu langsung di alihkan pada objek yang lain yaitu Alif Fikri sendiri sebagai pengganti objek asli. Objek pengganti ini akan dapat mereduksi teganggan.

5.7.3 Represi