Identifikasi Solusi yang Dilakukan Tokoh Utama untuk Mengatasi Konflik Batin

mempertahankan eksistensinya sebagai manusia. Oleh karena itu, ia berusaha untuk menemukan cara agar keluar dari segala konflik batin yang selalu menimpanya. Cara-cara yang dilakukan Alif Fikri untuk menghadapi dan mengatasi kecemasan-kecemasan atau mereduksi tegangan-tegangan adalah 1 identifikasi, 2 pemindahan, dan 3 mekanisme pertahanan ego – represi, rasionalisasi, dan agresi.

5.7.1 Identifikasi

Alif Fikri yang ingin melanjutkan sekolahnya ke SMU setelah ia menyelesaikan Madrasyahnya tidak disetujui oleh ibunya karena sang ibu ingin melihat Alif menjadi seorang yang pintar dalam urusan agama dengan memasukkan Alif ke Madrasayah Aliyah. Tentu saja hal ini bertentangan dengan Alif karena ia berpikir tiga tahun disekolah Madrasyah sudah cukup untuk mempelajari ilmu agama dan melanjutkan cita-citanya untuk bersekolah di SMU pilihannya dan melanjutkan keperguruan tinggi dan menjadi seperti Habibie. Di dalam keresahannya dan kecemasannya karena sang ibu menentang keinginannya, ia menerima surat dari paman nya yang menceritakan tentang Pondok Pesantren yang ada di Ponorogo. Beranjak dari surat sang paman akhirnya Alif mempunyai ide yang ia sendiri sebenarnya masih merasa ragu,cemas, dan penuh ke khawatiran akan kah ia bisa bertahan di Pondok yang jauh di Jawa, jauh dari kampung halamannya, jauh dari keluarga yang ia cintai. Akhirnya Alif menyampaikan hal ini kepada kedua orang tuanya untuk melanjutkan keinginannya bersekolah di Pondok, dan kabar ini juga disampaikan nya Universitas Sumatera Utara kepada seluruh teman-teman, keluarga dan handai tolannya. Alif yang ditemani sang Ayah akhirnya berangkat menuju ke Pondok yang berada di Jawa Timur. “Aku tidak kuat menahan malu kalau harus pulang lagi. Sudah aku umumkan keputusan ini ke segenap kawan dan handai tolan. Bujukan mereka agar tetap tinggal di kampung telah ku kalahkan dengan argument berbahsa Arab yang terdengar gagah, “uthulubul ilma walau bishin”, artinya “tuntutlah ilmu, bahkan walau ke negeri sejauh Cina”. “Ke Cina saja disuruh, apalagi hanya sekedar ke Jawa Timur,” bantahku percaya diri kepada para pembujuk ini. Ke mana mukaku akan disurukkan, kalau aku pulang lagi?” NLM, 2009:17 Dari kutipan diatas sangat jelas terlihat bahwa Alif mengatasi kecemasan- kecemasan dalam dirinya dengan kepercayaan dirinya membacakan argument berbahsa Arab dengan gagahnya kepada orang-orang yang membujuknya untuk tetap tinggal di kampung halamannya. Ia sadar keputusan yang diambilnya tersebut bukanlah keputusan yang ia mau sepenuhnya, tapi keraguan dan kecemasan yang berkecamuk di dalam dirinya berhasil ia singkirkan dengan mengidentifikasi masalah tersebut bahwasanya argumen berbahasa Arab tersebut benar, dan ia bertekad untuk mengambil keputusan tersebut. Alif yang merasa sangat cemas dan khawatir setelah ia mengikuti ujian UMPTN untuk memasuki perguruan tinggi negeri, pasalnya Alif hanya yakin menjawab soal-soal Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, dan yang lainnya ia tidak begitu yakin. Berhari-hari Alif tidak bisa merasakan tidur yang nyenyak, karena mengingat tentang hasil ujian yang ia akan peroleh. Beberapa kali penyeselan muncul kepikirannya karena ia berpikri tidak belajar dengan rajin. Kegelisahan-kegelisahn Alif semakin menjadi-jadi seiring dengan dekatnya waktu pengumuman hasil ujian tersebut. Universitas Sumatera Utara “Aku coba menghibur diriku. Toh aku telah melakukan segenap upaya, di atas rata-rata. Telah pula aku sempurnakan kerja keras dengan doa. Sekarang tinggal aku serahkan kepada putusan Tuhan. Aku coba ikhlaskan semuanya.” RTW, 2011:28 Apa yang dilakukan oleh Alif dari kutipan diatas adalah dengan menyerahkan segala kecemasan dan kegelisahannya mengenai hasil ujiannya dengan Tuhan karena ia berpikir sudah mengerjakan segala sesutau diatas rata-rata dan berdoa, dengan begitu ia dapat mengatasi keragu-raguannya dengan ikhlas sehingga ia dapat mengatasi segala kecemasan yang berkecamuk di pikirannya.

5.7.2 Pemindahan