Represi Solusi yang Dilakukan Tokoh Utama untuk Mengatasi Konflik Batin

“Kini akulah laki-laki satu-satunya di keluarga kecil kami. Akulah yang harus membela Amak dan adik-adki. Tapi bagaimana acranya? Kalau ingin menggantikan peran Ayah mencari nafkah, aku mungkin harus berhenti kuliah dan bekerja. Tapi bagaimana dengan impianku untuk kuliah? Untuk merantau keluar negeri? Aku memijit-mijit keningku yang kini berkulit kusut. Pesan terakhir Ayah terus bersipongang di lubuk hatiku:”Alif, bela adik-adkimu. Rajinlah sekolah.” Ya Allah, berilah aku kemudahan untuk menjalankan amanat ini.” RTW, 2011:101 Kutipan di atas menyiratkan bahwa tanggung jawab Alif Fikri sebagai anak sulung kepada Ibu dan kedua adiknya setelah kepergian Ayahnya bisa digantikan oleh dirinya. Pengalihan objek itu disebabkan objek asli yang dipilih naluri tidak dapat dicapai karena adanya rintangan dari luar yaitu meninggal Ayahnya. Maka energi naluri itu langsung di alihkan pada objek yang lain yaitu Alif Fikri sendiri sebagai pengganti objek asli. Objek pengganti ini akan dapat mereduksi teganggan.

5.7.3 Represi

Sepekan setelah Ayah Alif meninggal dunia, ia berpamitan untuk kembali ke Bandung. Alif yang memerhatikan ibunya yang tidak mengeluarkan sepatah kata apapun serta muka ibunya yang mendung karena baru tujuh hari ditinggalkan oleh sang Ayah tercinta. Alif yang mendengarkan nasehat Ibunya untuk terus melanjutkan kuliahnya sampai selesai. Alif menyadari Ibunya tidak akan mampu membiayai kuliah dirinya dan kedua adiknya yang masih bersekolah. Alif memikirkan hal tersebut dengan penuh kecemasan, karena ia menyadari Ibunya akan membanting tulang untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Alif merasa kebingungan dan gelisah, dilain sisi ia Universitas Sumatera Utara ingin mengejar mimpi-mimpinya dengan menamatkan kuliah tapi dilain sisi Alif ragu dengan biaya yang akan ditnggung oleh Ibunya. “Selama perjalananku dari Maninjau ke Bandung hatiku buncah tidak tentu. Aku coba untuk menghibur diri dengan merogoh kantong ranselku dan mengeluarkan selembar foto yang mengilat. Mungkinsudah waktunya aku disapih, berhenti meminta uang ke Amak. Aku genggam foto keluarga erat-erat, sampai hampir remuk. Aku berjanji pada diri sendiri akan membiayai diri sendiri selama di Bandung. Bukan cuma membiayai diri sendiri, tapi kalau bisa juga mengirimi Amak uang setiap bulan. Sejujurnya aku tidak tahu bagaimana caranya. Tapi ada sebersit kepercayaan tumbuh di pedalaman hatiku kalau aku mau bersungguh- sungguh, insya Allah bisa. RTW, 2011:100-101 Kutipan diatas merepresentasikan pikiran-pikiran Alif Fikri yang mengalami kecemasan, keraguan serta ketakutan. Nasehat dari Ibunya untuk terus melanjutkan kuliahnya membuat Alif mengalami ketegangan. Untuk menghapuskan atau menekan persaan cemas tersebut Alif berusaha akan mencari penghasilan ia sendiri untuk membiayai hidupnya selama menyelasaikan kuliahnya di Bandung, dan ia bertekad akan mengirimkan uang ke Ibunya setiap bulannya. Walaupun dilain sisi ia sedikit khawatir tetapi dengan ia bersungguh-sungguh untuk membantu Ibunya, ia yakin bisa.

5.7.4 Rasionalisasi