4.2.1. Pengaruh Variasi Jumlah Adsorben
Jumlah kalsium polistirena sulfonat yang digunakan untuk mengadsorpsi karotenoida dari CPO bervariasi, yaitu 0,5 g ; 1,0 g dan 1,5 g, sedangkan CPO dan
n-heksana yang digunakan adalah tetap yaitu masing-masing sebanyak 2 g dan 15 ml. Hasilnya adalah sebagai berikut, untuk 0,5 g kalsium polistirena sulfonat
dapat menyerap karotenoida sebesar 359,26 ppm dengan kandungan ALB sebesar 4,12. Karotenoida yang teradsorpsi kemudian didesorpsi dengan menggunakan
pelarut etanol dan hasil yang diperoleh sebesar 489,55 ppm dengan kandungan ALB sebesar 3,58. Untuk 1 g kalsium polistirena sulfonat dapat menyerap
karotenoida sebesar 412 ppm dengan kandungan ALB sebesar 4,07. Karotenoida yang terserap kemudian didesorpsi dengan menggunakan pelarut
etanol dan hasil yang diperoleh sebesar 608,65 ppm dengan kandungan ALB sebesar 3,77. Sedangkan untuk 1,5 g kalsium polistirena sulfonat dapat
menyerap karotenoid a sebesar 434.82 ppm dengan kandungan ALB sebesar 3,97. Karotenoida yang terserap kemudian didesorpsi dengan menggunakan
pelarut etanol dan hasil yang diperoleh sebesar 626,28 ppm dengan kandungan ALB sebesar 4,01.
Adapun jumlah karotenoida yang teradsorpsi oleh kalsium polistirena sulfonat serta yang terdesorpsi dari adsorben tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1. Jumlah karotenoida yang teradsorpsi dan terdesorpsi dengan variasi jumlah adsorben yang ditambahkan
Sampel CPO Volume
n-heksana ml
Jumlah adsorben
g karotenoida yang teradsorpsi
karotenoida yang terdesorpsi karotenoidappm
ALB Konsentrasi
karotenoidappm ALB
fase n-
heksana Konsentrasi
karotenoidappm desorpsi
ALB
455 4,25
15 0,50
359,2662.71 4,12
489,56102.97 3.58
455 4,25
15 1,00
412,2479.89 4,07
608,6599.54 3,77
455 4,25
15 1,51
434,8289.98 3,97
626,2890.16 4,01
Universitas Sumatera Utara
Penyerapan karotenoida dari CPO oleh kalsium polistirena sulfonat dipengaruhi oleh jumlah adsorben yang digunakan, semakin banyak jumlah
adsorben maka interaksi yang terjadi antara adsorben dengan karotenoida akan semakin besar.
Gambar 4.6. Grafik peningkatan konsentrasi karotenoida
Terlihat pada Gambar 4.6 terjadi peningkatan konsentrasi karotenoida yang teradsorpsi, namun penambahan jumlah adsorben tidak berbanding lurus
dengan kemampuan adsorben untuk mengikat karotenoida, terlihat peningkatan konsentrasi yang terjadi tidak terlalu besar, dapat dipahami bahwa penambahan
jumlah adsorben kurang efektif. Pada proses desorpsi, konsentrasi karotenoida yang diperoleh semakin besar, hal tersebut menunjukkan interaksi logam kalsium
dari adsorben terhadap karotenoida cukup besar.
4.2.2. Pengaruh Variasi Volume n-heksana