Latar Belakang Adsorpsi Karotenoida Dari Minyak Sawit Mentah (CPO) Menggunakan Kalsium Polistirena Sulfonat Berderajat Sulfonasi 27% dan Desorpsinya Dengan Etanol

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak sawit mentah CPO memiliki kandungan karotenoida yang tinggi yaitu berkisar 400-700 ppm, sehingga sangat potensial sebagai sumber vitamin A, yang saat ini masih sangat dibutuhkan. Dari seluruh karotenoida yang ada dalam CPO, 56,0β diantaranya adalah -karoten Ong dkk., 1990. Disamping sebagai provitamin A, karotenoida banyak digunakan sebagai antioksidan, pencegah pertumbuhan sel kanker, mencegah penuaan dini antiaging dan juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap bahan beracun, flu dan demam Ravanello dkk., 2003. Karotenoida juga digunakan sebagai bahan nutrisi, bahan pewarna makanan dan bahan obat-obatan serta bahan kosmetik Choo, dkk., 1997. Pada pengolahan CPO menjadi minyak goreng umumnya digunakan suhu dan tekanan tinggi pada prosesnya, sehingga karotenoida yang terkandung dalam CPO tersebut akan rusak. Hal ini sangat merugikan, karena karotenoida tersebut sangat berguna. Oleh karena itu perlu dicari cara lain untuk mendapatkan karotenoida ini terlebih dahulu sebelum proses pengolahan minyak goreng Othman, dkk., 2010. Salah satu cara yang sudah digunakan untuk mengambil karotenoida ini dari CPO adalah dengan mengadsorpsinya terlebih dahulu sebelum diolah menjadi minyak goreng. Beberapa adsorben yang telah digunakan diantaranya ialah adsorben oksida logam oleh Ahmad 2000 yang mengadsorpsi karotenoida dari palm oil mill effluent POME menggunakan 3 jenis adsorben oksida logam yaitu silika gel, florisil dan aluminium oksida. Pada proses ini minyak yang Universitas Sumatera Utara terkandung dalam POME diekstraksi dengan n-heksana, lalu minyak hasil ektraksi dimasukkan kedalam kromatografi kolom yang berisi adsorben, kemudian diikuti dengan penambahan etanol. Percobaan dilakukan pada suhu 30 o C, 40 o C dan 50 O C. Hasilnya terlihat bahwa konsentrasi karotenoida yang tertinggi diperoleh pada percobaan menggunakan silika gel pada suhu 40 o C dengan pelarut n- heksana, yaitu sebesar 1154,55 ppm. Zulkipli 2007 menggunakan adsorben campuran silika gel dan abu sekam padi untuk mengadsorpsi karotenoida dari metil ester kasar CME. Pada proses ini CME yang mengandung karotenoida dimasukkan kedalam kolom yang telah berisi adsorben, kemudian ditambahkan dengan n-heksana. Percobaan dilakukan dengan mencampurkan adsorben abu sekam padi dan silika gel dengan berbagai perbandingan untuk memperoleh kondisi optimum. Hasilnya terlihat bahwa konsentrasi tertinggi diperoleh pada percobaan dengan campuran abu sekam padi dengan silika gel pada perbandingan 5:3 yaitu 3754,55 ppm. Latip, dkk 2000 mengadsorpsi karotenoida dari CPO menggunakan 7 jenis adsorben polimer sintetis yang memiliki porositas tinggi yaitu HP20, SP850, SP825, SP207, Relite Exa 31, 32 dan 50. Pada proses ini CPO dimasukkan kedalam labu alas bulat yang telah berisi adsorben dan IPA kemudian diaduk, campuran tersebut dimasukkan kedalam soklet ekstraktor, ditambahkan IPA dan diikuti dengan penambahan n-heksana. Pada percobaan dilakukan kombinasi HP20 yang memiliki porositas tertinggi dengan SP850 yang memiliki luas permukaan tertinggi, serta perbandingan antara adsorben dan jumlah CPO, perlakuan tersebut bertujuan untuk memperoleh konsentrat karotenoida yang paling optimum. Hasil yang terlihat bahwa konsentrasi karotenoida paling optimum yaitu sebesar 7.212 ppm pada fase n-heksana. Hal yang sama dengan polimer sintetis HP20, SP2017 dan SP700, juga telah dipakai untuk menghasilkan konsentrat tokoferol yang cukup tinggi Tandale dan Lali., 2004. Adsorben- adsorben polimer diatas pada umumnya bersifat nonpolar. Penggunaan adsorben polimer sintetis yang lebih polar dapat dibuat dengan menambahkan gugus polar pada adsorben polimer tersebut, misalnya dengan menambahkan gugus sulfonat. Universitas Sumatera Utara Adsorben polimer tersulfonasi yaitu kalsium polistirena sulfonat telah digunakan untuk mengadsorpsi karotenoida dari metil ester kasar Karlina, 2012. Kadar karotenoida dalam metil ester kasar sebesar 601 ppm. Proses adsorpsi dilakukan dengan mencampurkan metil ester kedalam etanol kemudian karotenoidanya diadsorpsi dengan adsorben kalsium polistirena sulfonat, sambil diaduk untuk menyempurnakan penyerapan, kemudian adsorben yang mengandung karotenoida dipisahkan dari campuran metil ester dengan sentrifugasi. Karotenoida yang terserap dalam adsorben kemudian didesorpsi dengan pelarut n-heksana, dan setelah pelarutnya diuapkan diperoleh karotenoida dengan konsentrasi sebesar 116.000 ppm, telah terjadi pemekatan sebanyak 193 kali. Adsorben kalsium polistirena sulfonat mengandung gugus polar dan juga gugus nonpolar, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antara gugus non polar adsorben dengan rantai hidrokarbon dari karotenoida membentuk gaya Van der Walls dan gugus polar adsorben yang mengandung logam kalsium dengan orbital d kosongnya dapat berinteraksi dengan ikatan rangkap terkonjungasi dari karotenoida yang kaya elektron. Interaksinya dapat kita lihat pada Gambar 1.1 di bawah ini H H H  H SO 3 - interaksi C C gugus polar gugus nonpolar polistirena sulfonat 2 2 H 2 C H 2 C C H 2 CCH 3 CCH C HCC H 3 CC C H2 CH 2 CH 2 C CHCH CHC CHCH CHC CCH CCH CHCH CH 3 CH 3 CH 3 CH 3 CH 3 CH 3 CH 3 CHCH CH 3 I II  -karoten 1 Ca orbital d Gambar 1.1. interaksi antara -karoten dengan kalsium polistirena sulfonat Keterangan gambar : 1 interaksi antara rantai hidrokarbon -karoten dengan gugus nonpolar adsorben 2 interaksi antara ikatan rangkap -karoten dengan orbital d kosong logam kalsium gugus polar pada adsorben. Universitas Sumatera Utara Kalsium polistirena sulfonat juga telah digunakan oleh Lois 2014 untuk mengadsorpsi tokoferol dan tokotrienol dari metil ester minyak kemiri, Lois memakai 2 jenis adsorben, yaitu garam Ca dari polistirena sulfonat derajat sulfonasi 30, larut dalam air dan garam Ca dari polistirena sulfonat derajat sulfonasi 30, larut dalam kloroform. Tokoferol dan tokotrienol dari metil ester minyak kemiri dalam etanol diadsorpsi dengan adsorben kalsium polistirena sulfonat, untuk menyempurnakan penyerapan dilakukan pengadukan, kemudian adsorben yang mengandung tokoferol dan tokotrienol dipisahkan dari larutan metil ester minyak kemiri dengan kromatografi kolom. Tokoferol dan tokotrienol yang terserap pada adsorben kalsium polistirena sulfonat kemudian didesorpsi dengan pelarut n-heksana. Hasil adsorpsi tertinggi dihasilkan dengan menggunakan adsorben berderajat sulfonasi 30 terhadap tokotrienol yaitu sebesar 100, hasil desorpsinya sebesar 1,1, sedangkan hasil desorpsi tertinggi diperoleh dengan menggunakan adsorben berderajat sulfonasi 30 terhadap tokoferol yaitu sebesar 2,3, hasil adsorpsinya sebesar 99,1. Justaman 2014 mengadsorpsi karotenoida dari CPO dengan menggunakan garam polistirena sulfonat M-PSS M= Na, Mg, Ca, Sr dan Ba. Polistirena sulfonat yang digunakan memiliki derajat sulfonasi 9,1, bersifat sangat tidak larut dalam air. Pada proses ini karotenoida dari CPO dalam etanol diadsorpsi dengan menggunakan garam polistirena sulfonat, M-PSS M= Na, Mg, Ca, Sr dan Ba; PSS= Polistirena sulfonat. Proses penyerapan dilakukan dengan mencampurkan CPO dalam etanol kemudian ditambahkan adsorben, dilakukan pengocokan untuk menyempurnakan penyerapan karotenoida, kemudian adsorben yang mengandung karotenoida dipisahkan dari larutan CPO dengan sentrifugasi. Karotenoida yang terserap pada adsorben kemudian didesorpsi dengan pelarut n- heksana. Hasil tertinggi yang diperoleh terlihat pada proses desorpsi dengan menggunakan garam Ca-PSS yaitu sebesar 84,53, hasil adsorpsinya sebesar 75,78. Sehubungan dengan penggunaan adsorben polimer tersulfonasi diatas, dalam penelitian ini peneliti akan melakukan adsorpsi terhadap karotenoida - Universitas Sumatera Utara karoten dari CPO menggunakan kalsium polistirena sulfonat yang memiliki derajat sulfonasi 27, bersifat kurang larut dalam air. Dapat dipahami bahwa sifat kurang larut dalam air ini akan menjadikan adsorben memiliki sifat yang lebih liofil atau lebih mudah berinterak si terhadap bahan organik seperti karotenoida - karoten, sehingga diharapkan tingkat adsorpsi karotenoida dari CPO dan tingkat desorpsi karotenoida dari adsorben lebih tinggi.

1.2. Permasalahan

Dokumen yang terkait

Peranan Kalsium Pada Adsorben Kalsium Polistirena Sulfonat dan Kalsium Stearat Terhadap Adsorpsi dan Desorpsi Tokoferol dan Tokotrienol dari Campuran Metil Ester Minyak Kemiri

8 106 69

Penggunaan Polistirena Sulfonat Sebagai Katalis Transesterifikasi Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas) Berkadar Asam Lemak Bebas Tinggi

1 48 60

Adsorpsi Β-Karoten Dari Bahan Yang Mengandung Karotenoida Dengan Menggunakan Adsorben Sintetis Kalsium Polistirena Sulfonat

0 41 55

Adsorpsi Karotenoida Dari Minyak Sawit Mentah (CPO) Menggunakan Kalsium Polistirena Sulfonat Berderajat Sulfonasi 27% dan Desorpsinya Dengan Etanol

0 1 15

Adsorpsi Karotenoida Dari Minyak Sawit Mentah (CPO) Menggunakan Kalsium Polistirena Sulfonat Berderajat Sulfonasi 27% dan Desorpsinya Dengan Etanol

0 1 2

Adsorpsi Karotenoida Dari Minyak Sawit Mentah (CPO) Menggunakan Kalsium Polistirena Sulfonat Berderajat Sulfonasi 27% dan Desorpsinya Dengan Etanol

0 1 6

Adsorpsi Karotenoida Dari Minyak Sawit Mentah (CPO) Menggunakan Kalsium Polistirena Sulfonat Berderajat Sulfonasi 27% dan Desorpsinya Dengan Etanol

0 1 15

Adsorpsi Karotenoida Dari Minyak Sawit Mentah (CPO) Menggunakan Kalsium Polistirena Sulfonat Berderajat Sulfonasi 27% dan Desorpsinya Dengan Etanol

0 1 4

Adsorpsi Karotenoida Dari Minyak Sawit Mentah (CPO) Menggunakan Kalsium Polistirena Sulfonat Berderajat Sulfonasi 27% dan Desorpsinya Dengan Etanol

0 2 2

Adsorpsi Dan Desorpsi Karotenoida Dari Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil Cpo) Menggunakan Adsorben Garam M-Amberlit Ir 120 Dan Garam M-Polistirena Sulfonat (M=Na, Mg, Ca, Sr Dan Ba)

1 2 24