butiran termasuk dalam rentang Single Domain SDsehingga harga koersifnya menjadi lebih besar.
Pada komposisi x = 0 artinya tanpa penambahan Fe menghasilkan nilai remanensi, Br = 2.10 kGauss, koersivitas H
CJ
dan H
CB
masing-masing sebesar 1,645 kOe dan 12,991 kOe, sedangkan energi produk maksimum BH
max
yang dihasilkan adalah sebesar 0.88 MGOe. Semakin banyak diberikan imbuhan Fe
pada barium heksaferit maka semakin rendah nilai remanensinya hingga 1,72 pada penambahan Fe sebanyak 20 berat. Dari hal ini maka diperoleh
penambahan Fe optimum terletak pada penambahan Fe sebanyak 1 berat yakni menghasilkan remanensi Br sebesar 2,25 kG e dan nilai koersivitasnya H
CJ
dan H
CB
berturut-turut adalah 1,821 kOe dan 3,479 kOe.
4.8 X-Ray Difractometer XRD
4.8.1 Analisis XRD Bahan Baku
Dilakukan pengujian dengan menggunakan X-Ray Diffractometer XRD pada bahan baku serbuk barium heksaferit BaFe
12
O
19
komersial Cina tanpa
miling
. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui struktur fasa dari serbuk Barium heksaferit BaFe
12
O
19
tersebut. Hasil uji XRD dapat dilihat pada Gambar 4.9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.10 a Pola XRD dari serbuk Barium Heksaferit BaFe
12
O
19
komersial cina tanpa
milling
b Pola XRD dari serbuk Fe
original
Berdasarkan pola XRD yang terdapat pada gambar 4.10 bagian a, hanya ada satu fasa pada serbuk tersebut yakni barium heksaferit BaFe
12
O
19
. Dari tabel
hanawalt
dengan
file number
43-0002, diperoleh bahwa serbuk yang telah dikalsinasi tersebut mempunyai struktur kristal
hexagonal
,
latticenya
primitif dengan
space group
P63mmc 194. Fasa BaFe
12
O
19
ini mempunyai parameter kisi a = b ≠ c dengan nilai a = 5,892 Å, c = 23,183 Å dan volume sel 696,406 Å3.
Tiga puncak tertinggi pada struktur BaFe
12
O
19
, masing-masing pada sudut 2
� sebesar 32.24, 34.16, dan 56.66. Terbentuknya fasa tunggal dari BaFe
12
O
19
sangat dipengaruhi komposisi dan suhu perlakuan, sesuai dengan teori. Pada pada gambar b yang juga memperlihatkan pola xrd bahan baku Fe
original
juga terdapat hanya satu fasa yang memiliki puncak yang tinggi yakni fasa Fe. Puncak
tertinggi terletak pada sudut 2 � sebesar 45,01 dan 60,17. Sementara itu sisanya
kebanyakan mengandung hematite karena Fe lebih sering berasosiasi dengan unsur logam laintetapi tidak memiliki puncak yang dominan Nurul, 2011.
Universitas Sumatera Utara
4.8.2 Analisa XRD Serbuk Barium Heksaferit
Dilakukan pengujian dengan menggunakan X-Ray Diffractometer XRD pada serbuk barium heksaferit BaFe
12
O
19
komersial Cina tanpa
miling
,
milling
20 jam, dan serbuk barium heksaferit dengan penambahan imbuhan Fe sebanyak 1 wt. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui struktur fasa dari serbuk barium
heksaferit BaFe
12
O
19
tersebut. Hasil uji XRD dapat dilihat pada Gambar 4.11
4.11 Pola XRD Serbuk BaFe
12
O
19
Original
,
Pelet BaFe
12
O
19
milling
20 jam dan Pelet BaFe
12
O
19
+ 1 wt Fe
Dari Gambar 4.11 diperoleh bahwa setelah
milling
20 jam dengan
wet milling
terbentuk fasa baru yaitu Fe
2
O
3
Hematit pada sudut 2 � yakni sebesar
56,62. sedangkan pada
milling
20 jam dengan penambahan Fe 1 wt pada BaFe
12
O
19
terbentuk fasa Fe
2
O
3
sebagai hematit dan Fe
3
O
4
sebagai magnetit. Masing-masing pada sudut 2
� sebesar 55,37 dan 76,85. Terbentuknya fasa baru disebabkan karena proses
milling
. Serbuk kemungkinan dalam bentuk amorf..
Amorphization merupakan hal yang paling sering terjadi pada mechanical
alloying pada proses mixing metalurgi serbuk Suryanarayana, 2001.
Universitas Sumatera Utara
4.8.3 Analisa XRD Pelet Barium Heksaferit BaFe
12
O
19
Dilakukan juga pengujian dengan menggunakan
X-Ray Diffractometer
XRD pada bahan barium heksaferit BaFe
12
O
19
komersial China tanpa
miling
dan bahan barium heksaferit dengan penambahan imbuhan Fe sebanyak 1 wt yang di
sinter
pada suhu terbaik yakni 1150 C. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui struktur fasa dari serbuk barium heksaferit BaFe
12
O
19
tersebut. Hasil uji XRD dapat dilihat pada Gambar 4.12
Gambar 4.12 Pola XRD Pelet BaFe
12
O
19
tanpa
milling
dan bahan BaFe
12
O
19
+ 1 wt Fe
Pada Gambar 4.19 ditunjukkan hasil analisa
X-Ray Diffraction
XRD dimana sebelumnya serbuk barium heksaferitsetelah
milling
selama 20 jam menunjukkan adanya fasa pengotor tetapi setelah proses
sintering
fasa pengotor sudah hilang. Hal ini disebabkan karena adanya proses rekristalisasi pada saat
proses
sintering
berlangsung. Pelet barium heksaferit tanpa
milling
memiliki
space group
P 63m m c 194 dengan Crystal system Hexagonal dan
cell parameter
a= 5.8650 Å c= 23.0990 Å sedangkan untuk pelet dengan penambahan Fe 1 wt
Universitas Sumatera Utara
memiliki
space group
P 63m m c 194 dengan
Crystal system Hexagonal
dan
cell parameter
a= 5.8890 Å c= 23.1820.
4.9 Analisa Morfologi Barium Heksaferit dengan SEM-EDX