yang dimasukkan terlalu besar yakni 10 wt dan 20 wt. Akibatnya partikel menjadi teraglomerasi menggumpal sehingga pengukuran dengan PSA
kemungkinan lebih banyak terbaca ukuran diameter partikel yag teraglomerasi atau menggumpal. Dari pengukuran dengan menggunakan PSA pada gambar 4.2
dapat disimpulkan bahwa penambahan Fe yang optimum hanya sampai 5 wt. lebih dari itu akan membuat serbuk teraglomerasi. Serbuk teraglomerasi karena Fe
memiliki daya tarik antar partikel yang tinggi.
4.2 Analisis
True Density
Serbuk Barium Heksaferit 4.2.1 Pengaruh waktu
milling
terhadap
true density
serbuk
Pengukuran
true density
dilakukan pada serbuk barium heksaferit tanpa penambahan imbuhan Fe yang di
milling
baik secara
wet milling
maupun
dry milling
selama 10, 20, dan 40 jam . Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lamanya waktu
milling
terhadap nilai
true density serbuk
. Adapun hasil pengukuran
true density
serbuk barium heksaferit tersebut diperlihatkan pada Gambar 4.3 .
Gambar 4.3 Hubungan waktu
milling
terhadap
true density
serbuk barium heksaferit
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 4.3 diperlihatkan bahwa semakin lama waktu
milling
maka nilai
true density
serbuk semakin besar. Akibat di
milling
, ukuran partikel serbuk menjadi semakin halus sehingga densitasnya semakin besar. Besarnya
true density
serbuk yang di
milling
basah
wet milling
relatif lebih tinggi daripada serbuk yang di
milling
kering
dry milling.
4.2.2 Pengaruh penambahan imbuhan Fe terhadap
true density
serbuk
Pengukuran
true density
dari serbuk barium heksaferit dengan imbuhan Fe 0, 1, 5, 10, 20 wt secara
wet milling
dengan menggunakan waktu
milling
optimum 20 jam diperlihatkan pada Gambar 4.4 dan nilai
true density
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2 mengenai
true density
Gambar 4.4 Hubungan penambahan imbuhan Fe 0, 1, 5, 10, 20 wt terhadap rata-rata
true density
serbuk barium heksaferit Berdasarkan Gambar 4.4 diperoleh bahwa semakin besar persentase Fe
yang ditambahkan maka semakin besar nilai
true density
serbuk. Hal ini dikarenakan Fe murni memiliki
true density
yang relatif tinggi berkisar 7,8 grcm
3
sedangkan
true density
serbuk Barium heksaferit berkisar 5,2 grcm
3
. Oleh sebab itu penambahan imbuhan Fe hingga 20 berat berdampak terhadap menigkatnya
nilai
true density
serbuk barium heksaferit
Universitas Sumatera Utara
4.3 Analisis Temperatur
Sintering
Barium Heksaferit
Temperatur
sintering
optimum dari barium heksaferit dapat diperoleh dengan menggunakan dilatometer. Grafik suhu
sinter
barium heksaferit optimum diperlihatkan pada Gambar 4.5
Gambar 4.5 Kurva temperatur
sintering
dan
skhrinkage
penyusutan dari barium heksaferit terhadap waktu
sintering
Dari Gambar 4.5 dan Lampiran 3 diperlihatkan proses
sintering
menggunakan alat dilatometer, penyusutan bahan atau
skhrinkage
terjadi pada interval suhu 1000-1270
C suhu
setting
maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa proses
sintering
bahan terjadi pada wilayah suhu tersebut. Semakin tinggi suhu
sintering
maka semakin tinggi penyusutan. Sementara itu lama penahanan juga mempengaruhi penyusutan. Lama penahanan pada bahan ini berkisar 60 menit
pada suhu 1270 C. Penahanan ini mencapai titik jenuh berkisar 10 menit.
Semakin tinggi suhu penahanan, kecepatan penyusutan semakin tinggi. Kecepatan penyusutan dimungkinkan mempengaruhi karakteristik fisik dari
produk hasil
sintering
,dimana distribusi
sinter
yang kurang merata dapat
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan tegangan dalam yang menjadi sumber keretakan. Suhu
sintering
dimungkinkan dapatmempengaruhi perubahan fasa dari material yang di
sinter
Agus Karto, 2013. Sementara berdasarkan penelitian mengenai
sintering
dari barium yang dilakukan H.Z. Wang
et al.
2011diperoleh suhu
sintering
optimum untuk memperoleh magnet barium heksaferit yang baik yaitu pada suhu
sinter
1000 C.
4.4
Bulk Density
Pengukuran
bulk density
bahan magnet berbasis barium heksaferit dengan imbuhan Fe 0, 1, 5, 10, 20 wt yang di
sinter
pada suhu 1100 C, 1150 dan
1200 C dimana masing-masing ditahan selama 1 jam dilakukan degan
menggunakan prinsip Archimedes ASTM C373-88-2006. Hasil pengukuran
bulk density
bahan barium heksaferit diperlihatkan pada Lampiran 4 dan Gambar 4.6
Gambar 4.6 Hubungan
Bulk density
terhadap suhu
sintering
dari bahan magnet BaFe
12
O
19
dengan Imbuhan Fe 0, 1, 5, 10 dan 20 berat
Dari Lampiran. 4 diperlihatkan bahwa nilai
bulk density
dari bahan magnet BaFe
12
O
19
dengan imbuhan Fe 0, 1, 5, 10 dan 20 berat adalah berkisar antara 4,46
– 4,89 gcm
3
. Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa suhu
Universitas Sumatera Utara
sintering
optimum berada pada 1150
o
C dimana
holding time
selama 1 jam dan dengan penambahan Fe sebanyak 1 wt. Menurut penelitian yang dilakukan
Tang Xin 2005 bahwa semakin tinggi temperatur
sintering
maka semakin tinggi nilai densitasnya sebelum mencapai kondisi deformasi pada material tersebut.
Pada dasarnya densitas dipengaruhi oleh proses kompaksi. Jika semakin tinggi gaya tekan atau kompaksi yang diberikan pada serbuk maka ikatan butiran
partikel bahan menjadi semakin kuat sehingga jarak antar partikel menjadi semakin rapat atau semakin kecil. Dengan butiran partikel yang semakin rapat
tersebut maka densitas bahan hasil kompaksi akan semakin besar, porositas semakin sedikit sehingga dapat meningkatkan sifat magnet.
Sedangkan penurunan nilai
bulk density
dapat disebabkan oleh perbesaran ukuran butir yang terjadi pada saat proses
sintering
dengan temperatur yang lebih tinggi yang mengakibatkan terjadi perbesaran rongga pada batas butir
grain.
4.5 Porositas