LATAR BELAKANG Prof. Drs.M. Syukur, MS

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Magnet permanen adalah salah satu jenis material maju dengan aplikasi yang sangat luas dan strategis yang perlu dikembangkan di Indonesia. Efisiensi energi yang tinggi seperti pada sistem generator listrik, penggerak listrikmotor listrik, otomatisasi industri dan lainnya sangat ditentukan oleh sifat dan kualitas material magnet tersebut. Pada sistem otomatisasi elektronik, otomatisasi industri dan sejenisnya juga memerlukan sejumlah magnet yang tidak sedikit dan membutuhkan spesifikasi sifat magnet tertentu untuk setiap komponennya. Kebutuhan magnet permanen dunia terus meningkat, Sampai saat ini produk magnet khususnya magnet permanen yang ada di Indonesia 100 masih di impor. Penguasaan teknologi produksi magnet permanen diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan, dengan mempertimbangkan belum adanya produsen magnet permanen lokal untuk memenuhi kebutuhan magnet permanen dalam negeri. Pemenuhan kebutuhan komponen magnet permanen sampai saat ini masih sangat bergantung dari produk impor seperti dari Jepang dan China Priyo Sardjono, 2012 Barium heksaferit dengan rumus kimia BaFe 12 O 19 telah diketahui sebagai magnet permanen dengan struktur heksagonal dengan space group P 63mmc. Sampai saat ini magnet permanen barium heksaferit masih dipergunakan secara luas di berbagai produk industri. Loop histerisis magnet permanen jenis ini memiliki koersivitas yang relatif tidak besar sehingga senyawa tersebut juga berpeluang yang cukup baik untuk aplikasi media penyimpan data magnetic recording dan magneto optic materials Priyo K, 2007. Perkembangan teknologi terakhir saat ini memungkinkan untuk diperoleh bahan barium heksaferit dengan ukuran kristalit yang sangat halus berukuran sekitar nanometer 10 -9 meter. Bahan barium heksaferit dengan ukuran kristalit Universitas Sumatera Utara yang sangat halus dapat diperoleh di antaranya melalui proses mechanical alloying Achmal Johan, 2010. Metode sintesa bahan barium heksaferit dengan teknik mechanical alloying adalah metode yang sudah biasa digunakan seperti halnya untuk bahan bahan keramik pada umumnya. Mengingat bahan barium heksaferit merupakan suatu senyawa oksida, maka proses mechanical alloying menjadi sederhana, media gas inert tidak dibutuhkan seperti biasanya digunakan untuk senyawa intermetalik. Apabila proses kristalisasi bahan barium heksaferit dapat terjadi pada temperatur rendah, maka diharapkan pertumbuhan kristalit yang besar dapat dihindari. Ukuran kristalit ini akan sangat berpengaruh terhadap sifat magnetik bahan. Nilai koersivitas magnet bahan cenderung meningkat seiring dengan ukuran kristalit atau partikel yang semakin halus nano crystalline effect yang berkaitan dengan anisotropi magnetokristalin seperti ditemui pada bahan magnet permanen berbasis tanah-jarang. Koersivitas magnet merupakan suatu besaran yang sangat penting, karena semakin tinggi harga koersivitas maka sifat magnetik bahan akan semakin sulit berubah akibat medan magnet luar. Bahan tipe M-heksaferit, MO 6 Fe 2 O 3 M=Ba, Pb, Sr telah dikenal mempunyai sifat magnet yang sangat baik sehingga banyak digunakan sebagai magnet permanen bagian komponen dari peralatan frekuensi tinggi atau sebagai media penyimpan data. Untuk media penyimpanan data, M- heksaferit yang digunakan mempunyai ukuran kristalit sangat halus, dalam skala nanometer. Untuk itu beberapa usaha telah dilakukan guna memperoleh bahan ini dalam sistem struktur nanokristalin. Berbagai usaha yang telah dilakukan untuk mendapatkan partikel halus M heksaferit diantaranya : metoda kopresipitasi kimia, metode kristalisasi glass, metoda sonochemical, sol-gel maupun metode high-energy milling . Masalah utama yang sering dihadapi dalam proses milling ini adalah terjadinya kerusakan struktur kristal crystallographic damage , serta adanya unsur pengotor impurity yang berasal dari wadah yang digunakan pada waktu proses milling . Salah satu usaha mendapatkan partikel dalam ukuran nanometer yang dipandang lebih praktis dibandingkan metode lain adalah dengan Universitas Sumatera Utara metode high energy milling HEM . HEM juga mempunyai prospek untuk dikembangkan dalam skala besar. Metode high energy milling HEM dengan menggunakan shacker mill merupakan salah satu cara untuk mendapatkan bahan barium heksaferit dengan ukuran butir yang sangat halus P.G Bercoff Bertorello 1998 telah mensintesis bahan magnet nanokristalin barium heksaferit dengan menggunakan high energy milling disertai dengan proses annealing pada 80 jam milling dan 1300 K suhu annealing . Hasilnya proses milling yang disertai proses annealing dapat memperbaiki sifat magnetik bahan barium heksaferit, meningkatnya nilai koersivitas intrinsik bahan hingga sekitar 1970 Oe. Ini menunjukkan bahwa kerusakan sistem fasa ataupun struktur kristal akibat proses milling tidak ada lagi. P.G. Bercoff pada tahun 1999 kembali menganalisa penambahan Fe pada Barium heksaferit dengan waktu milling yang berbeda yakni 60 jam dan 40 jam pada suhu annealing 1000 C dan sebatas kondisi serbuk. Dari penelitian ini diperoleh koersivitas magnet hingga 4400 kOe. Berdasarkan hal tersebut, maka akan dilakukan penelitian menggunakan Barium heksaferit pabrikasi China yang diberi imbuhan Fe dimana proses pencampurannya menggunakan High Energy Milling HEM . Untuk melihat pengaruhnya terhadap sifat fisis mikrostruktur, densitas, porositas dan sifat magnetik magnet Fluks density dan kurva histerisis, maka bahan tersebut perlu dikarakterisasi dan dianalisa lebih lanjut sampai kondisi pelet.

1.2 Perumusan Masalah