2. Masa remaja remaja madya
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut
merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut
masa merindu puja mendewa-dewakan, yaitu sebagai gejala remaja. Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup ini dapat dipandang
sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilai-nilai kehidupan ini antara lain : a.
Karena tiadanya pedoman, si remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan
sering kali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya.
b. Objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadi-pribadi yang dipandang
mendukung nilai-nilai tertentu jadi personifikasi nilai-nilai. Pada anak laki-laki sering aktif meniru, adapun anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi dan memujanya
dalam khayalan. 3.
Masa remaja akhir Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah
masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa.
2.2.7. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Universitas Sumatera Utara
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu ialah masa fase remaja.Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan
merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman Riva, 1996.
Masa remaja ditandai dengan : 1.
Berkembangnya sikap dependen kepada orang tua kea rah independen. 2.
Minat seksualitas. 3.
Kecenderungan untuk merenung atau memerhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu- isu moral.
William Kay, mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut : 1.
Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya. 2.
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.
3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan
teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok. 4.
Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya. 5.
Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri. 6.
Memperkuat self-control kemampuan mengendalikan diri atas dasar skala nilai, prinsip- prinsip, atau falsafah hidup.
7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri sikapperilaku kekanak-kanakan.
Dalam membahas tujuan tugas perkembangan remaja, Pikunas 1976 mengemukakan pendapat Luella Cole yang mengklarifikasikannya ke dalam sembilan kategori, yaitu :
1. Kematangan emosional
Universitas Sumatera Utara
2. Pemantapan minat-minat hetero seksual
3. Kematangan sosial
4. Emansipasi dari control keluarga
5. Kematangan intelektual
6. Memilih pekerjaan
7. Menggunakan waktu senggang secara tepat
8. Memiliki filsafat hidup
9. Identitas diri
2.2.8. Kenakalan Remaja Sebagai Perilaku Menyimpang dari Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Beberapa ahli mengatakan :
a Kartini Kartono 1988 : 93 mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak
cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu
kelainan dan disebut “kenakalan”. b
Dalam Bakolak inpres no: 6 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma
sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat. c
Singgih D. Gunarso 1988 : 19, mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : 1
kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; 2 kenakalan
Universitas Sumatera Utara
yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang
dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S 1985 membagi kenakalan remaja kedalam tiga
tingkatan ; 1.
Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit .
2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil
tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin. 3.
Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pergaulan bebas, pemerkosaan, dan lain-lain. Kategori di atas yang dijadikan ukuran
kenakalan remaja dalam penelitian. Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan
dalam pemikiran Emile Durkheim dalam Soekanto, 1985 : 73. dalam bukunya “Rules of Sociological Method
” bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap melanggar fakta sosial yang normal dan dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah
normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku
tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakaljahat yaitu
perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu akan kolektivitas, seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai kegiatan- kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu
yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat.Penampilan dianggap efektif diantarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan
tugas-tugasnya, menurut Achlis, 1992 keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi sosial tertentu
berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinya mencapai kebutuhan hidupnya.
Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan kesinambungan, serta adaptasi resiprokal antara keluarga dengan anggotanya, dengan lingkungannya, dan dengan
tetangganya, dan lain-lain.Kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan
fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya.
2.3. Perilaku Menyimpang