Duma Rantna Sari Nasution : Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009, 2010.
dengan pendapat Wiryo 2003 yakni, terdapat kaitan yang erat antara status gizi dengan konsumsi makanan.
5.2.4. Riwayat ASI eksklusif
Pemberian ASI ekslusif didapati pada 80 sampel, sisanya, 10 tidak diberi ASI sama sekali dan hanya diberi susu kaleng,
sedangkan 10 lagi diberikan ASI hanya sampai usia 2 bulan. Jadi, hal ini tidak sesuai dengan anjuran Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2006 agar senantiasa memberi ASI ekslusif pada bayi hingga usia 6 bulan. Pada penelitian ini, ibu tidak
memberi ASI ekslusif dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang kebaikan ASI eksklusif, namun ibu tersebut malah
memberikan susu kaleng dan multivitamin pada anaknya. Penyebab yang lain dapat dikarenakan ibu terlalu sibuk mengurus
anak-anak yang lain, dan ibu sedang hamil.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa proporsi status gizi baik tidak secara utama disebabkan oleh riwayat pemberian ASI
eksklusif , karena ada balita yang status gizinya baik dengan riwayat ASI ekskusif nihil, dan adapula balita yang status gizinya
kurang walaupun diberikan ASI eksklusif tabel 5.19. Hal ini dapat disebabkan faktor yang lebih dominan menimbulkan gizi
kurang pada sampel adalah kelengkapan imunisasi dan kepandaian ibu dalam mengatur pola makan anaknya.
5.2.5. Riwayat bayi berat lahir rendah BBLR
Bayi berat lahir rendah BBLR adalah bayi dengan berat kurang dari 2500 gram dan lebih dari 1500 gram Depkes RI, 2008.
Riwayat BBLR ditemui sebanyak 20 . Keadaan BBLR pada kedua sampel ini memang dapat dimaklumi, karena keduanya
lahir kembar dizigotik Wiknjosastro, 2006. Sedangkan faktor
Duma Rantna Sari Nasution : Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009, 2010.
BBLR sebagai penyebab keadaan gizi kurang tidak begitu dominan pada populasi ini, karena 80 balita gizi kurang ini
memiliki berat lahir normal dengan rata-rata dari 10 balita adalah 2690 gram IK 95, 455,7. Hal ini berbeda dengan teori yang
diungkapkan para peneliti sebelumnya, bahwa telah jelas bahwa mereka yang lahir dari status ekonomi rendah biasanya
menghasilkan bayi prematur atau bayi BBLR yang mempunyai berat badan 300-400 gram lebih rendah dari bayi-bayi yang
dilahirkan dari ibu yang cukup ekonominya Wiryo, 2002. Penyebab ketidaksesuaian ini bisa dikarenakan keadaan gizi
kurang muncul karena pola makan yang salah atau anak mengalami sakit sehingga mempengaruhi berat badannya dan
seterusnya tidak diberikan nutrisi yang adekuat.
5.2.6. Balita gizi kurang dan riwayat imunisasi
Seperti yang dibahas sebelumnya, menurut Notoatmodjo 2003, adanya riwayat imunisasi yang tidak lengkap dan disertai faktor-
faktor lingkungan mempermudah terjadinya penyakit infeksi pada anak-anak gizi kurang tersebut. Dari wawancara dengan orang
tua, ternyata, anak-anak yang tetap berstatus gizi kurang tersebutlah yang riwayat imunisasinya tidak lengkap dan orang
tuanya mengeluhkan bahwa anaknya sering mengalami diare walaupun durasinya kurang dari 2 minggu dan pada saat
dilakukan pengukuran tampak seorang sampel sedang menderita varisela.
5.2.7. Balita gizi kurang dan keadaan ekonomi
Suatu penyakit timbul akibat beroperasinya berbagai faktor sehingga dikenal dengan penyebab majemuk multiple causation
of disease Notoatmodjo, 2003. Dari penelitian ini, menetapnya
Duma Rantna Sari Nasution : Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009, 2010.
status gizi kurang pada ketiga anak balita tersebut dapat saja tidak luput dari keadaan sosial mereka yang lebih berat.
5.2.8. Balita gizi kurang dan lamanya diare yang biasa dialami