Makanan balita yang biasa dimakan sehari-hari Riwayat ASI eksklusif

Duma Rantna Sari Nasution : Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009, 2010. kurang di Puskesmas Mandala lebih berhasil. Secara spesifik, faktor yang membedakan dua penelitian ini adalah status gizi awal peserta PMT dan lamanya PMT. Penelitian Sihadi dkk diikuti oleh peserta dengan keadaan gizi awal buruk dan lama durasinya ialah 6 bulan. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, PMT untuk anak gizi kurang dilaksanakan selama 90 hari Dinkes Sumut, 2000. Adapun penelitian Linda 2000 hanya dilakukan pada baduta dan sayangnya tidak disebutkan apa jenis PMTnya. Sedangkan penelitian Muljati 2000 meggunakan susu skim 20 gram per hari selama 3 bulan. Hasil yang diperoleh adalah 80,8 balita gizi kurang menjadi balita gizi baik. Sementara pada penelitian ini, perubahan yang diperoleh adalah 70 balita gizi kurang menjadi gizi baik, sedangkan 30 tetap gizi kurang. Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Menurut WHO 1999 dalam Arisman 2007, riwayat imunisasi, riwayat bayi berat lahir rendah BBLR, riwayat ASI ekslusif, dan diet yang lazim dapat mempengaruhi keadaan gizi kurang, seperti yang akan dijelaskan selanjutnya.

5.2.3. Makanan balita yang biasa dimakan sehari-hari

Dari tabel 5.13 tampak bahwa tidak satupun diet sehari-hari yang memenuhi pola empat sehat lima sempurna. Pola makan yang paling lengkap hanya dicapai oleh 40 sampel. Hal ini dapat dimaklumi, status ekonomi yang kurang memadai dapat mempengaruhi status gizi anak Sukati, 2000. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat kesetimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan mental orang tersebut. Jadi, secara umum keadaan status gizi yang ditunjukkan sesuai Duma Rantna Sari Nasution : Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009, 2010. dengan pendapat Wiryo 2003 yakni, terdapat kaitan yang erat antara status gizi dengan konsumsi makanan.

5.2.4. Riwayat ASI eksklusif

Pemberian ASI ekslusif didapati pada 80 sampel, sisanya, 10 tidak diberi ASI sama sekali dan hanya diberi susu kaleng, sedangkan 10 lagi diberikan ASI hanya sampai usia 2 bulan. Jadi, hal ini tidak sesuai dengan anjuran Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006 agar senantiasa memberi ASI ekslusif pada bayi hingga usia 6 bulan. Pada penelitian ini, ibu tidak memberi ASI ekslusif dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang kebaikan ASI eksklusif, namun ibu tersebut malah memberikan susu kaleng dan multivitamin pada anaknya. Penyebab yang lain dapat dikarenakan ibu terlalu sibuk mengurus anak-anak yang lain, dan ibu sedang hamil. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa proporsi status gizi baik tidak secara utama disebabkan oleh riwayat pemberian ASI eksklusif , karena ada balita yang status gizinya baik dengan riwayat ASI ekskusif nihil, dan adapula balita yang status gizinya kurang walaupun diberikan ASI eksklusif tabel 5.19. Hal ini dapat disebabkan faktor yang lebih dominan menimbulkan gizi kurang pada sampel adalah kelengkapan imunisasi dan kepandaian ibu dalam mengatur pola makan anaknya.

5.2.5. Riwayat bayi berat lahir rendah BBLR