Duma Rantna Sari Nasution : Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009, 2010.
a. Mengidentifikasi individu yang membutuhkan dukungan
nutrisi yang cukup. b. Mempertahankan status gizi seseorang.
c. Mengidentifikasi penatalaksanaan medis yang sesuai. d. Memonitor efektivitas intervensi yang telah dilakukan tersebut.
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, Peneliti akan melakukan penilaian status gizi anak balita gizi kurang yang telah diberi
intervensi berupa pemberian makanan tambahan.
3. Metode dalam Penilaian Status Gizi
Metode dalam penilaian status gizi dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu secara langsung, tidak langsung, dan dengan melihat variabel
ekologi. Penilaian status gizi secara langsung terdiri dari tes laboratorium, pemeriksaan tanda-tanda klinis, pemeriksaaan
biofisika dan pengukuran antropometri. Adapun penilaian status gizi secara tak langsung misalnya dengan menggunakan informasi angka
kematian pada umur tertentu, ataupun angka penyebab kesakitan dan kematian. Sedangkan pada penilaian variabel ekologi, dilakukan
pengumpulan data lapangan misalnya 24-hour food recall Hartriyanti dan Triyanti, 2007.
Adapun metode yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah dengan pengukuran antropometri dan pemeriksaan tanda-tanda
klinis.
2.1.3. Klasifikasi Status Gizi Dalam menentukan status gizi harus ada ukuran baku reference.
Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah Baku World Health Organization-National Centre for Health Stastics
WHO-NCHS. Terakhir, berdasarkan Temu Pakar Gizi di Bogor tanggal 19-21 Januari dan di Semarang tanggal 24-26 Mei 2000,
Duma Rantna Sari Nasution : Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009, 2010.
merekomendasikan baku WHO-NCHS untuk digunakan sebagai baku antropometri di Indonesia Depkes RI, 2000 dalam Arisman, 2004.
Menurut WHO, data berat dan tinggi badan yang dikumpulkan oleh United States - National Centre for Health Stastics merupakan pilihan
terbaik baku rujukan Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2002.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia membuat rujukan penilaian status gizi anak balita yang terpisah antara anak laki-laki dan
perempuan. Hal ini sesuai dengan yang telah disampaikan di atas. Kriteria jenis kelamin inilah yang membedakan baku WHO-NCHS
dengan Baku Harvard yang sebelumnya digunakan. Adapun baku WHO 2005 belum digunakan di Indonesia sebagai rujukan pengganti
baku WHO-NCHS Sudiman, 2006.
Penggolongan status gizi pada tabel indeks berat badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan didasarkan kepada deviasi
standar DS. Dari indeks berat badan menurut umur BBU, status gizi dapat digolongkan menjadi empat kelas yaitu gizi buruk BBU
-3 DS, gizi kurang - 3 DS BBU -2 DS, gizi baik -2 DS BBU +2 DS, dan gizi lebih BBU +2 DS.
Status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan BBTB juga dibagi menjadi empat kelas, yaitu kurus sekali BBTB
-3 DS, kurus - 3 DS BBTB -2 DS, normal 2 DS BBTB+2 DS, dan gemuk BBTB +2 DS.
Untuk melakukan pengawasan pertumbuhan anak, dapat didahului dengan pengisian Kartu Menuju Sehat KMS Balita. Bila pada KMS
tersebut didapati BBU -3 deviasi standar DS ataupun 60 median NCHS atau di bawah garis merah, maka ditentukan status
gizinya melalui indeks BBTB. Jika BBTB -3 DS 70 median
Duma Rantna Sari Nasution : Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009, 2010.
NCHS, ditambah dengan tanda klinis yang sesuai, maka status gizi anak tersebut adalah buruk.
Berikut ini akan disajikan Tabel 2.1. tentang cara penentuan status gizi anak dan Lampiran 8- Lampiran 11 tentang baku rujukan penentuan
status gizi anak menurut BBU dan BBTB. Tabel 2.1. Penentuan status gizi anak
Status Gizi Klinis
Antropometri BBTB-PB
Gizi Buruk Tampak sangat kurus dan atau
edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.
-3 DS
Gizi Kurang Tampak Kurus
≥ -3 DS - -2 DS
Gizi Baik Tampak Sehat
-2 DS - + 2 DS
Gizi Lebih Tampak Gemuk
+2 DS Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2007. Buku Bagan
Tata Laksana Anak Gizi Buruk I, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Hlm.2. BBTB-PB=Berat badan menurut tinggi panjang badan
2.2. Antropometri 2.2.1. Definisi Antropometri
Antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi dan komposisi tubuh Hartriyanti dan Triyanti, 2007. Ada dua hal yang terkandung
di dalam antropometri yaitu perolehan pengukuran fisik dan hubungannya dengan standar yang menyatakan tumbuh kembang
individu tersebut Hammond, 2004. Evaluasi adanya gizi lebih ataupun kurang serta untuk memonitor efek dari intervensi gizi dapat
dilakukan melalui pengukuran antropometri.