Tengku Raja Wan Datuk dan Aja Orang Kaya dan Encik

Penghulu agar dibimbing karena menurut dia Datuk Penghululah yang mampu membimbingnya. Sang istri menurut keinginan suaminya. Hal : 18 Dari cerita di atas tampaklah jelas bahwa gelar Datuk yang di dapat oleh Datuk Penghulu adalah dari kelahirannya. Lalu gelar itu turun pada keturunannya anaknya. Dalam masyarakat Melayu merupakan suatu tanda bukti tentang keturunannya, hal ini untuk membedakan gelar yang diperoleh karena kedudukan dan kehormatan. Artinya gelar yang dimaksud adalah secara otomatis akan diperoleh hak memakainya sebaik seorang anak lain tanpa melalui upacara adat atau memotong qurban. Dalam adat istiadat Melayu. Pada mulanya gelar kebangsawanan dalam masyarakat Melayu telah diatur dalam buku mengenai “Adat Raja-Raja Melayu” edisi Sudjiman 1982. Setelah proses Islamisasi abad XIII gelar kebangsawanan dalam buku tersebut mengalami perubahan. Sampai saat ini gelar kebangsawanan dalam masyarakat Melayu disesuaikan dengan perubahan yang ada dan didasari atas keturunan, dengan panggilan urutan masing-masing menurut martabatnya yaitu : 1. Tengku 2. Raja 3. Wan 4. Datuk dan Aja 5. Orang Kaya dan Encik

1. Tengku

Adapun yang berhak yang memakai gelar ini adalah turunan putera-puteri Sultan dan keturunan dari ayahnya yang memakai gelar Tengku walaupun Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008 ibunya bukan Tengku. Dalam masyarakat Melayu, gelar ini dianggap menjadi suatu hak kebangsawanan yang di teruskan oleh keturunan ayahnya atau pihak laki-laki.

2. Raja

Gelar Raja dalam kebangsawanan Melayu tidak sama dengan gelar Raja kebangsawanan lain. Gelar ini diberikan kepada anak laki-laki dari hasil perkawinan seorang wanita yang bergelar Tengku dengan pria keturunan bangsawan luar.

3. Wan

Gelar Wan dalam masyarakat Melayu terbentuk karena, apabila seorang wanitaTengku anak Sultan kawin dengan seorang yang bukan Tengku Datuk, Orang Kaya atau dengan rakyat biasa, maka anaknya memakai gelar Wan. Untuk itu anak turunan mereka yang laki-laki tetap memakai gelar ini, sedangkan anak yang perempuan tergantung pada siapa ia menikah. Jika suami lebih rendah dari istrinya maka gelar tersebut bagi anak mereka akan hilang.

4. Datuk dan Aja

Gelar ini diberikan kepada mereka yang mempunyai otonomi wilayah pemerintahan yang terbatas oleh dua sungai. Karena batas-batas daerah dahulu umumnya sungai, baik itu batas kedatukan, kejeruan, dan lain-lain. Datuk yang berkedudukan seperti ini dinamakan dengan Datuk asal. Anak laki-lakinya diberi gelar ini dan anak perempuannya memakai gelar Aja. Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008

5. Orang Kaya dan Encik

Pada zaman dahulu oleh Sultan Raja ada juga yang diberikan pangkat Datuk bukan Datuk Asal pada seseorang oleh karena ada beberapa sebab. Secara turun-temurun anak laki-laki dari Datuk seperti ini berhak memakai gelar Orang Kaya, sedangkan anak perempuannya tidak ada gelarnya. Untuk mereka hanyalah panggilan kesopanan yaitu Encik atau biasa disingkat dengan Cek. Jikalau ada penyalahgunaan penempatan gelar pada masyarakat Melayu, tidaklah diawasi secara ketat. Hal tersebut dimaksudkan untuk menuntut kesadaran masyarakat, namun semasih adat terbentang, gelar-gelar yang ada dianggap penting. Seperti yang berkaitan pada urusan dengan pemberian hak kepada seseorang, peraturan kerajaan, ataupun dalam urusan perkawinan. Hal ini berguna untuk menghindari perselisihan antar setaraf. Seiring perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan, masalah penggolongan tersebut tidak membawa pengaruh yang cukup serius bagi keadaan sosial masyarakat. Disamping itu tidak menimbulkan kontradiksi antara golongan bangsawan dan orang kebanyakan. Karena secara umum masyarakat Melayu menyadari masalah penting lainnya yaitu adat dan budaya yang masih harus tetap dihayati dan dijadikan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat.

3.3 Pribadi dan Masyarakat