Objek Penelitian Sosiologi dan Sastra

1.6 Orisinalitas Penelitian Penelitian terhadap cerita rakyat Si Buyung Besar ini telah dilakukan oleh Rosmawati R dan kawan-kawan, pada tahun 1990, dengan judul Struktur Sastra Lisan Melayu Serdang . Namun kajian yang dilakukan oleh Rosmawati R dkk., hanya menyangkut deskripsi fungsi dan kedudukan cerita rakyat tanpa menganalisis cerita rakyat Si Buyung Besar, baik dengan pendekatan sastra maupun dengan pendekatan sosiologis sastra Oleh karena itu, penulis beranggapan bahwa kajian yang penulis kerjakan terhadap cerita rakyat Si Buyung Besar merupakan karya ilmiah yang masih asli orisinal dan belum pernah dikaji oleh peneliti manapun. Adapun kajian yang penulis fokuskan adalah nilai-nilai sosiologis yang terkandung di dalam cerita Si Buyung Besar.

1.7 Objek Penelitian

Naskah yang menjadi objek penelitian penulis adalah kumpulan cerita yang diteliti oleh Rosmawati R dan kawan-kawan pada tahun 1990 dengan data sebagai berikut : a. Judul Buku : Struktur Sastra Lisan Melayu Serdang b. Penulis : Rosmawati R, Anni Krisna Srg, Ahmad Samin Srg, dan Zainal Abidin. c. Cover Depan : Gambar Ornamen MelayuWarna Orange d. Cover Belakang : Gambar Ornamen MelayuWarna Orange e. Tebal Halaman : 122 halaman f. Ukuran : 12 x 17,5 cm g. Tahun Terbit : 1990 Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008 h. Penerbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

1.8 Sosiologi dan Sastra

Membicarakan sosiologi dan sastra adalah membicarakan sampai di mana hubungan antara sosiologi dan sastra. Dan membicarakan hasil sastra yang relevan bagi seseorang. Sastra begitu dekat dengan kehidupan manusia. Sastra tercipta untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan manusia dalam suatu masyarakat. Sebagai sesuatu yang perlu dinikmati karya sastra harus mengandung keindahan yang berasal dari keoriginalitasan sehingga dapat memenuhi dan memuaskan kehausan estetis masyarakat penikmatnya. Sebagai sesuatu yang perlu dipahami, karya sastra memendam kompleksitas yang hanya dapat dimengerti dengan usaha yang sungguh-sungguh dan teliti oleh masyarakat pembacanya. Dengan demikian, untuk mengungkapkan kandungan karya sastra dibutuhkan kepekaan luar biasa. Sebagai sesuatu perlu dimanfaatkan, karya sastra mengandung nilai berharga yang dapat dipergunakan untuk kesejahteraan manusia. Banyak kenyataan sosial yang dihadapi manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Kenyataan sosial itu dapat berupa tantangan untuk mempertahankan hidup, kebahagian dalam situasi keberhasilan, frustasi dalam situasi kegagalan, kesedihan dalam suasana kemalangan, dan lain sebagainya. Kenyataan sosial tersebut muncul sebagai akibat hubungan antar manusia, hubungan antar masyarakat dan hubungan antar peristiwa dalam batin seseorang. Hal di atas senada dengan apa yang disampaikan Damono 1984 : 4-5 bahwa, Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008 ”Kenyataan sosial tersebut mendapatkan perhatian sang pengarang, baik karena dia menyaksikan maupun karena dia mengalaminya sendiri. Dengan demikian, sastra, melalui ramuan pengarang, mereflesikan gambaran kehidupan. Namun, tujuan utama sang pengarang bukanlah hanya menampilkan kenyataan sosial atau gambaran kehidupan, melainkan dia hendak menjadikan sastra sebagai resep kehidupan yang mampu menangkal penyakit dan manjur sebagai obat penyembuh. Sastra menjadi peralatan kehidupan manusia. Sastra dengan demikian berperan sebagai : 1. Pelipur lara, 2. Ungkapan kekesalan, 3. Kritik sosial, 4. Nasihat, 5.Teguran, 6. Pemasyarakatan manusia yang menderita”. Secara sosiologi, sastra adalah strategi sikap untuk menghadapi situasi yang dialami manusia demi mengembangkan kemasyarakatan. Situasi yang dialami manusia itu sendiri sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, pengarang merupakan ahli strategi. Pengarang harus mampu menilai sesuatu dengan tepat dan teliti. Pengarang tidak akan dapat mengetahui dan mengantisipasi masa dengan sesuatu yang tepat, apa yang akan memberikan harapan dan apa yang akan menyuguhkan ancaman, apabila ia tidak mengetahui keadaan sesuatu dengan jelas. Dengan demikian, seorang ahli strategi yang bijaksana tidak akan puas dengan strategi yang hanya memuaskan dirinya sendiri. Pengarang akan waspada terhadap ancaman atau bahaya yang sewaktu-waktu dapat menghadang. Dari uraian di atas dapat dilihat tiga aspek yang saling berhubungan yaitu hubungan antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Hubungan itu bersifat sosial dan tertuang dalam suatu karya sastra sebagai sarana penghubung antar sastrawan dan masyarakat pembaca. Dengan demikian, pembicaraan ini bersifat sosiologis yang disebut sosiologi sastra. Dalam pembicaraan ini terdapat dua istilah ilmu yang perlu dijelaskan untuk memberikan pengertian yang lebih dalam yaitu istilah sosiologi dan sastra. Sosiologi Soekanto, 1989 : 15-16, mengatakan : Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008 ”Suatu telaah atau studi yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial misalnya antara gejala ekonomi dengan agama ; keluarga dengan moral ; hukum dengan ekonomi ;gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya, mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala nonsosial misalnya gejala geografis, geologis, dan sebagainya, dan mempelajari ciri-ciri umum semua jenis-jenis gejala sosial”. Apabila kita berbicara tentang gejala sosial maka perhatian kita tertuju pada hubungan manusia dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat dengan lingkungannya, baik yang bersifat sosial budaya maupun tidak. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan yang lain-lain, kita mendapat gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mekanisme kemasyarakatannya, serta proses pembudayaannya. Sastra Damono, 1984 : 7, mengatakan : ”Sebagaimana halnya sosiologi seperti yang disebutkan di atas, berurusan dengan manusia dengan masyarakat : usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dalam hal isi, sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi hasil atau masalah yang sama”. Sosiologi sastra juga mempunyai cakupan yang cukup luas sebagaimana halnya dengan cakupan sastra seperti yang diuraikan di atas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sosiologi sastra adalah studi sosiologis terhadap karya sastra yang membicarakan hubungan dan pengaruh timbal balik antara sastrawan, sasta, dan masyarakat masyarakat pembaca dan kenyataan nilai-nilai sosiologis dalam masyarakat yang dirujuk karya sastra tersebut, dengan menitik beratkan pada realitas dan gejala nilai-nilai sosiologis yang ada di antara ketiganya. Dengan batasan seperti itu tampaklah kecenderungan ke arah penyelidikan atau relasi antara kenyataan yang hidup dalam masyarakat yang dirujuk karya sastra tersebut serta sikap budaya dan kreativitas pengarang sebagai seorang anggota masyarakat. Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008 Danandjaya 1999 : 414 dalam bukunya yang berjudul Memilih Hasil Sastra Yang Relevan Bagi Seorang Sosiologi, mengatakan : “Berbagai alasan dapat mendorong seseorang untuk menganalisis keadaan sosial suatu masyarakat melalui karya sosial suatu masyarakat melalui karya sosial suatu masyarakat melalui karya sastra. Misalnya dengan membaca karangan Ranggawarsito maka ia dapat menemukan suatu khazanah nasehat-nasehat bijaksana mengenai sikap dan perilaku seseorang dalam masyarakat. Bahkan untuk karya sastra yang semacam itu, sangat relevan untuk mengerti kode etika dan harapan-harapan yang berlaku di dalam masyarakat”. Untuk mengetahui sikap dan perilaku seseorang di dalam suatu masyarakat tertentu, apabila di daerah yang belum dikenal seseorang, maka seseorang itu dapat membaca atau menganalisis karya sastra. Sebab, karya sastra akan membicarakan suatu gambaran tentang sikap perilaku masyarakat yang berlaku di daerah tersebut. Dengan demikian, karya sastra melukiskan sikap dan perilaku suatu masyarakat pada zamannya. Atau dengan kata lain, karya sastra merupakan pencerminan masyarakat pada zamannya. Pencerminan suatu masyarakat yang dimaksud seperti yang diungkapkan Semi 1984 : 55, “Kesusasteraan mencerminkan sistem sosial yang ada dalam masyarakat, sistem kekerabatan, sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem kepercayaan yang terdapat dalam masyarakat yang bersangkutan. Karena itu, karya sastra hanyalah merupakan cerminan dari pengarang semata kalaupun pengarang menggambarkan suatu keadaan umum masyarakat dalam karya sastranya, maka gambaran itu hanyalah karena telah menjadi persoalan pribadinya sendiri”. Sastra sebagai ungkapan pribadi pengarang, juga dikemukakan Sumardjo1986 : 3 yakni, ”Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang barupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan yang dapat membangkitkan gairah pembaca melalui bahasa”. Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008 Bedasarkan kedua pendapat yang berbeda tersebut, penulis berada di antaranya. Artinya, dari satu sisi, benar bahwa karya sastra merupakan karya individual pengarang dan karena itu tidak harus mencerminkan keadaan suatu masyarakat pada zamannya. Kalau pun karya sastra melukiskan keadaan suatu masyarakat, hal itu hanyalah karena telah terjadi persoalan pribadi pengarang. Akan tetapi, dari sisi lain, benar bahwa karya sastra merupakan pencerminan suatu masyarakat pada zamannya.

1.8.1 Sosiologi Sebagai Pendekatan Sastra

Berbagai cara dapat dilakukan untuk mendekati sebuah karya sastra, misalnya melalui apresiasi. Apresiasi adalah penghargaan dan pemahaman atas hasil seni atau budaya. Natawijaya 1980 : 3 membuat tingkat apresiasi dalam sosiologi sebagai pendekatan sastra. Tingkat apresiasi sastra itu di bagi ada lima yaitu : ”Tingkat penikmatan, tingkat penghargaan, tingkat pemahaman, tingkat penghayatan, dan tingkat implikasi. Tingkat penikmatan dan tingkat penghargaan berdasarkan tingkat operasionalnya masih bersifat monoton atau merasa senang serta bersifat pemilikan atau merasa kagum. Sedangkan tingkat pemahaman, tingkat penghayatan dan tingkat implikasi berdasarkan tindakan operasionalnya telah bersifat studi dan meyakini akan karya sastra yang diapresiasi. Selain itu, pendekatan sastra dapat juga dilakukan melalui kritik. Kritik adalah upaya menentukan nilai hakiki pada sastra dalam bentuk memberi pujian, mengatakan kesalahan, memberikan pertimbangan melalui pemahaman dan penafsiran yang tepat”. Di samping tingkat apresiasi, ada pula cara lain yang dilakukan dalam upaya mendekati sebuah karya sastra. Sebagaimana yang telah penulis katakan bahwa karya sastra terbagi dua yakni berdasarkan bentuk dan berdasarkan isi. Maka cara yang lain penulis maksud adalah berdasar isi karya sastra, yang misalnya mengandung nilai agama psikologi, filsapat, dan lain-lain. Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008 Meskipun bentuk pendekatan melalui salah satu tingakat apresiasi atau melalui satu jenis kritik, akan tetapi terkandung pendekatan tetap mengutamakan isi karya sastra tersebut. Artinya, mendekati karya sastra itu melalui isi yang dalam hal ini adalah sosiologi. Hanya yang menjadi masalah sekarang, apakah sosiologi dapat mendekati sastra atau sebaliknya sastra bagaimana hubungan keduanya. Salleh 1980 : 64, juga mengatakan bahwa : ”Seorang sosiolog dan sastrawan bahwa sosiologi menerima sumbangan dari sastra dan begitu pula sastra menerima sumbangan dari sosiologi. Hemat penulis, sumbangan yang dimaksud itu adalah : sumbangan sosiologi pada sastra yakni masalah-masalah sosiologi dapat dijadikan sebagai saran pengembangan sosiologi kepada karya sastra, yakni masalah-masalah sosiologi dapat dijadikan sebagai sarana sosiologi”. Dengan demikian, jelaslah sosiologi dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan sastra, sebab antar sosiologi dan sastra saling menguntungkan. Hanya perlu disadari bahwa karya sastra bukanlah merupakan cermin yang mendahului pikiran masyarakat zamannya, melainkan karya sastra hanyalah cerminan masyarakat zamannya.

1.8.2 Landasan Teori yang digunakan

Penulis membahas penelitian ini berdasarkan teori struktur dari segi intrinsik dan teori sosiologi sastra yang sesuai sehingga tidak menyimpang dari apa yang diharapkan. Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori yang diperlukan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis. Teori yang digunakan dalam pembahasan yaitu teori struktur dari segi Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008 intrinsik yakni menjelaskan sinopsis, tema, alur, latar, dan watak dalam cerita rakyat Si Buyung Besar dan teori sosiologi sastra dalam buku karangan Sapardi Djoko Damono. Hal di atas didukung oleh pernyataan Abrams Damono, 1981 : 178 mengatakan : ”Sosiologi sastra diaplikasikan pada tulisan-tulisan para kritikus sejarawan sastra yang menaruh perhatian utama pada cara atau keadaan seseorang pengarang dipengaruhi kelas sosialnya, ideologi sosialnya, kondisi ekonominya, profesinya, dan pembaca”. Waren dalam Damono, 1999 : 84 mengklasifikasikan sosiologi sastra menjadi : Pertama, sosiologi pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra. Kedua, sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra- sastra itu sendiri, yang menjadi pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Ketiga, sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra. Ian Watt dalam Damono, 1999 : 3-4 melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Oleh sebab itu, telaah sosiologi suatu karya sastra akan mencakup tiga hal, yaitu : Pertama, konteks sosial pengarang yaitu menyangkut posisi sosial masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca termasuk di dalamnya faktor sosial yang mempengaruhi pengarang sebagai perseorangan disamping mempengaruhi isi karya sastranya. Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat yaitu sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat. Ketiga , fungsi sosial sastra yaitu sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, serta sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus sebagai pendidikan bagi masyarakat pembaca. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan unsur intrinsik sebagai landasan teori dalam menganalisis cerita rakyat Si Buyung Besar. Menurut0pandangan teori ini, karya sastra di lihat hubungannya dan kenyataan, di mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan-kenyataan yang di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang di acuh oleh sosiologi sastra. Sehingga sosiologi sastra erat Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008 hubungannya, keduanya saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Juga berhubungan sosiologi sastra dengan unsur intrinsik dalam cerita rakyat Si Buyung Besar dari segi sinopsis, alur, tema, latar, dan perwatakan.

1.9 Metode Penelitian