Demikianlah pesta untuk perkawinan Datuk Penghulu itu beralih menjadi pesta perkawinan Buyung Besar dengan Putri Raja Lautan. Kemudian Buyung
Besar menjadi Datuk dan memerintahkan negeri dengan adil dan bijaksana. Mereka hidup bahagia, demikian juga masyarakatnya bertambah makmur
adanya.
2.2 Tema
Tema dalam sebuah karya sastra merupakan salah satu dari sejumlah unsur
pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sebuah
keseluruhan. Bahkan sebenarnya, eksistensi tema itu sendiri sangat bergantung dari berbagai unsur yang lain. Hal itu disebabkan tema, yang hanya berupa
makna atau gagasan dasar umum suatu cerita, tidak mungkin hadir tanpa unsur bentuk yang menampungnya. Dengan demikian, sebuah tema baru akan menjadi
makna cerita jika ada dalam keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita yang lain, khususnya yang oleh Nurgiyantoro dikelompokkan sebagai fakta cerita alur,
latar, dan tokoh yang mendukung dan menyampaikan tema tersebut. Tema dapat digolongkan ke dalam beberapa tingkatan yang berbeda,
tergantung dari segi mana hal itu dilakukan. Shipley dalam Nurgiyantoro 2001: 80-82 membedakan tema dalam lima tingkatan. Pembagian Shipley ini
berdasarkan tingkatan pengalaman jiwa, yang tersusun dari tingkatan paling sederhana sampai tingkatan yang paling tinggi yang hanya dapat dicapai oleh
manusia. Kelima tingkatan tema yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Tema tingkat fisik, manusia sebagai molekul man as molecul. Tema karya
sastra pada tingkat ini lebih banyak menyaran atau ditunjukkan oleh
Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008
banyaknya aktifitas fisik daripada kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutran serta unsur latar dalam tema tingkat ini mendapatkan penekanan.
b. Tema tingkat organik, manusia sebagai protoplasma man as protoplasm. Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut atau mempersoalkan
masalah seksualitas. Berbagai persoalan kehidupan seksual manusia mendapat penekanan, khususnya kehidupan seksual yang menyimpang.
c. Tema tingkat sosial, manusia sebagai makhluk sosial man as socius. Tema karya sastra ini menyangkut kehidupan bermasyarakat yang merupakan
tempat berinteraksinya manusia dengan manusia dan lingkungan, mengandung banyak permasalahan, konflik dan lain-lain yang menjadi objek
pencarian tema. Masalah-masalah sosial itu antara lain masalah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propoganda,
hubungan atasan dan bawahan, dan berbagai masalah yang muncul dalam karya yang berisi kritik sosial.
d. Tema tingkat egoik, manusia sebagai individu man as individualism. Disamping sebagai makhluk sosial manusia sekaligus juga sebagai makhluk
individu yang senantiasa menuntut pengakuan hak atas individualitasnya.. dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia pun memiliki
banyak permasalahan dan konflik. e. Tema
tingkat devine
, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi. Masalah yang menonjol dalam tema ini adalah masalah hubungan manusia dan sang
pencipta, masalah religius, atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi, dan keyakinan.
Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008
Adapun kegiatan untuk menafsirkan tema sebuah karya sastra memang bukan pekerjaan yang mudah. Berhubung tema tersembunyi di balik cerita,
penafsiran terhadapnya haruslah dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada yang sacara keseluruhan membangun cerita itu. Lubis 1998:25 untuk mengetahui
tema sebuah karyasastra maka dapat dilihat dari tiga hal yang saling berkaitan, yaitu: a melihat persoalan yang paling menonjol; b menghitung waktu
penceritaan; c melihat konflik yang paling banyak hadir.
Setelah membaca dan memahami cerita rakyat Si Buyung Besar maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa Si Buyung Besar termasuk cerita yang tegolong ke dalam jenis tema tingkat sosial. Dalam cerita rakyat ini menceritakan
tentang kehidupan sosial seorang anak. Masalah dalam cerita ini adalah masalah hubungan manusia dengan manusia. Atau hubungan kasih sayang antara seorang
datuk dan seorang anak yang selalu mematuhi perintah sang datuk sehingga muncul keegoisan dari sang datuk.
Untuk menentukan tema dalam cerita rakyat Si Buyung Besar ini maka
penulis menggunakan pendapat Mochtar Lubis yang menentukan tema sebuah karya sastra berdasarkan tiga hal yaitu :
a. Persoalan yang paling menonjol dalam cerita Si Buyung Besar adalah