BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki banyak etnik, salah satunya adalah etnik Melayu. Etnik Melayu mempunyai banyak kesusasteraan dan masih
berkisar pada sastra lisan. Sastra lisan itu sebagian besar tersimpan di dalam ingatan orang tua atau tukang cerita yang jumlahnya semakin berkurang karena
perkembangan zaman dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi. Sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sastra
tertulis. Sebelum munculnya sastra tulis, sastra lisan telah berperan membentuk apresiasi masyarakat terhadap sastra, sedangkan dengan adanya sastra tulis, sastra
lisan terus hidup berdampingan dengan sastra tulis. Oleh sebab itu, studi tentang sastra lisan merupakan hal yang penting bagi para ahli yang ingin memahami
peristiwa perkembangan sastra, asal mula timbulnya genre sastra, serta penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh adanya
hubungan antara studi sastra lisan dengan sastra tulis sebagaimana adanya kelangsungan tidak terputus antara sastra lisan dan sastra tertulis Wellek dan
Warren, 1998 : 47. Sastra lisan merupakan bagian suatu kebudayaan yang tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diwariskan turun temurun secara lisan sebagai milik bersama. Ragam sastra yang demikian tidak hanya berfungsi
sebagai alat hiburan, pengisi waktu senggang, serta penyalur perasaan, melainkan juga sebagai alat cermin sikap pandangan dan lembaga kebudayaan serta alat
pemeliharaan norma-norma masyarakat.
Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008
Sastra lisan, termasuk cerita lisan, merupakan warisan budaya nasional dan masih mempunyai nilai-nilai yang patut dikembangkan dan dimanfaatkan untuk
kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, antara lain dalam hubungan pembinaan apresiasi sastra. Sastra lisan juga telah lama berperan sebagai wahana
pemahaman gagasan dan pewarisan tata nilai yang tumbuh dalam masyarakat. Bahkan, sastra lisan telah berabad-abad berperan sebagai dasar komunikasi antara
pencipta dan masyarakat, dalam arti ciptaan yang berdasarkan lisan akan lebih mudah digauli karena ada unsur yang dikenal masyarakat.
Dalam keadaaan masyarakat yang sedang membangun, seperti halnya masyarakat Indonesia sekarang ini, berbagai bentuk kebudayaan lama ternasuk
sastra lisan, bukan mustahil akan terabaikan di tengah-tengah kesibukan pembangunan dan pembaharuan yang sedang meningkat. Sehingga
dikhawatirkan lama kelamaan akan hilang tanpa bekas atau berbagai unsurnya yang asli tidak dapat dikenal lagi.
Mengingat kedudukan dan peranan sastra lisan yang cukup penting, maka penelitian sastra lisan perlu dilakukan sesegera mungkin. Lebih-lebih lagi bila di
ingat bahwa terjadinya perubahan dalam masyarakat, seperti adanya kemajuan- kemajuan teknologi, adaya radio, televisi dapat menyebabkan berangsur hilangnya
sastra lisan di seluruh Nusantara. Dengan demikian, penelitian sastra lisan berarti melakukan penyelamatan sastra lisan itu dari kepunahan, yang dengan sendirinya
merupakan usaha pewaris nilai budaya, karena dalam sastra lisan itu banyak ditemui nilai-nilai serta cara hidup dan berfikir masyarakat nilai-nilai sosiologis
masyarakat yang memiliki sastra lisan itu. Hampir setiap suku bangsa Indonesia
Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008
mengenal adanya sastra lisan, demikian pula halnya dengan sastra lisan Melayu Serdang.
Salah satu
genre prosa rakyat dari kesusasteraan Melayu adalah cerita rakyat
yang lahir dari etnik Melayu Serdang. Sastra lisan Melayu Serdang merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang perlu diselamatkan. Salah satu usaha
penyelamatan adalah dengan mengadakan penelitian dan inventarisasi. Di samping itu, penelitian ini bermanfaat pula sebagai salah satu upaya
pembinaan dan pengembangan sastra lisan yang bersangkutan, sekaligus mempunyai manfaat dalam rangka pembinaan dan pengembangan budaya daerah
dan nasional.
Si Buyung Besar menceritakan tentang kehidupan suami istri yang hidup
rukun dan damai serta mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Si
Buyung Besar, di mana pertumbuhan badannya sedemikian pesat menyebabkan
perbedaan sifat dengan usianya. Kerumitan yang dihadapi oleh orang tuanya sehubungan dengan keganjilan perangai Si Buyung Besar menyebabkan
kebingungan kedua orang tuanya. Sehingga mereka memberikannya kepada Datuk Penghulu, walaupun dengan perasaaan berat. Akhir cerita si anak yang
berjiwa sosial dan tabah hati itu menemukan kebahagiaan. Cerita ini selain memiliki nilai-nilai sosiologis juga memiliki nilai-nilai pengajaran.
Ditinjau dari segi kemasyarakatan, penelitian ini juga mempunyai arti penting. Ia dapat digunakan sebagai bahan pengajaran bahasa dan sastra
Indonesia dan daerah. Secara tidak langsung penelitian ini juga memberikan sumbangan bahan pembinaan kepribadian bangsa, terutama sastra lisan yang
memuat unsur pendidikan dan budi pekerti luhur.
Fuad Syarial : Nilai-Nilai Sosiologis Terhadap Cerita Si Buyung Besar Masyarakat Melayu Serdang, 2009 USU Repository © 2008
1.2 Perumusan Masalah