Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal

Hendry : Pasar Modal Sebagai Sarana Pendanaan Bagi Perusahaan Dan Alternatif Sarana Investasi Bagi Masyarakat Investor, 2010. rencana yang dipublikasikan sebelumnya dalam propektus. Saham-saham perusahaan biasanya dijual setelah terjadi persetujuan antara calon emiten dengan penjamin emisi. Pasar sekunder terjadi jual beli efek yang telah ada padam para pemodal, baik perorangan maupun lembaga dengan pembeli yang potensial. Pentingnya suatu pasar sekunder adalah karena pasar sekunder melibatkan perdagangan efek yang semula dijual belikan di pasar primer. Bagi emiten sendiri, pasar sekunder tersebut terbentuk berkat penyesuaian antara penawaran dan permintaan.

B. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal

Pada umumnya pasar modal dibentuk berdasarkan kebutuhan perkembangan ekonomi nasional yang menuntut adanya sarana penarikan dana masyarakat melalui lembaga pasar modal. Sampai sekarang belum ada keseragaman pendapat mengenai pembagian sejarah pasar modal di Indonesia, ada yang bertolak dari segi potensi ekonomisnya dari masing-masing periode disatu pihak akan tetapi juga dapat ditinjau segi proses penerbitan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Dan mungkin juga dapat dibahas aspek politiknya karena kehidupan sejarah pasar modal ini mengalami beberapa zaman, yaitu zaman colonial Belanda,zaman perang dunia kedua sampai tahap pembenahan pasar modal pada periode kemerdekaanyang terdiri dari Zaman Orde lama dan terakhir Orde Baru. Berdasarkan literatur yang penulis baca maka pembagian sejarah pasar modal berdasarkan pada sejarah yang mencerminkan kegiatan pasar modal itu, yaitu : Hendry : Pasar Modal Sebagai Sarana Pendanaan Bagi Perusahaan Dan Alternatif Sarana Investasi Bagi Masyarakat Investor, 2010. 1. Periode Pembentukan Bursa 1912 sampai 1925 Periode ini ditandai dengan meningkatnya perkembangan ekonomi Indonesia yag pada umumnya dikuasai oleh Belanda dengan seperangkat kegiatan usahanya. Jika dilihat dari sejarahnya maka tahap ini tidak terlepas pula dari keterlibatan Pemerintah Belanda dalam kegiatan ekonomiusaha milik Belanda. Dalam usaha mengembangkan perekonomian tersebut pemerintah kolonial Belanda sejak awal abad ke-19 membangun perkembangan perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sumber dana untuk kegiatan tersebut adalah dari penabung yang terdiri dari orang-orang Belanda dan orang Eropa lainnya, sedangkan orang Indonesia belum ada. Sebagai tindak lanjutnya dengan mencontoh keadaan di negeri Belanda, maka timbul pikiran untuk membuat pasar modal di BataviaJakarta. Maka para pengusaha Belanda mendirikan Vereniging voor de Effectenhandel di Batavia dan sekaligus memulai perdagangan efek pada tanggal 14 Desember 1912. 23 Pada mulanya ada 13 anggota yang merupakan makelar, yaitu: Fa.Dunlop Kolf; Fa. Gijselman Steup; Fa. Monod Co; Fa. Adree Witansi Co; Fa. A. W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz Walen; Fa. Wiekert Geerlings; Fa. Walbrink Co; Wieckert v.d. Linden; Fa. Vermeys Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders. 24 Efek yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi perusahaanperkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang di terbitkan pemerintah pemerintah dan kotapraja, sertifikat saham perusahaan 23 Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990, hal. 32. 24 www.idx.co.id Hendry : Pasar Modal Sebagai Sarana Pendanaan Bagi Perusahaan Dan Alternatif Sarana Investasi Bagi Masyarakat Investor, 2010. perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya. 25 Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925 di kota Semarang resmi didirikan bursa. 26 Anggota bursa di Surabaya pada waktu itu adalah: Fa. Dunlop Koff; Fa. Gijselman Steup; Fa. Monod Co; Fa. Companien Co serta Fa. P. H. Soeters Co. 27 Perkembangan pasar modal waktu itu cukup menggembirakan yang terlihat dari nilai efek yang tercatat yang mencapai NIF 1,4 milyar dari 250 macam efek. 28 2. Periode 1926 Sampai Kemerdekaan Berdasarkan keberhasilan perdagangan efek di Batavia, Surabaya dan Semarang tersebut, telah menimbulkan keinginan di kalangan perbankan Belanda untuk turut serta sebagai makelar. Pada tahun 1928 masuklah 3 buah bank Belanda menjadi anggota bursa, yaitu : NHM Factory; Escompto; dan NHB. Pada permulaan tahun 1939 keadaan suhu politik di Eropa menghangat dengan memuncaknya kekuasaan Adolf Hitler. Melihat keadaan ini, pemerintah Hindia Belanda mengambil kebijaksanaan untuk memusatkan perdagangan efeknya di Batavia serta menutup bursa efek di Surabaya dan di Semarang. Namun pada tanggal 17 Mei 1940 secara keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup dan di keluarkan peraturan yang menyatakan bahwa 25 Sumantoro, Op. cit, hal. 32. 26 Ibid, hal. 33. 27 Ibid, hal 33. 28 www.idx.co.id Hendry : Pasar Modal Sebagai Sarana Pendanaan Bagi Perusahaan Dan Alternatif Sarana Investasi Bagi Masyarakat Investor, 2010. semua efek-efek harus disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda. Penutupan ketiga bursa efek tersebut sangat mengganggu likuiditas efek, menyulitkan para pemilik efek, berakibat pula pada penutupan kantor-kantor pialang serta pemutusan hubungan kerja. Selain itu juga mengakibatkan banyak perusahaan dan perseorangan enggan menanam modal di Indonesia. Dengan demikian pecahnya perang dunia II menyebabkan aktivitas pasar modal di Indonesia terhenti. 29 3. Periode Setelah Kemerdekaan Setahun setelah pemerintahan Belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali pasar modal Indonesia. Didahului oleh Undang-undang Darurat No. 13 Tanggal 1 September 1951, kemudian dijadikan Undang-Undang No. 15 Tahun 1952 tentang Bursa dan Keputusan Menteri Keuangan No. 28973UU Tanggal 1 November 1951. Berdasar UU dan Keputusan Menteri Keuangan tersebut, bursa efek Indonesia dibuka kembali di Jakarta, setelah terhenti lebih kurang 12 tahun. Adapun penyelenggaraanya diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek PPUE yang terdiri dari 3 bank negara dan beberapa makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasehat. Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955, dan 1956. Para pembeli obligasi ini banyak warga negara Belanda, baik 29 Irsan Nasrudin, Aspek Hukum Pasar Modal, Jakarta: Prenada Media, 2001 hal. 54. Hendry : Pasar Modal Sebagai Sarana Pendanaan Bagi Perusahaan Dan Alternatif Sarana Investasi Bagi Masyarakat Investor, 2010. perseorangan maupun badan hukum. Semua anggota diperbolehkan melakukan transaksi arbitrase dengan luar negeri, terutama dengan Amsterdam. 4. Pasar Dalam Keadaan Lumpuh Dormant Keadaan perkembangan pasar modal yang cukup menggembirakan tersebut ternyata berakhir oleh karena sebab-sebab di luar jangkauan ekonomi. Mulai saat itu terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di Belanda meninggalkan Indonesia, akibat politik konfrontasi yang dilancarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia terhadap Belanda dan disusul nasionalisasi perusahaan Belanda. Kemudian memburuknya hubungan Republik Indonesia dengan Belanda mengenai sengketa Irian Barat dan memuncaknya aksi pengambilahlian semua perusahaan Belanda di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nasionalisasi Perusahaan Belanda BA-NAS pada tahun 1960, yaitu larangan untuk memperdagangkan efek yang berbunyi dalam mata uang Nf, yang mengakibatkan perdagangan efek Indonesia menjadi jauh berkurang. 5. Periode Persiapan Pembentukan Pasar Modal yang Baru 1977-1987 Langkah demi langkah diambil pemerintah Orde Baru untuk mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap nilai mata uang rupiah. Disamping pengerahan dana dari masyarakat melalui tabungan dan deposito, pemerintah terus mengadakan persiapan khusus untuk membentuk pasar modal. Pada tahun 1976 dibentuk Bapepam Badan Pengawas Pasar Modal dam PT. Danareksa. Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketahui oleh Gubernur Bank Sentral. Selain sebagi pembantu menteri keuangan, Bapepam Hendry : Pasar Modal Sebagai Sarana Pendanaan Bagi Perusahaan Dan Alternatif Sarana Investasi Bagi Masyarakat Investor, 2010. juga menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan pengelola bursa efek. Pada tanggal 10 Agustus 1977 berdasarkan Keppres RI No. 52 Tahun 1976 pasar modal diaktifkan kembali dan go publiknya beberapa perusahaan. Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 sd 1987 mengalami kelesuan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepaada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana dari bursa efek. Fasilitas-fasilitas yang telah diberikan antara lain fasilitas perpajakan untuk merangsang masyarakat agar mau terjun dan aktif di pasar modal. 6. Periode Deregulasi 1987-1995 Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yang berupa tiga perangkat paket penting kebijakan pasar modal, yaitu: 30 1. Paket Desember 1987 yang dikenal dengan Pakdes. Isinya antara lain penghapusan persyaratan laba minimum 10 dari modal sendiri. Diperkenalkannya instrumen baru pasar modal yaitu saham atas tunjuk. Dibukakannya bursa pararel sebagai arena perdagangan efek bagi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. Dihapuskannya ketentuan batas maksimum fluktuasi harga 4. 2. Paket Oktober 1988 yang dikenal dengan Pakto. Lewat pakto ini pemerintah melakukan terobosan-terobosan yang amat signifikan, berupa pengenaan pajak penghasilan atas bunga deposito berjangka, sertifikat deposito dan tabungan. Pemerintah mengeluarkan kebijakn pemberian kredit bank kepada 30 I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, Jakarta: Yayasan Satria Bakti, 2000, hal. 17. Hendry : Pasar Modal Sebagai Sarana Pendanaan Bagi Perusahaan Dan Alternatif Sarana Investasi Bagi Masyarakat Investor, 2010. nasabah perorangan dan nasabah grup yaitu secara berturut-turut tidak melebihi 20 dan 50 dari modal sendiri bank pemberi kredit. Penetapan persyaratan modal minimum untuk mendirikan bank umumswasta nasional, bank pembangunan swasta nasional dan bank campuran. Kebijakan ini juga member peluang kepada bank untuk memanfaatkan pasar modal untuk memperluas permodalannya. 3. Paket Desember 1988. Melalui paket ini, pemerintah member kesempatan kepada swasta untuk mendirikan dan menyelenggarakan bursa di luar Jakarta. Dengan kebijakan ini dibuka peluang bagi investor di Indonesia bagian lain untuk memperdagangkan efeknya di luar bursa tersebut. Sehingga investor tidak lagi harus mmperdagangkan efeknya di Bursa Efek Jakarta BEJ. Paket ini memungkinkan pula perusahaan untuk mencatatkan saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh di bursa company listing. Dengan demikian, diharapkan bahwa saham perusahaan akan lebih marketable. Karena kebijaksanaan inilah pasar modal menjadi aktif untuk periode 1998 hingga sekarang. 7. Periode Kepastian Hukum 1995-sekarang 31 Sekarang tanggapan atas di keluarkannya Paket Deregulasi Desember 1987 dan Desember 1988 tentang diperbolehkannya swastanisasi bursa efek maka sejak tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Jakarta berubah menjadi perusahaan swasta PT. Bursa Efek Jakarta. Pemilik saham adalah perusahaan efek yang menjadi anggota bursa. 31 Pandji Anoraga Piji Pakarti, Op. cit, hal. 32. Hendry : Pasar Modal Sebagai Sarana Pendanaan Bagi Perusahaan Dan Alternatif Sarana Investasi Bagi Masyarakat Investor, 2010. Pada tahun itu juga Bapepam yang mulanya sebagai Badan Pelaksana Pasar Modal berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tahun 1993 berdiri lembaga penunjang pasar modal, yaitu lembaga kliring dan penyelesaian, yaitu PT Kustodian Depositori Efek Indonesia KDEI dan pada tahun 1994 berdiri PT Pemeringkat Efek Indonesia Pefindo. Seiring dengan perkembangan kegiatan pasar modal,kegiatan di bursa juga semangkin ramai dan kompleks. Dari data yang ada di Bursa Efek Jakarta diketahui bahwa jumlah saham yang tercatat di BEJ meningkat pesat,dari 24 saham pada tahun 1988 menjadi lebih dari 200,dengan jumlah perusahaan pialang yang menjadi anggota BEJ tercatat 197 perusahaan. Dengan kenyataan tersebut, tentu saja sistem perdagangan manual yang dilakukan sejak tahun 1997 oleh Bursa Efek Jakarta tidak lagi efisien. Oleh karena itu perlu dipikirkan suatu sistem yang efisien yang mampu menangani frekuensi perdagangan dengan jumlah yang besar dan layanan yang cepat, tepat dan professional. Akhirnya pada tahun 1995 tepatnya pada tanggal 22 Mei 1995 diterapkan satu sistem otomatis yang akan dapat memantau dengan segera pergerakan naik turunnya harga saham, serta informasi-informasi lain secara akurat dan cepat. Sistem ini dikenal dengan nama JATS Jakarta Automatic Trading System atau sistem otomasi perdagangan efek di Bursa Efek Jakarta. Dengan sistem yang baru ini para pialang dan juga investor dapat memonitor aktivitas perdagangan yang terjadi dibursa, disamping itu pelaksana order jual atau beli juga dapat berjalan lebih adil dan transparan. Perkembangan selanjutnya dari pasar modal Indonesia cukup menggembirakan, apalagi dengan ditetapkannya UU No.8 Tahun1995 tentang Hendry : Pasar Modal Sebagai Sarana Pendanaan Bagi Perusahaan Dan Alternatif Sarana Investasi Bagi Masyarakat Investor, 2010. Pasar Modal menggantikan UU No.15 Tahun 1952 pada tanggal 10 November 1995. Sedangkan untuk peraturan pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan kegiatan di Pasar Modal dan juga Peraturan Pemerintah No.46 Tahun1996 tentang Tata Cara Pemeriksaan di bidang Pasar Modal. Disusul dengan peraturan Bapepam dan juga Keputusan Menteri Keuangan yang semuanya berlaku sejak tanggal 1 Januari 1996. Untuk menjamin kualitas dari para pelaku pasar modal dan juga pengaturan yang lebih ketat serta kegiatan pasar modal dapat berlangsung lebih sehat. Bapepam mempunyai wewenang baru yaitu berhak melakukan investigasi penyidikan.

C. Lembaga-lembaga di Pasar Modal