Pengertian Lembaga Sosial dan Karakteristik Lembaga Sosial dalam UU PKDRT No. 23 Tahun 2004

Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009 7. Pelayanan pembimbing rohani dilakukan dengan memberikan penjelasan mengenai hak, kewajiban, dan memberikan penguatan iman dan taqwa kepada korban. 36 LSM yang dikenal sekarang ini, terutama untuk Indonesia, pengertiannya mengacu pada satu organisasi volunteer di luar struktur negara yang memiliki

5. Pengertian Lembaga Sosial dan Karakteristik Lembaga Sosial dalam UU PKDRT No. 23 Tahun 2004

Lembaga sosial dalam hal ini merupakan organisasi non pemerintah ornop danatau lembaga swadaya masyarakat LSM. Untuk memberikan pengertian lembaga sosial, mengacu kepada Undang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan dan Instruksi Menteri dalam Negeri No. 8 Tahun 1990 tentang Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. Pasal 1 UU No. 8 Tahun 1985 tentang Ormas menyebutkan : Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila . Instruksi Menteri dalam Negeri No. 8 Tahun 1990 menyebutkan LSM adalah organisasilembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas kehendak sendiri dan berminat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasilembaga sesuai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya. 36 Pasal 24 UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009 bentuk pengorganisasian yang jelas, organisasinya relatif kecil, tidak berupa organisasi massa, dan memiliki sistem manajerial yang resmi. 37 Perkembangan LSM dari generasi ke generasi mengalami pergeseran ideologi dan watak perilaku mereka. Generasi pertama memiliki ideologi untuk pengembangan masyarakat dengan mengembangkan swadaya masyarakat yang tidak terjamah pembangunan pemerintah. Pada perkembangan selanjutnya, muncul LSM-LSM yang kegiatannya mengarah kepada advokasi pemberdayaan dan pembelaan atas hak-hak masyarakat dan lingkungan hidup. Pada perkembangan terakhir muncul LSM-LSM yang kegiatannya mengikuti LSM sebelumnya dan juga bertindak untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan sesaat dan mungkin saja akan tidak muncul lagi jika program sudah selesai atau jika dana sudah habis. Kelahiran LSM-LSM di Indonesia sangat tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan lembaga donor internasional dan LSM-LSM internasional. Kelahiran LSM pada umumnya mula-mula lahir di kota-kota besar, pertama di Jakarta dan baru kemudian di kota-kota lainnya. Kelahiran LSM di daerah juga dapat dipengaruhi oleh lembaga donor Internasional atau juga oleh perkembangan LSM pusat yang ingin mengepakkan sayap ke daerah. 38 David Korten, seorang aktivis dan pengamat LSM, mengemukakan ada empat generasi berdasarkan strategi yang dipilihnya. 39 37 Muhammad Budairi, Masyarakat Sipil dan Demokrasi, 2002, Jakarta: E-Law Indonesia, hlm. 70 38 Ibid 39 David Korten dalam Zaim Saidi, Secangkir Kopi Maxhavelar, LSM dan Kebangkitan Masyarakat, 1995, Jakarta: PT Gramedia Putaka Utama. Generasi pertama, Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009 mengambil peran sebagai pelaku langsung dalam mengatasi persoalan masyarakat. Pendekatannya adalah derma, dengan usaha untuk memenuhi sesuatu yang kurang dalam masyarakat, misalnya kebutuhan akan kesehatan, makanan, pendidikan, dan sebagainya. Generasi kedua, memusatkan perhatiannya ada upaya agar LSM dapat mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Peran LSM disini bukan sebagai pelaku langsung, tetapi sebagai penggerak saja. Orientasinya adalah proyek pengembangan masyarakat dengan membantu masyarakat memecahkan masalah mereka misalnya program-program peningkatan pendapatan, industri kerajinan, pertanian, dan lainnya. Generasi ketiga, memiliki pandangan yang lebih dalam. Keadaan di tingkat lokal dilihat sebagai akibat dari masalah regional atau nasional. Untuk memperbaikinya harus dilakukan dengan melakukan peruabahan struktural yaitu kebijakan pemerintah. Generasi keempat adalah LSM yang termasuk bagian dari masyarakat. Generasi ini berusaha agar ada transformasi struktur sosial dalam masyarakat dan di setiap sektor pembangunan yang mempengaruhi kehidupan. Dalam hal ini dibutuhkan keterlibatan penduduk dunia. Dalam Buku Agenda LSM menyongsong Tahun 2000, M.M. Billah sebagaimana di kutip Muhammad Budairi, mempersepsikan LSM sebagai: 1. LSM sebagai bagian integral dari pemerintah. 2. LSM sebagai mediator antara pemerintah dengan masyarakat. 3. LSM yang secara tegas menyatakan memihak rakyat dalam berhadapan dengan negara. Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009 4. LSM yang melebur dan menyatu dengan rakyat. 40 UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 dalam penjelasannya menyatakan bahwa lembaga sosial yang dimaksud dalam UU ini ialah lembaga atau organisasi sosial yang peduli terhadap masalah kekerasan dalam rumah tangga, misalnya lembaga- lembaga bantuan hukum. 41 LSM merupakan mediator pemerintah dan masyarakat, dalam hal ini UU PKDRT memberikan kesempatan kepada LSM untuk bekerjasama dengan lembaga penegak hukum lainnya untuk mengurangi tingkat kekerasan dalam rumah tangga. LSM menyatu dengan masyarakat dalam berhadapan dengan negara dapat terjadi ketika lembaga sosial membantu masyarakat korban kekerasan dalam rumah tangga memperjuangkan hak. LSM menyatu dengan masyarakat ketika lembaga sosial turut merasakan penderitaan korban kekerasan dalam rumah tangga sehingga menuntut lahirnya UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 dan membuka diri untuk memberikan perlindungan hukum terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga tanpa memandang status sosial dan dengan menggunakan semboyan ”bantuan hukum non profit oriented atau prodeo”. Berdasarkan persepsi M.M Billah, karakateristik lembaga sosial yang peduli terhadap masalah kekerasan dalam rumah tangga dapat memenuhi beberapa persepsi LSM yang diberikannya. Hanya saja ada lembaga independen yang didirikan pemerintah yang bergerak dalam bidang sosial misalnya Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Komisi Nasional lanjut usia, dan lain sebagainya. 40 M.M. Billah dalam Muhammad Budairi, op. cit., hlm. 90 41 Penjelasan pasal 10 huruf a UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009

G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode penelitian yang digunakan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Iklan Televisi Terhadap Perilaku Rumah Tangga Dalam Penggunaan Monosodium Glutamat di Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan Tahun 2002

1 39 72

Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Mewujudkan Program Medan Green and Clean (MdGC) Melalui Pengelolaan Bank Sampah di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2012

4 108 164

Tinjauan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Putusan Pengadilan Negeri Medan No.1345/Pid. B/2010/PN/Medan)

0 66 146

Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan

10 114 91

Implementasi Penanganan Kekerasan Dalam Rumah Tangga oleh Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

0 41 88

Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan

0 35 85

Penelantaran Istri Oleh Suami Sebagai Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dan Penerapan Hukumnya (Studi Kasus No: 378/Pid.B/2007/PN-Medan) dan (STUDI KASUS No: 1921/Pid.B/2005/PN-Medan)

1 44 93

Advokasi Sosial Untuk Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di LBH Apik Jakarta

4 66 182

PDAL PERANAN LEMBAGA SOSIAL RIFKA ANNISA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN BAGI ISTRI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA.

0 3 11

PENDAHULUAN PERANAN LEMBAGA SOSIAL RIFKA ANNISA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN BAGI ISTRI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA.

0 4 16