Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009 bertindak danatau melakukan suatu upaya terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga harus sesuai dengan danatau dilindungi oleh hukum. Landasan juridis lembaga sosial dalam bertindak danatau melakukan upaya perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga yaitu : 1. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga 2. Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban KDRT 3. Undang-Undang No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban 4. Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan

A. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

dalam Rumah Tangga Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga yang selanjutnya disebut sebagai UU PKDRT diundangkan tanggal 22 September 2004 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 95. Fokus UU PKDRT ini ialah kepada upaya pencegahan, perlindungan dan pemulihan korban kekerasan dalam rumah tangga. 44 44 Penjelasan UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 bagian umum. Pasal 3 UU PKDRT menyebutkan : Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dilaksanakan berdasarkan asas : Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009 a. penghormatan hak asasi manusia; b. keadilan dan kesetaraan gender; c. nondiskriminasi; dan d. perlindungan korban. Pasal 4 UU PKDRT menyebutkan : Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga bertujuan : a. mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga; b. melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga; c. menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga; dan d. memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera. Dalam melakukan upaya pencegahan, perlindungan dan pemulihan korban kekerasan dalam rumah tangga, UU PKDRT mewajibkan beberapa pihak untuk melakukan kerjasama supaya lebih sensitif dan responsif terhadap kepentingan rumah tangga yang diarahkan kepada keutuhan dan kerukunan rumah tangga. 45 Dalam upaya pencegahan korban kekerasan dalam rumah tangga, lembaga sosial bekerjasama dengan pemerintah dalam hal menyelenggarakan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang kekerasan dalam rumah tangga; menyelenggarakan sosialisasi dan advokasi tentang kekerasan dalam rumah tangga; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sensitif gender dan isu kekerasan Para pihak tersebut ialah aparat pemerintah, pekerja sosial, advokat, relawan pendamping, pembimbing rohani, lembaga sosial, danatau pihak lainnya. Lembaga sosial merupakan salah satu pihak yang diwajibkan untuk melakukan kerjasama dengan pihaklembaga lainnya dalam mewujudkan tujuan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dalam tiap upaya yang terdapat di UU PKDRT. 45 Ibid Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009 dalam rumah tangga serta menetapkan standar dan akreditasi pelayanan yang sensitif gender oleh pemerintah. 46 b. dengan Kepolisian dalam hal memberikan perlindungan sementara; Dalam rangka melakukan upaya pencegahan terjadinya korban kekerasan dalam rumah tangga, pasal 15 UU PKDRT menyebutkan bahwa setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga termasuk lembaga sosial wajib melakukan upaya sesuai dengan batas dan kemampuannya untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga; memberikan perlindungan kepada korban; memberikan pertolongan darurat; dan membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan kepada pengadilan. Lembaga sosial dalam melakukan upaya perlindungan kepada korban kekerasan dalam rumah tangga, mengacu kepada pasal 3 dan pasal 4 UU PKDRT mengenai asas dan tujuan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga serta pasal 10 angka 1 UU PKDRT yaitu korban kekerasan dalam rumah tangga berhak mendapat perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan. Sebagai salah satu pihak pemberi perlindungan kepada korban kekerasan dalam rumah tangga, lembaga sosial wajib dan harus melakukan kerja sama dengan pihaklembaga lainnya, misalnya : 47 46 Pasal 12 jo pasal 14 UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 47 Pasal 17 UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009 c. dengan tenaga kesehatan untuk memeriksa kesehatan korban dan meminta surat keterangan medis hasil pemeriksaan; 48 d. dengan pekerja sosial melakukan konseling untuk menguatkan dan memberikan rasa aman bagi korban, memberikan informasi mengenai hak-hak korban untuk mendapat perlindungan dari kepolisian dan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan, mengantarkan korban ke rumah aman shelter milik pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat; 49 e. dengan relawan pendamping untuk menginformasikan korban akan haknya untuk mendapatkan seorang atau beberapa orang pendamping, mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan atau tingkat pemeriksaan pengadilan dengan membimbing korban untuk secara objektif dan lengkap memaparkan kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya, memberikan rasa aman kepada korban dengan pendampingan, memberikan dengan aktif penguatan secara psikologis dan fisik kepada korban; 50 f. dengan pembimbing rohani untuk memberikan penguatan iman dan taqwa kepada korban; 51 g. dengan advokat dalam memberikan konsultasi hukum yang mencakup informasi mengenai hak-hak korban dan proses peradilan, dan mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan dalam sidang 48 Pasal 21 UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 49 Pasal 22 UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 50 Pasal 23 UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 51 Pasal 24 UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009 pengadilan dan membantu korban untuk secara lengkap memaparkan kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya; 52 h. dengan pengadilan dalam hal pengadilan memberikan tambahan satu atau lebih perintah perlindungan danatau satu atau lebih kondisi dalam perintah perlindungan yang mempertimbangkan keterangan pihak lainnya termasuk lembaga sosial. 53 Dalam hal melakukan upaya pemulihan korban kekerasand dalam rumah tangga, UU PKDRT tidak mengatur secara rinci mengenai penyelenggaraan dan kerjasamapemulihan korban kekerasan dalam rumah tangga. 54 52 Pasal 25 UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 53 Pasal 33 jo Pasal 34 UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 54 Pasal 43 UU PKDRT No. 23 Tahun 2004 Pengaturan lebih rinci mengenai hal ini di atur dalam PPRI No. 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan KerjasamaPemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. B. Peraturan Pemerintah RI No. 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga PPRI No. 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan KerjasamaPemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga yang selanjutnya disebut dengan PP PKPKKDRT berlaku sejak 13 Pebruari 2006 setelah diundangkan dalam Lembaran Negara RI No. 15 Tahun 2006 yang merupakan amanat pasal 43 UU PKDRT. Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009 Yang dimaksud dengan upaya pemulihan korban ialah segala upaya untuk penguatan korban kekerasan dalam rumah tangga agar lebih berdaya baik secara fisik maupun psikis. 55 Penyelenggaraan pemulihan ialah segala tindakan yang meliputi pelayanan dan pendampingan korban KDRT. 56 1. ruang pelayanan khusus di jajaran kepolisian; Pasal 2 ayat 1 PP PKPKKDRT menyebutkan bahwa penyelenggaraan pemulihan terhadap korban dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan pemerintah daerah serta lembaga sosial sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, termasuk menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk pemulihan korban. Hal yang sama disebutkan dalam pasal 19 PP RI ini yang menyebutkan ”untuk penyelenggaraan pemulihan, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing dapat melakukan kerjasama dengan masyarakat atau lembaga sosial, baik nasional maupun internasional yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Dari ketentuan ini, lembaga sosial mendapat kesempatan untuk berperan dalam melakukan upaya pemulihan korban KDRT. Fasilitas yang dapat digunakan untuk penyelenggaraan pemulihan korban KDRT meliputi : 2. tenaga yang ahli dan profesional; 3. pusat pelayanan dan rumah aman; dan 4. sarana dan prasarana lain yang diperlukan untuk pemulihan korban. 57 55 Pasal 1 angka 1 PP PKPKKDRT No. 4 Tahun 2006 56 Pasal 1 angka 2 PP PKPKKDRT No. 4 Tahun 2006 57 Pasal 2 ayat 1 PP PKPKKDRT No. 4 Tahun 2006 Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009 Pasal 4 PP PKPKDRT menyebutkan: ”Penyelenggaraan kegiatan pemulihan korban meliputi : a. pelayanan kesehatan; b. pendampingan korban; c. konseling; d. bimbingan rohani; dan e. resosialisasi.” Secara tersurat, lembaga sosial melaksanakan resosialisasi korban bersama dengan instansi sosial instansi pemerintah danatau pemerintah daerah yang ruang lingkup tugasnya menangani urusan sosial yang bertujuan agar korban kembali melaksanakan fungsi sosialnya dalam masyarakat. 58 Sebelum korban KDRT dikembalikan ke masyarakat resosialisasi, lembaga sosial melakukan pendampingan terhadap korban dengan cara berkoordinasi dan bekerjasama dengan pihak lain tenaga kesehatan, pembimbing rohani, advokat, psikolog, pekerja sosial, relawan pendamping, lembaga sosial Tetapi Lembaga sosial dapat melakukan lebih dari upaya resosialisasi, misalnya dengan menyediakan tenaga ahli dan profesional, pusat pelayanan dan rumah aman, sarana dan prasarana lain yang diperlukan untuk pemulihan korban misalnya ruangan konseling pribadi, ruang perawatan. Selain itu, lembaga sosial juga melakukan upaya pendampingan terhadap korban yaitu segala tindakan berupa konseling, terapi psikologis, advokasi, dan bimbingan rohani, guna penguatan diri korban kekerasan dalam rumah tangga untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. 58 Pasal 5 ayat 5 PP PKPKDRT No. 4 Tahun 2006 Juppa Marolob Haloho : Peranan Lembaga Sosial Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Studi di LBH-APIK Medan, 2008. USU Repository © 2009 lainnya, dan lainnya agar korban KDRT mampu untuk bersosialisasi dengan masyarakat.

C. Undang-Undang No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

Dokumen yang terkait

Pengaruh Iklan Televisi Terhadap Perilaku Rumah Tangga Dalam Penggunaan Monosodium Glutamat di Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan Tahun 2002

1 39 72

Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Mewujudkan Program Medan Green and Clean (MdGC) Melalui Pengelolaan Bank Sampah di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2012

4 108 164

Tinjauan Hukum Terhadap Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Putusan Pengadilan Negeri Medan No.1345/Pid. B/2010/PN/Medan)

0 66 146

Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan

10 114 91

Implementasi Penanganan Kekerasan Dalam Rumah Tangga oleh Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

0 41 88

Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan

0 35 85

Penelantaran Istri Oleh Suami Sebagai Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dan Penerapan Hukumnya (Studi Kasus No: 378/Pid.B/2007/PN-Medan) dan (STUDI KASUS No: 1921/Pid.B/2005/PN-Medan)

1 44 93

Advokasi Sosial Untuk Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di LBH Apik Jakarta

4 66 182

PDAL PERANAN LEMBAGA SOSIAL RIFKA ANNISA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN BAGI ISTRI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA.

0 3 11

PENDAHULUAN PERANAN LEMBAGA SOSIAL RIFKA ANNISA DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN BAGI ISTRI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA.

0 4 16