2. Pemeriksaan Penunjang 2.1. Pemeriksaan darah tepi 2.2. Pemeriksaan sumsum tulang Penatalaksanaan Medis 1. Kemoterapi

pada tulang dada dan hepatomegali. Kadang-kadang terdapat purpura, perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan kadang- kadang priapismus. 31, 41

a.2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.

a.2.1. Pemeriksaan darah tepi

Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis 60 dan kadang-kadang leukopenia 25. 48 Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. 31 Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000mm 3 , 48 sedangkan pada penderita LGKLMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000mm 3 . 18

a.2.2. Pemeriksaan sumsum tulang

Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia blast, terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda blast ke sel yang matang tanpa sel antara leukemic gap. Jumlah blast minimal 30 dari sel berinti dalam sumsum tulang. 20 Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40 dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95 pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B. 47 Sedangkan pada penderita LGKLMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000mm 3 . 16 Universitas Sumatera Utara

b. Penatalaksanaan Medis

b.1. Kemoterapi

b.1.1. Kemoterapi pada penderita LLA Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk semua orang. a. Tahap 1 terapi induksi Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. 29 Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. 9 Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase. 19 b. Tahap 2 terapi konsolidasi intensifikasi Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian. 21 c. Tahap 3 profilaksis SSP Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. 29 Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang Universitas Sumatera Utara berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat. 9 d. Tahap 4 pemeliharaan jangka panjang Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. 29 Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95 anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60 menjadi sembuh. Sekitar 80 orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP. 18 b.2.1. Kemoterapi pada penderita LMA 21 a. Fase induksi Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupu n remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang. b. Fase konsolidasi Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi. Universitas Sumatera Utara Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75, tetapi angka rata- rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10. 18 b.3.1. Kemoterapi pada penderita LLK Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai: 20 a. Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang b. Stadium I : limfositosis dan limfadenopati. c. Stadium II : limfositosis dan splenomegali hepatomegali. d. Stadium III : limfositosis dan anemia Hb 11 grdl. e. Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia 100.000mm 3 dengantanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar. 21 Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. 20 Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif. 9 Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25 pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun. 32 Universitas Sumatera Utara b.4.1. Kemoterapi pada penderita LGKLMK a. Fase Kronik Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang. 35 b. Fase Akselerasi, Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.

b.2. Radioterapi