Tindakan diarahkan bukan untuk mencapai tujuan pribadi individu, melainkan tujuan bersama para anggo ta sistem sosial.
3. I-Integration Agar suatu sistem sosial dapat berfungsi secara efektif maka diperlukan adanya
tindakan solidaritas di antara individu-individu terlibat. Masalah integrasi merujuk pada kebutuhan untuk menjamin ikatan emosional yang mampu menghasilkan
solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama dapat dikembangkan dan dipertahankan. 4. L-Latent Patent Maintenance Pemeliharaan Pola-pola yang Laten
Suatu sistem sosial diharapkan mampu mengatasi kemungkinan bahwa suatu saat para anggotanya akan merasa letih dan jenuh sehingga mengarah pada terhentinya
interaksi. Ini dapat dikatakan wajar, tetapi harus diperhatikan agar komitmen terhadap kelompok tetap utuh sehingga interaksi sistem dapat dilanjutkan bila dirasa
perlu Doyle, 1984:131.
2.2 Jaringan Sosial
Selain mempertahankan usahanya dengan melebarkan jaringannya dan merekrut pelanggan dapat juga melalui pembentukan jaringan sosial atau pola kerjasama yang
dapat diterapkan oleh toke yaitu: 1.
Jaringan sosial yang dibentuk adalah pola kerja sama pemberi toke dengan penerima petani aren yang berdasarkan pada sistem perjanjian toke.
2. Jaringan sosial sesama toke dikembangkan melalui jaringan sosial yang bersifat
timbal balik dan sejajar. Jaringan sosial dapat dipandang sebagai pengaturan logika atau cara menggerakkan hubungan atau pelaku ekonomi dalam hal ini toke
aren. Jaringan sosial merupakan perekat yang menyatukan individu-individu
Universitas Sumatera Utara
secara bersama-sama ke dalam suatu sistem terpadu. Keterlekatan hubungan timbal-balik dan koneksi semuanya merupakan hubungan jaringan baik setiap
tindakan tertentu melekat dalam struktur yang lebih luas Damsar, 2002:45. Aktor dalam jaringan sosial berhubungan satu dengan lainnya. Melalui jaringan
sosial, individu-individu ikut serta dalam tindakan yang respositas hubungan timbal- balik dan melalui hubungan ini pula diperoleh keuntungan yang saling memberikan apa
yang dibutuhkan satu sama lain.
2.4 Modal Sosial
Modal Sosial adalah social capital pertama kali muncul dalam kajian masyarakat community studies untuk menunjukkan pentingnya jaringan hubungan
pribadi yang kuat dan dalam crosscutting, yang berkembang perlahan-lahan sebagai landasan bagi saling percaya, kerjasama, dan tindakan kolektif dari komunitas yang
bersangkutan. Jaringan ini menentukan bertahannya dan berfungsinya sebuah kelompok masyarakat. Walaupun pada awalnya kajian tentang modal sosial ini lebih merupakan
upaya untuk memahami kehidupan kelompok-kelompok penduduk perkotaan dan para penghuni daerah-daerah kumuh slums, dalam perkembangan selanjutnya teori tentang
modal sosial banyak membantu para peneliti kajian organisasi organization studies dan praktisi bisnis http:74.125.153.132search? .
Modal sosial merupakan modal dasar dalam dari para toke untuk menjalankan
usahanya di bidang pembelian gula aren. Unsur unsur elemen-elemen dari pada modal sosial terebut yang bisa menjelaskan bagaimana strategi toke yang di terapkan di dalam
masyarakat desa. Elemen-elemen tersebut antara lain: Tras, jaringan sosial, norma. Starategi yang di gunakan toke tersebut tidak membutuhkan modal yang besar artinya
Universitas Sumatera Utara
dengan modal sosial maka usahanya bisa berjalan. Karena walaupun seseorang punya modal besar belum tentu bisa membeli gula aren.
Adapun penjelasan dari pada elemen-elemen modal sosial adalah:
1. Kepercayaan Sebagaimana dijelaskan Fukuyama 1995, kepercayaan adalah harapan yang tumbuh
di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial
merupakan penerapan terhadap pemahaman ini. Cox 1995 kemudian mencatat bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan
sosial cenderung bersifat positif; hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama. Menurutnya ‘We expect othersto manifest good will, we trust our fellow human
beings. We tend to work co-operatively, to collaborate with others in collegial relationships Cox, 1995: 5. Kepercayaan sosial pada dasarnya merupakan produk
dari modal sosial yang baik. Adanya modal sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang kokoh; modal sosial melahirkan kehidupan sosial
yang harmonis Putnam, 1995. Kerusakan modal sosial akan menimbulkan anomie dan perilaku anti sosial Cox, 1995.
2. Norma Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan
tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar
sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk
Universitas Sumatera Utara
mendukung iklim kerjasama Putnam, 1993; Fukuyama, 1995. Norma-norma dapat merupaka pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.
3. Jaringan Infrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar
manusia Putnam, 1993. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhn ya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.
Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-aringan sosial yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Mereka kemudian membangun
inter-relasi yang kental, baik bersifta formal maupun informal Onyx, 1996. Putnam 1995 berargumen bahwa jaringan-jaringan sosial yang erat akan
memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya itu.Bersandar pada parameter di atas, beberapa indikator kunci yang
dapat dijadikan ukuran modal sosial antara lain Spellerber, 1997; Suharto, 2005b: 1.
Perasaan identitas 2.
Perasaan memiliki atau sebaliknya, perasaan alienasi 3.
Sistem kepercayaan dan ideologi 4.
Nilai-nilai dan tujuan-tujuan 5.
Ketakutan-ketakutan 6.
Sikap-sikap terhadap anggota lain dalam masyarakat 7.
Persepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas 8.
misalnya pekerjaan, pendapatan, pendidikan, perumahan, kesehatan, 9.
transportasi, jaminan sosial 10.
Opini mengenai kinerja pemerintah yang telah dilakukan terdahulu 11.
Keyakinan dalam lembaga-lembaga masyarakat dan orang-orang pada umumnya
Universitas Sumatera Utara
12. Tingkat kepercayaan
13. Kepuasaan dalam hidup dan bidang-bidang kemasyarakatan lainnya
14. Harapan-harapan yang ingin dicapai di masa depan
Dapat dikatakan bahwa modal sosial dilahirkan dari bawah bottom-up, tidak hierarkis dan berdasar pada interaksi yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, modal
sosial bukan merupakan produ k dari inisiatif dan kebijakan . Namun demikian, modal sosial dapat ditingkatkan atau dihancurkan oleh negara melalui kebijakan publik Cox,
1995; Onyx, 1996.
2.5 Patron-Klien