persalinan sering diakhiri dengan tindakan operasi, pulihnya alat reproduksi setelah persalinan berjalan lambat, pengeluaran ASI tidak cukup.
2.5 Penundaan Usia Pernikahan
Di Indonesia terutama daerah pedesaan masih banyak terdapat banyak pernikahan dibawah umur. Kebiasaan ini berasal dari adat yang berlaku sejak
dahulu yang masih terbawa sampai sekarang. Ukuran perkawinan di masyarakat seperti itu adalah hanya kematangan fisik atau bahkan hal yang sama sekali tidak
ada kaitanya dengan calon pengantin. Penundaan dapat terjadi dengan makin meningkatnya taraf pendidikan
mayarakat, dengan makin banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah. Semakin tertunda kebutuhan untuk mengawinkan anak-anak, para orang tua
menyadari bahwa persiapan yang lebih lama diperlukan untuk menjamin masa depan anak sekolah dulu sebelum mengawinkan mereka. Kecenderungan ini
terutama terjadi pada masyarakat di kota besar atau dikalangan masyarakat kelas sosial ekonomi menengah atas.
Kecenderungan pada masyarakat untuk meningkatkan usia perkawinan ini ternyata didukung juga oleh UU No.11974. Dengan adanya aturan tersebut yang
pelaksanaanya cukup ketat di lapangan, maka terbataslah kesempatan untuk menikah dibawah usia yang ditetapkan. Terlebih lagi, pemerintah sendiri melalui
program KB berusaha untuk lebih meningkatkan lagi batas usia perkawinan ke umur 20 tahun untuk wanita, dengan pertimbangan bahwa kehamilan pada wanita
dibawah usia 20 tahun adalah kehamilan beresiko tinggi sehingga harus dihindari.
Universitas Sumatera Utara
Pihak individu-individu yang bersangkutan itu sendiri menurut J.T.Fawcelt ada sejumlah yang menyebabkan orang memilih untuk tidak menikah sementara
Sarwono,2010.
2.6 Kerangka Pemikiran
Dalam pasal 1 Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang pernikahan, mendefinisikan pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan
pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia seperti ini secara fisik maupun mental sudah mampu
atau sudah ada kesiapan memikul tanggung jawab sebagai suami istri dalam berumah tangga.
Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, peneliti membuat bagan yang menggambarkan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir
Dari kerangka pemikiran diatas, dapat dijelaskan bahwa remaja yang melakukan pernikahan usia belasan tahun didasari atas keputusan-keputusan yang
komplusif. Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan pernikahan dini dilatar Faktor yang
mempengaruhi terjadinya pernikahan
dini Pernikahan dini
pada remaja Dampak
pernikahan dini
Universitas Sumatera Utara
belakangi adanya faktor ekonomi, pendidikan, orang tuakeluarga, kemauan sendiri, hamil diluar nikah, media massacetak, pengetahuan dan suku.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian