Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penelitian baik itu berupa observasi maupun wawancara dengan beberapa masyarakat di Kecamatan
Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan, penelitian menemukan bahwa sebagian warga yang menikah di usia remaja ada yang mengalami hamil diluar
nikah dan ada juga faktor dari orang tua. Dari data-data tentang pernikahan dini di Indonesia dan faktor-faktor yang
telah disebutkan sebelumnya, serta melihat fakta yang terjadi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut
tentang apa yang dirasakan remaja putri setelah menikah melalui pendekatan kualilatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah di
Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Faktor-faktor apa yang mendorong remaja melakukan
pernikahan dini dan bagaimana dampak melakukan pernikahan dini pada remaja putri di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2015?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tentang pernikahan dini pada remaja dan apa-apa saja dampak dalam melakukan
pernikahan dini di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk menganalisis secara mendalam tentang terjadinya pernikahan dini pada remaja putri di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan
tahun 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Remaja Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan
memberikan pengetahuan kepada remaja tentang pernikahan dini dan dampak- dampak tentang pernikahan dini.
2. Bagi Orang Tua Diharapkan kepada keluarga terutama orang tua remaja lebih mengetahui tentang
informasi dan dampak tentang pernikahan dini sehingga dapat mengurangi terjadinya penikahan dini pada remaja.
3. Bagi Instansi Kesehatan Diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan dan instansi yang terkait
untuk memberikan informasi dan dapat mengurangi terjadinya resiko pernikahan dini pada remaja, orang tua dn masyarakat.
4. Bagi Peneliti lain Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitan
yang berkaitan tentang analisis pernikahan dini pada remaja putri.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja
Suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandan-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari
ketergatungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri. Menurut Sarwono batasan usia remaja adalah 10-19 tahun dan belum menikah
Sarwono, 2011. Remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali
menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan, biologik, psikologik, dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara biologik
ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, dan secara
sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda. Batasan usia remaja menurut WHO adalah
usia 12 – 18 tahun WHO, 2012.
Masa remaja merupakan masa dimana individu mengalami transisi perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, kematangan mental,
emosional, social, dan fisik, usia dimana individu mulai berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, dan telah mengalami perkembangan tanda-tanda seksual, pola psikologis, dan menjadikan lebih mandiri. Masa remaja adalah masa yang
terpenting dalam perjalanan kehidupan manusia Kusmiran, 2011. Remaja dalam arti adolescence Inggris berasal dari kata latin adolescere
tumbuh ke arah kematangan Muss dalam Sarwono 2010:11. Kematangan disini tidak hanya berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial-psiklogis.
Menurut Muang-man Sarwono 2010:12 mengemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Definisi tersebut berbunyi sebagai
berikut. Remaja adalah suatu dimana: 1.
Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
2. Sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
3. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa. 4.
Terjadi ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih
5. Mandiri.
2.1.2 Tahapan Perkembangan Remaja
Menurut Depkes 2007, dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja.
a. Remaja awal 10-13 tahun Seorang remaja pada tahap ini masih
terheran-heran akan perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan-perubahan
Universitas Sumatera Utara
itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang
bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego
menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Tengah 14-16 tahun Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Dan senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana
peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus
membebaskan diri dari Oedipus complex perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak dengan mempererat hubungan dengan kawan-
kawan. c.
Remaja akhir 17-19 tahun Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu: Minat
yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam
pengalaman- pengalaman baru, Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, Egosentrisme terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
Universitas Sumatera Utara
dengan orang lain, Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya
private self dan masyarakat umum.
2.1.3 Aspek Perubahan Pada Remaja
Notoatmodjo 2010 menyatakan bahwa dua aspek utama dalam perubahan pada remaja, yakni perubahan fisik atau biologis dan perubahan psikologis.
1. Perubahan Fisik pubertas
Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang cepat dan biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itulah terjadilah
perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertambahan tinggi dan berat badan dan kematangan seksualsebagai hasil dari perubahan hormonal.
Antara remaja pria dan perempuan kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda. Kematangan seksual pada remaja pria biasanya terjadi
pada usia 9-15 tahun dan perubahan itu ditandai oleh perkembangan pada organ seksual, mulai tumbuhnya ramut kemaluan, perubahan suara dan
ejakulasi pertama melalui mimpi basah. Sedangkan pada remaja perempuan ditandai dengan menarche haid pertama, perubahan pada
dada, tumbuhnya rambut kemaluan dan juga perbesaran panggul. Usia menarche rata-rata bervariasi dengan rentang umur 10 hingga 16,5 tahun.
2. Perubahan Psikologis
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Labilnya emosi erat kaitanya dengan perubahan hormone dalam
tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk marah, sensitive bahkan perbuatan nekad. Dalam berusaha mencari identitas diri, seorang remaja
Universitas Sumatera Utara
sering membantah orang tuanya. Sebenernya mereka belum mampu untuk berdiri sendiri oleh karena itu seringkali terjerumus kedalam kegiatan yang
menyimpang dari aturan atau disebut dengan kenakalan remaja pranikah.
2.1.4 Organ Reproduksi Remaja Perempuan
a. Organ reproduksi bagian luar
1. Bibir kemaluan luar Labia Mayora
2. Bibir kemaluan dalam Labia Minora
3. Klentit Clitoris yang sangat peka karena banyak saraf, ini
merupakan bagian yang paling sensitif dalam menerima rangsangan seksual.
4. Lubang kemaluan Lubang Vagina terletak antara lubang kecil dan
anus. 5.
Bukit kemaluan Mons Veneris yang ditumbuhi oleh rambut kemaluan pada saat perempuan memasuki usia pubertas.
b. Organ Reproduksi Bagian Dalam
1. Vagina liang kemaluan atau liang senggama, bersifat elastic dan
dapat membesar serta memanjang sesuai kebutuhan fungsinya sebagai organ baik saat berhubungan seks, saluran keluarnya darah haid, dan
jalannya keluarnya bayi saat melahirkan. 2.
Mulut rahim serviks, saat berhubungan seks, sperma yang dikeluarkan penis laki-laki didalam vagina akan masuk kedalam mulut
rahim sehingga bertemu sel telur perempuan.
Universitas Sumatera Utara
3. Rahim uterus adalah tempat tumbuhnya janin hingga janin
dilahirkan. Rahim dapat membesar dan mengecil sesuai kebutuhan hamil dan setelah melahirkan.
4. Dua buah saluran telur Tuba Fallopi yang terletak disebelah kanan
dan kiri rahim. Sel telur yang sudah matang atau sudah dibuahi akan disalurkan kedalam rahim melalui saluran ini.
5. Duah buah indung telur Ovarium kanan dan kiri. Ketika seseorang
perempuan melahirkan, ia mempunyai ovarium sekitar setengah juta ovum cikal bakal telur. Tiap ovum memiliki kemungkinan
berkembang menjadi telur matang. Dari sekian banyak ovum, hanya sekitar 400 saja yang berhasil berkembang menjadi telur semasa usia
produktif perempuan Bkkbn, 2007.
2.1.5 Perkembangan Fisik Remaja Perempuan
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan 2 ciri yaitu cirri-ciri seks
primer dan cirri-ciri seks sekunder. a.
Ciri-ciri seks primer : jika remaja perempuan sudah mengalami menarch, menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin
perempuan berupa luruhnya lapisan diding rahim yang banyak mengandung darah.
b. Cirri-ciri seks senkunder
1. Pinggul lebar, bulat, membesar, puting susu membesar dan menonjol serta
berkembang kelenjar susu, payudara lebih membesar dan bulat.
Universitas Sumatera Utara
2. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori
bertambah besar, kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif. 3.
Otot semakin besar dan kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan
tungkai. 4.
Suara menjadi semakin merdu dan lebih penuh Manuaba, 2010.
2.2 Pernikahan Dini 2.2.1 Pengertian Pernikahan Dini
Pernikahan dini adalah sebuah bentuk ikatanpernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia 18 tahun atau sedang mengikuti pendidikan
disekolah menengah atas. Jadi sebuah pernikahan disebut pernikahan di sebut pernikahan dini, jika kedua atau salah satu pasangan masuk berusia di bawah 18
tahunmasih berusia remaja Depkes RI, 2009.
Perkawinan dini adalah perkawinan yang telah terjadi pada seseorang wanita dengan status umur dibawah 20 tahun. Pada tipe orang usia dibawah 20
tahun keadaan organ reproduksi belum sepenuhnya matang dan masih dalam tahap pertumbuhan Manuaba, 2010.
Pernikahan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal dihadapan kepala agama tertentu, para saksi dan
sejumlah hadirin, untuk kemudian resmi sebagai suami istri dengan upacara dan ritual tertentu Kartono, 2008.
Menurut Undang-Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974, salah satu syarat untuk menikah adalah bila pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan
Universitas Sumatera Utara
wanita sudah mencapai usia 16 tahun dan menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 memberikan batasan tentang umur pernikahan 20 tahun keatas,
karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker serviks serta penyakit menular seksual. Undang-Undang
Perlindungan anak nomor 23 tahun 2002, orangtua diwajibkan melindungi anak dari pernikahan dini. Namun ditinjau dari segi kesehatan reproduksi, usia 16 tahun
bagi wanita, berarti yang bersangkutan belum berada dalam usia reproduksi yang sehat. Meskipun batas usia kawin telah ditetapkan UU, namun pelanggaran masih
banyak terjadi di masyarakat terutama dengan menaikkan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal tersebut Sarwono, 2010.
2.3 Faktor-faktor yang menyebabkan wanita melakukan pernikahan dini