untuk menjamin kelanjutan pendidikan anak. Jika seorang anak perempuan telah menamatkan pendidikan dasar dan tidak melanjut kejenjang penddikan yang lebih
tinggi, ia hanya tinggal dirumah. Karena keterbatasan lapangan pekerjaan, mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
5.1.3 Faktor Media Massa
Menurut irawati 2002 remaja sering kali melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai
dari berpengangan tangan, cium kening, cium basah, berpelukan, memegang atau merabab bagian sensitif, penting, oral seks, dan bersenggama sexual intercourse.
Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.
Seperti yang dikatakan informan II :
“Semasa saya masih duduk disekolah saya sering sekali bermain diwarnet dengan teman-teman, dan saya sering menonton film-film yang belum pantas
saya lihat semasa saya masih sekolah, karena dengan apa yang telah saya lihat, saya selalu penasaran dengan apa yang saya lihat dan saya ingin mencobanya
dan setiap saya jumpa kekasih saya apabila ada kesempatan saya selalu
berciuman dengannya”
Tidak hanya itu saja banyaknya remaja yang melakukan seks pranikah dipengaruhi oleh media massa dan elekronik. Banyaknya situs-situs yang
mengungkapkan secara fulgar bebas kehidupan seks atau gambar-gambar yang belum sesuai untuk remaja yang dapat memberikan dmpak kurang baik bagi
mereka karena pada saat usia remaja terjadi perubahan psikologis yang mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku sperti mulai memperhatikan
penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian dan muncul perasaan cinta yang kemudian akan timbul dorongan.
Universitas Sumatera Utara
Jadi dengan kata lain faktor media massa sangat berpengaruh terhadap perilaku dan dorongan seks para remaja. Sehingga para remaja melakukan
aktivitas hubungan sex pranikah yang mengakibatkan remaja hamil sebelum menikah.
5.1.4 Faktor Orangtuakeluarga
Faktor keluarga merupakan faktor adanya pernikahan dini, dimana keluarga dan orang tua akan segera menikahkan anaknya jika sudah menginjak
masa dewasa. Hal ini merupakan hal yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum
anak gadisnya menikah. Orang tua akan merasa takut apabila anaknya jadi perawan tua dan takut apabila anaknya akan melakukan hal-hal yang tidak
diinginkan yang akan mencemari nama baik keluarganya. Seperti apa yang dikatakan informan III :
“Lingkungan desa kami mayoritas remajanya tamatan SMA dan menurut mereka dengan lulusnya sekolah SMA sudah bisa mengurangi beban orang
tua mereka, bahkan saya semasih SMP telah disuruh menikah oleh ke-2 orang tua saya, karena orang tua saya beranggangapan kalau saya tidak menikah
cepat takut saya tidak ada yang mau melamar atau tidak ada yang mau
menikahi saya”. 5.1.5 Faktor Pendidikan
Tentunya tingkat ekonomi keluarga juga sangat berpengaruh pada tingkat pendidikan anggota keluarga. Rendahnya pendapatan ekonomi keluarga akan
memaksa si anak untuk putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi lagi. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang, dengan pendidikan tinggi seseorang akan lebih mudah menerima atau memilih suatu perubahan yang lebih baik Suprapto dkk,
Universitas Sumatera Utara
2004. Tingkat pendidikan menggambarkan tingkat kematangan kepribadian seseorang dalam merespon lingkungan yang dapat mempengaruhi wawasan
berpikir atau mereson pengetahuan yang ada disekitarnya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata pendidikan orang tua
maupun informan itu sendiri masih tergolong rendah. Tidak ada informan yang melanjutkan pendidikannya keperguruan tinggi.
seperti apa yang dikatakan informan VI :
“Kurangnya pengetahuan tentang pernikahan dimasa saya sekolah, yang mana saya cuman lulusan SD Saya merasa pernikahan adalah hal yang biasa......jadi
dari itu saya menikah dini “
Menurut Rohmawati 2008, tingkat pendidikan berkaitan dengan usia pernikahan yang pertama. Semakin dini seseorang melakukan pernikahan semakin
rendah tingkat pendidikannya. Hal senada juga dikemukakan Rahman dan Kabir 2005 faktor yang menyebabkan pernikahan dini di Bangladesh adalah
pendidikan. Menurut Rafidah dkk 2009, yang melakukan penelitian Kabupaten Purworejo Jawa Tengah salah satu faktor yang berkaitan tinggi rendahnya usia
pernikahan pertama adalah rendahnya akses kepada pendidikan. 5.1.6 Faktor Kemauan Sendiri
Pernikahan dini di Kecamatan Kota Pinang tidak seluruhnya disebabkan adanya kemauan sendiri, mereka mau menikah bukan karena keinginan diri
sendiri akan tetapi merupakan keterpaksaan dari orang tuanya. Seperti apa yang dikatakan oleh informan V :
“Pernikahan dini adalah hal yang membantu saya untuk menggangkat derajat orang tua saya yang mana dulunya orang tua saya adalah sorang buruh dan
sekarang telah memiliki kedai sembangko sendiri
“
Universitas Sumatera Utara
Informan tersebut menikah di usia muda tanpa memikirkan apa masalah yang dihadapi kedepan jika menikah diusia muda karena berlandaskan dorongan
orang tua sehingga mau menikah diusia muda.
5.1.7 Dampak Pernikahan Dini