jumlah nyamuk disekitar rumah rumah bertambah dan menyebabkan keluarga yang tinggal di rumah yang pencahayaan kurang terang mempunyai risiko untuk terjadi
penularan penyakit malaria dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah yang kondisi rumah terang Lestari dkk, 2007.
Kurangnya pencahayaan juga akan menyebabkan kelembaban udara disekitar rumah. Kelembaban menentukan rentang umur nyamuk Mardihusodo, 1999,
kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk dan memperkecil kesempatan parasit malaria untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya, kelembaban juga
mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebisaan mengigit dan istirahat. Pada kelembabab yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering mengigit
sehingga meninggkatkan penularan malaria Harijanto, 2000. Dengan demikian bahwa kelembaban akan mempengaruhi aktivitas nyamuk sehingga berpengaruh terhadap angka
kejadian malaria.
5.3.3. Hubungn Antara Kelembaban Rumah dengan Kejadian Malaria
Kondisi rumah yang Lembab seperti yang terlihat pada Tabel 4.9. menunjukkan bahwa kejadian malaria pada rumah dalam keadaan lembab sebesar 93,6. Hasil analisis
statistik melalui uji Chi-Square χ
2
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelembaban rumah dengan kejadian malaria di Desa Suka Karya Kecamatan Simeulue
Timur Kabupaten Simuelue pada α = 0,05 dengan p value = 0,000. Kelembaban udara menentukan rentang umur nyamuk Mardihusodo, 1999,
kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk dan memperkecil kesempatan parasit malaria untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya, kelembaban juga
mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebisaan mengigit dan istirahat. Pada
Universitas Sumatera Utara
kelembabab yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering mengigit sehingga meninggkatkan penularan malaria Harijanto, 2000. Dengan demikian bahwa
kelembaban akan mempengaruhi aktivitas nyamuk sehingga berpengaruh terhadap angka kejadian malaria.
5.3.4. Hubungn Antara PlafonLangit-langit dengan Kejadian Malaria
Kondisi rumah yang tidak ada plafonLangit-langit atau hanya terdapat disebagian ruangan seperti pada Tabel 4.10. menunjukkan bahwa kejadian malaria sebesar 93,3.
Hasil analisis statistik melalui uji Chi-Square χ
2
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara langit-langit rumah dengan kejadian malaria di Desa Suka Karya
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simuelue α = 0,05 dengan p value = 0,000. Hal ini disebabkan rumah yang seluruh ruangannya tidak diberi langit-langit akan
mempermudah masuknya nyamuk ke dalam rumah. Langit-langit merupakan pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang
terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bamboo halus. Jika tidak ada langit-langit berarti ada lobang atau celah antara dinding dengan atap sehingga nyamuk lebih leluasa
masuk ke dalam rumah. Dengan demikian risiko untuk kontak antara penghuni rumah dengan nyamuk Anopheles lebih besar dibanding dengan rumah yang ada langit-
langitnya Depkes RI, 1999. Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Darmadi 2002 di Desa Buaran
Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa kondisi rumah yang seluruh ruangannya tidak diberi langit-langit mempunyai kecenderungan untuk terjadinya
penyakit malaria dengan p value = 0,014. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
Universitas Sumatera Utara
Gambiro 1998, menyatakan langit-langit sangat menentukan mudah tidaknya nyamuk masuk ke dalam rumah.
5.3.5. Hubungn Antara Kerapatan Dinding Rumah dengan Kejadian Malaria