Gambiro 1998, menyatakan langit-langit sangat menentukan mudah tidaknya nyamuk masuk ke dalam rumah.
5.3.5. Hubungn Antara Kerapatan Dinding Rumah dengan Kejadian Malaria
Kondisi rumah dengan dinding yang tidak rapat pada Tabel 4.11. menunjukkan bahwa kejadian malaria pada rumah dengan dinding yang tidak rapat sebesar 94,4.
Hasil analisis statistik melalui uji Chi-Square χ
2
menunjukkan bahwa ada hubungan antara dinding rumah dengan kejadian malaria di Desa Suka Karya Kecamatan Simeulue
Timur Kabupaten Simuelue pada α = 0,05 dengan p value = 0,004. Hal ini disebabkan keadaan dinding rumah responden yang terbuat dari pasang batu bata maupun yang
terbuat dari anyaman bambu ataupun kayu terdapat lubang lebih dari 1,5 mm². Keadaan dinding yang tidak rapat demikian akan mempermudah masuknya
nyamuk ke dalam rumah lebih besar bila dibandingkan dengan kondisi dinding rumah yang rapat. Kondisi tersebut menyebabkan penghuni rumah lebih potensial digigit
nyamuk Anopheles, karena nyamuk lebih leluasa masuk ke dalam rumah, sehingga akan memperbesar risiko terjadinya penularan penyakit malaria Handayani dkk, 2008.
Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Darmadi 2002 di Desa Buaran Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa keluarga yang tinggal di
rumah dengan kondisi dinding yang tidak rapat mempunyai kecenderungan untuk terjadinya penyakit malaria dengan p value = 0,016.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori syarat –syarat rumah sehat menurut Mukono 1999 yang menyatakan konstruksi rumah dengan dinding yang tidak tertutup
rapat memungkinkan terjadinya penularan penyakit malaria dalam rumah serta Menurut penelitian Yoga 1999, menyatakan bahwa keadaan kualitas rumah sangat berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
terhadap kemungkinan terjadinya penularan malaria di dalam rumah. Penduduk dengan rumah yang dindingnya banyak berlubang berisiko sakit malaria 18 kali, dibandingkan
dengan rumah penduduk dengan dinding rapat.
5.3.6. Hubungn Antara Semak-semak di Sekitar Rumah dengan Kejadian Malaria
Tabel 4.12. menunjukkan bahwa kejadian malaria yang terjadi di rumah yang terdapat semak-semak sebesar 94,5. Hasil analisis statistik melalui uji Chi-Square
χ
2
menunjukkan bahwa ada hubungan yang siginifikan antara semak-semak dengan kejadian malaria di Desa Suka Karya Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue
pada α = 0,05 dengan p value = 0,001. Hal ini disebabkan semak-semak yang rimbun dan tidak bias ditembus oleh sinar
matahari berada dekat di sekitar rumah. Dilihat dari bionomik nyamuk Anopheles di daerah Simeulue bahwa pada siang hari Anopheles maculatus dan Anopheles
balabacensis ditemukan istirahat di semak-semak. Keberadaan semak-semak yang rimbun akan menghalangi sinar matahari menembus permukaan tanah, sehingga adanya
semak- semak yang rimbun berakibat lingkungan menjadi teduh serta lembab dan keadaan ini merupakan tempat istirahat yang disenangi nyamuk Anopheles, sehingga
jumlah populasi nyamuk di sekitar rumah bertambah dan menyebabkan keluarga yang tinggal di rumah yang terdapat semak di sekitarnya mempunyai risiko untuk terjadi
penularan penyakit malaria dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah tidak ada semak-semak di sekitarnya Lestari dkk, 2007.
Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Yis Romadhon 2001 di Kecamatan Salaman Magelang menunjukkan bahwa proporsi rumah yang ada semak-semak rimbun
mempunyai kecenderungan untuk terjadinya penyakit malaria dengan p value = 0,001.
Universitas Sumatera Utara
5.4. Keberadaan Rawa-rawa dan Lagun