5.4. Keberadaan Rawa-rawa dan Lagun
Tabel 4.5. menunjukkan rumah yang berada pada daerah rawa-rawa atau lagun adalah sebanyak 65 rumah 65 dan tidak berada pada daerah rawa-rawa atau lagun
adalah sebesar 35 rumah 35. Tempat perindukan vektor berupa lagun atau rawa-rawa yang menjadi tempat
perindukan vektor nyamuk Anopheles Spp merupakan tempat yang potensial bagi perkembanganbiakan nyamuk, baik dengan kondisi turbiditi keruh ataupun jernih. Hal ini
sesuai dengan pernyataan tempat perindukan nyamuk Anopheles Spp adalah genangan- genangan air baik air tawar maupun air payau tergantung dari jenis species nyamuknya
dan air tidak boleh tercemar atau terpolusi serta harus selalu berhubungan dengan tanah. dengan tanah. Tempat perindukan air payau terdapat di muara –muara sungai dan rawa-
rawa yang tertutup hubungannya dengan laut cocok untuk tempat perindukan An. sundaicus dan An. subpictus Harijanto, 2000.
Soemarlan dan Gandahusada 1990 telah menelusuri dari beberapa literatur dan melaporkan ada 20 spesies Anopheles yang berperan sebagai vektor malaria.
5.5. pH pada Rawa-rawa dan Lagun.
Tabel 4.4. menunjukkan hasil pemeriksaan pH yang di ambil pada titik sampel tempat perindukan nyamuk Anopheles spp di Desa Suka Karya yaitu pada Rawa-rawa
sebesar 6,0 dan Pada lagun 7,0. pH tersebut termasuk cukup ideal sebagai habitat tempat perindukan nyamuk
Anopheles spp. Hal ini sesuai dengan pendapat Efendi 2003, bahwa sebagian besar biota akuatik mempunyai nilai pH antara 7-8,5. Menurut Syarif 2003 larva Anopheles
spp memiliki toleransi terhadap pH antara 7,91- 8,09. Raharjo dkk. 2003 juga
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa pH tempat perindukan nyamuk Anopheles spp pada musim kemarau berkisar antara 6,8 - 8,6.
Menurut Takken dan Knols 1990 lingkungan kimia diketahui sangat besar pengaruhnya pada populasi vector malaria. Hal ini disebabkan oleh spesies nyamuk yang
dapat hidup pada pH yang berbeda misalnya A. letifer bisa bertahan hidup di lingkungan air tawar pH rendah. Selanjutnya Prabowo 2004, Adanya danau, genangan air,
persawahan, kolam ataupun parit disuatu daerah yang merupakan tempat perindukan nyamuk, sehingga meningkatkan kemungkinan timbulnya penularan penyakit malaria.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan mengenai hubungan faktor lingkungan fisik rumah dengan kejadian penyakit malaria di Desa Suka Karya
Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Di Desa Suka Karya Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue di
temukan angka Annual Malaria Incidence AMI masih sangat tinggi yaitu sebesar 23,0‰ dan Angka Standard Positif Rate SPR sebesar 93,8 Dinkes
Kab Simeulue, 2009 2.
100 orang responden 100 orang kepala keluarga 100 berjenis kelamin laki- laki, golongan kelompok umur yang terbanyak adalah 31-39 tahun 49,
jumlah kelompok anggota kluarga yang terbanyak adalah 3-5 orang 68 dan pekerjaan kepala keluarga terbanyak nelayan 38 orang 38.
3. 100 rumah responden yang di observasi 100 rumah 100 memiliki ventilasi,
69 rumah 69 memiliki ventilasi 10 Luas Lantai, 87 rumah 87 tidak memakai kawat kasa pada ventilasi rumahnya, 99 rumah responden 99
memiliki SPAL, 57 rumah responden 57 membuang limbahnya ke rawa atau lagun, 91 rumah terdapat semak-semak 91 disekitar rumah responden, 83
dinding rumah responden 83 terbuat dari Anyaman BambuKayuPapan, 92 rumah responden 92 tidak memiliki plafon, 5 rumah 62,5 langit-langit
diseluruh ruangan, 74 rumah responden 74 tidak terdapat lubang ≥1,5 mm,
Universitas Sumatera Utara